Vaksin Covid-19 Prancis Valneva Bekerja dengan Cara Berbeda
Vaksin Covid-19 Prancis Valneva dibuat mirip dengan vaksin flu dan polio.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan farmasi asal Prancis, Valneva, menawarkan vaksin Covid-19 dengan cara kerja yang berbeda. Vaksin bernama VLA2001 ini dibuat dengan teknik yang mirip seperti vaksin flu dan polio.
Bila kebanyakan vaksin bekerja dengan cara memicu respons imun yang hanya menarget spike protein virus corona, vaksin Covid-19 dari Valneva ini menstimulasi respons imun terhadap seluruh virus. Perbedaan ini dinilai akan membuat VLA2001 mengungguli vaksin kompetitor.
VLA2001 dibuat dengan menggunakan seluruh bagian virus corona yang telah dinonaktifkan sehingga tak akan menyebabkan sakit. Virus yang tidak aktif tersebut lalu dikombinasikan dengan adjuvant, yaitu sebuah bahan yang akan membantu vaksin masuk ke sel manusia dengan efektif. Teknik serupa juga digunakan untuk membuat vaksin flu dan polio.
Karena menggunakan seluruh bagian virus, sistem imun akan mampu mengenali seluruh bagian virus corona sebagai benda asing, bukan hanya mengenali spike protein-nya saja. Dengan begitu, vaksin VLA2001 bisa memicu respons imun yang lebih luas dan meningkatkan memori sel yang dapat mengenali berbagai bagian virus corona.
Hal ini membuat vaksin VLA2001 tetap bisa bekerja dengan cukup baik meski virus corona bermutasi. Sebagai contoh, respons imun individu yang telah divaksinasi dengan VLA2001 akan tetap bisa mengenali bagian lain dari virus corona meski bagian spike protein-nya mengalami mutasi.
"Merupakan hal yang baik untuk berinvestasi pada vaksin yang tak hanya mengandalkan satu bagian dari struktur (virus) untuk menghasilkan perlindungan," jelas dosen senior dari University of Leeds School of Medicine Dr Amir Khan, seperti dilansir Al Jazeera, Rabu (17/11).
Uji klinis fase tiga vaksin VLA2001 telah dilakukan dengan melibatkan lebih dari 4.000 pasien berusia 18 tahun ke atas di Inggris. Dalam percobaan ini, peneliti membandingkan tingkat respons imun yang dihasilkan vaksin VLA2001 dan vaksin Oxford/AstraZeneca.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa VLA2001 berhasil menghasilkan respons imun yang lebih kuat dibandingkan vaksin Oxford/AstraZeneca. Individu yang mendapatkan VLA2001 juga memiliki antibodi penetral Covid-19 yang lebih tinggi di dalam darah mereka.
Peneliti juga menemukan tak adanya kasus Covid-19 berat pada individu yang mendapatkan VLA2001 dan terkena Covid-19. Padahal, saat uji klinis dilakukan, peredaran varian Delta sedang tinggi.
"Varian Delta mengajarkan kita untuk tidak meremehkan virus corona dan dengan banyaknya negara miskin yang belum cukup banyak memvaksinasi warga mereka, ada kemungkinan lebih besar untuk munculnya mutasi baru," ujar Dr Khan.
Terkait inovasi vaksin Covid-19, saat ini vaksin yang diberikan lewat hidung atau vaksin nasal mulai banyak dibicarakan. Di Inggris, vaksin flu sudah diberikan dalam bentuk semprotan nasal ke sebagian besar anak.
Vaksin nasal memiliki beberapa keunggulan. Salah satu di antaranya adalah bisa digunakan sendiri tanpa bantuan orang lain. Selain itu, vaksin nasal akan membuat lapisan di saluran hidung dan pernapasan lebih diperkaya dengan sel imun. Seperti diketahui, saluran hidung sering kali menjadi pintu masuk bagi banyak kuman yang mempengaruhi sistem pernapasan. Vaksin nasal juga dapat menjadi solusi bagi orang-orang yang memiliki ketakutan terhadap jarum suntik.
Saat ini, sebuah studi yang dipimpin oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) asal Amerika Serikat telah mencoba memberikan vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca dalam bentuk semprotan nasal. Dalam studi pada hewan, pemberian vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca dalam bentuk semprotan nasal ini bisa menurunkan pelepasan virus.