Menakar Risiko di Balik Dibukanya Wisata Lewat Jalur VTL
WNI bisa mulai mengajukan izin berkunjung ke Singapura lewat VTL mulai 22 November.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Lintar Satria, Antara
Rencana pembukaan jalur perjalanan bagi turis Indonesia Singapura lewat vaccinated travel lines (VTL) sedang dalam perincian kedua negara. Rencananya di akhir bulan ini warga Indonesia bisa mulai mendaftarkan diri untuk melancong ke Singapura tanpa karantina lewat jalur VTL.
Menanggapi hal tersebut, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menekankan kerjasama tersebut harus dibarengi dengan keyakinan pemerintah terkait kekuatan intervensi di negara tersebut. Alasannya tidak ada sistem karantina bagi pelaku perjalanan internasional lewat jalur VTL. "Syarat idealnya, aturan tanpa karantina ini diberlakukan ketika tidak sedang beredar varian baru yang dicurigai serius," kata Dicky kepada Republika, Selasa (16/11).
Dicky menekankan, level transmisi serta cakupan vaksinasi juga menjadi penting. Menurutnya, negara yang melakukan VTL harus memiliki level transmisi 1 hingga 2 berdasarkan indikator Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Selain itu, cakupan vaksinasi lengkap di negara tersebut juga harus di atas 70 persen. Kemudian, rasio kasus positif serta reproduksi virus pun ditekankan di bawah 1 persen. Tak hanya itu, diperlukan juga pengamatan terkait munculnya varian baru dari Covid-19.
"Tanpa itu semua ya risiko, kecuali bila setelah terbukti varian-varian yang ada situasi sudah semakin baik. Tapi kan ini harus menunggu terlebih dahulu," ujarnya.
Alasan Indonesia masuk sebagai negara yang bisa diterima masuk Singapura adalah faktor rendahnya kasus. Dicky mengatakan rendahnya kasus tetap harus menjadi kewaspadaan.
Ia terus mewanti-wanti agar tidak jumawa dengan pencapaian saat ini. Terlebih, saat ini sudah ada penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah di Indonesia.
Ia memandang pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman nyata kesehatan. Sebab, potensi kemunculan gelombang ketiga Covid-19 masih terus menghantui. Terlebih di Indonesia masih banyak kasus-kasus terinfeksi yang belum terdeteksi.
"Untuk diketahui level transmisi di Indonesia, semua daerah di Indonesia tidak ada yang lebih dari level community transmission yang ditetapkan oleh WHO, yang artinya level community transmission itu terburuk. Artinya masih banyak kasus infeksi yang belum terdeteksi, sehingga kalaupun angka absolutnya bagus ya belum lulus," kata Dicky kepada Republika.
Dicky tidak menyalahkan perihal level PPKM yang sudah diturunkan. Namun, menurutnya penurunan bisa dilakukan bila sudah melebihi level community transmission.
"Kecuali kalau sudah lebih dari level community transmission, tidak ada kasus dalam beberapa hari. Jadi kondisi sekarang belum aman banget, berbahaya. Kalau ada hanya satu kasus pun itu fenomena gunung es," terang Dicky.
Dicky menambahkan, saat ini Indonesia juga telah memberikan pencapaian yang baik dalam hal vaksinasi. Namun, masih banyak pula masyarakat yang belum divaksin, seperti anak-anak serta kelompok rawan. "Jadi ini bisa saja meledak dari kelompok-kelompok tersebut," ucap Dicky.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura Suryopratomo mengatakan Singapura telah membuka kembali negaranya bagi warga negara asing yang datang dari 19 negara dengan kasus Covid-19 rendah, termasuk Indonesia. Suryopratomo mengatakan Pemerintah Singapura secara bertahap membuka pintu masuk bagi negara-negara dengan kasus rendah, dimulai dari Brunei Darusallam dan Jerman.
"Mengapa, karena Brunei kasusnya relatif sangat rendah, kemudian jumlah penduduknya sedikit, vaksinasi tinggi, negaranya mampu memberi vaksin seluruh warganya. Jerman adalah contoh negara di Eropa yang paling disiplin, karena itu mereka melihat sebagai prototipe pada Jerman," kata Suryopratomo.
Pemerintah Singapura menilai kedua negara tersebut sangat rendah kemungkinan penduduknya datang membawa virus Covid-19. Setelahnya, Singapura kembali memperbesar jumlah negara yang boleh masuk bagi 14 negara, dan saat ini menjadi 19 negara termasuk Indonesia.
Warga Indonesia dinilai memiliki kemungkinan rendah menularkan Covid-19 ke penduduk Singapura, karena kasus yang melandai sejak satu bulan terakhir. Tercatat kasus Covid-19 di Indonesia selalu di bawah angka 1.000 atau berkisar antara 400 hingga 700 kasus sejak 15 Oktober 2021.
Suryopratomo mengatakan Singapura sangat ketat dalam memilah penduduk negara yang boleh masuk ke wilayahnya. Mulai dari kuota WNA yang boleh masuk sebanyak 300 sampai 400 orang setiap harinya hingga setiap WNA yang masuk harus sudah divaksin.
Jumlah tersebut juga disesuaikan dengan petugas yang melakukan tes PCR di bandara serta ketersediaan tempat tidur di rumah sakit sebagai antisipasi perawatan sakit karena Covid-19. Syarat lain WNA boleh datang ke Singapura adalah dengan menggunakan pesawat direct flight atau tujuan langsung tanpa transit. Pesawat yang digunakan juga hanya pesawat yang mengangkut awak dan penumpang yang sudah divaksinasi.
Dengan kebijakan pintu masuk yang sangat ketat tersebut, kata Suryopratomo, angka kejadian Covid-19 dari luar negeri sangat rendah. "Kalau boleh dikatakan 1.000 banding 1. Jadi, kalau ada 1.000 orang datang, itu kasus yang positif hanya satu orang," katanya.
Masuknya turis Indonesia ke Singapura nanti akan diatur melalui skema perjalanan VTL. Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan langkah itu akan dimulai pada 29 November.
Mulai 29 November Singapura akan meluncurkan skema VTL dengan India dan Indonesia. Sementara dengan Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab akan dimulai pada 6 Desember.
Dalam konferensi pers gugus tugas multi-kementerian Covid-19 Menteri Transportasi Singapura S Iswaran mengatakan Singapura dan India telah membahas sertifikasi vaksin yang diakui kedua negara. Sejak 12 November lalu India telah mengakui sertifikat vaksin yang dikeluarkan Singapura.
"Ini artinya pelancong yang sudah divaksin lengkap dari Singapura tidak perlu lagi menjalani tes karantina rumah pasca-kedatangan saat masuk ke India, mereka hanya perlu melakukan pemantauan mandiri selama 14 hari sejak tiba," kata Iswaran seperti dikutip Channel News Asia, Selasa (16/11).
Kementerian Kesehatan Singapura menambahkan Iswaran juga memperbaharui asesmen kesehatan publik dan mulai 19 November akan menaikkan posisi India ke kategori 2. "Kami sedang berdiskusi untuk memulai kembali layanan pesawat penumpang (dengan India), hingga hari ini satu-satunya penerbangan dari Singapura yang diizinkan membawa penumpang ke India adalah pesawat sewaan pemerintah dengan misi Vander Bharat," katanya.
Ia menambahkan diskusi dengan India berkembang dengan baik. Mulai 29 November kedua belah ingin mengembalikan penerbangan harian dengan skema VTL dari Chennai, Delhi dan Mumbai. "Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) akan memberikan detail lebih lanjut ketika sudah selesai," kata Iswaran.
Iswaran mengatakan skema VTL yang diberlakukan dengan Indonesia sampai saat ini masih unilateral. "Indonesia masih tertutup untuk perjalanan umum tapi mulai membuka perbatasan, sejak 14 Oktober Indonesia sudah membuka kembali perbatasannya secara sipihak untuk mengizinkan kunjungan dari 19 negara, kami berharap Indonesia akan membuka perbatasannya untuk pelancong dari Singapura," katanya.
Iswaran mengatakan sebagai permulaan akan ada dua layanan penerbangan harian antara Singapura dan Jakarta. Lalu ditambah menjadi empat. Bagi pengunjung dari India dan Indonesia dapat mengajukan izin kunjungan jangka pendek dan panjang pada 22 November. Sementara dari Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dapat mengajukannya pada 29 November.
Warga dan Pemukim Tetap Singapura yang sudah divaksin lengkap tidak perlu mengajukan izin bila mereka melakukan perjalanan melalui VTL. "Wisatawan yang ingin melakukan perjalanan dari Singapura ke negara/kawasan ini disarankan memeriksa persyaratan masuk ke destinasi tersebut," kata Kementerian Kesehatan Singapura dalam siaran persnya.
Sementara itu Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan Singapura akan terus memantau situasi di seluruh bagian di dunia dan memastikan pembukaan perbatasan tidak menimbulkan beban pada sistem kesehatan. Ong mencatat lonjakan kasus infeksi di Eropa, ia mengatakan lonjakan kasus infeksi di berbagai negara termasuk Eropa sebanding dengan Singapura. Terutama dengan Belanda salah satu rekan VTL Singapura.
Saat ini Belanda mengalami lonjakan kasus positif virus corona yang sedikit lebih tinggi dari Singapura. Meski baru-baru ini pemerintah Belanda mengumumkan peraturan pembatasan sosial yang baru. Ong mengatakan gugus tugas Covid-19 Singapura tidak mengira keputusan itu perlu membatalkan VTL atau mengurangi kuotanya.
"Bagian kasus-kasus dari luar negeri atau kasus impor masih sangat kecil dari total kasus di masyarakat dan tidak berdampak besar pada penularan lokal, selain itu hanya ada enam penerbangan per pekan dari Belanda dan terpenting pelancong VTL sudah divaksin lengkap dan dites sebelum berangkat dan saat tiba," kata Ong.
"Karena itu tidak mungkin melanjutkan VTL akan menambah beban pada sistem rumah sakit dan sistem perawatan kesehatan kami," tambahnya.