Australia Gelontorkan 73 Juta Dolar untuk Teknologi Kuantum
Teori kuantum berpotensi industri miliaran dolar yang menciptakan lapangan kerja.
REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pemerintahnya akan menggelontorkan 100 juta dolar Australia atau sekitar 73 juta dolar AS untuk mengembangkan teknologi kuantum. Pengumuman ini disampaikan usai Canberra mengidentifikasi sembilan bidang teknologi yang diyakini penting bagi kepentingan nasional negeri kanguru.
Teknologi kuantum yang berdasarkan inti prinsip-prinsip fisika masih sangat baru. Tapi banyak menarik perhatian investor yang bercita-cita merevolusi berbagai industri, pasalnya teknologi itu diprediksi dapat merevolusi sistem kesehatan, finansial, kecerdasan artifisial dan hingga ramalan cuaca.
Beberapa bulan terakhir Australia berjanji mengeluarkan miliaran dolar untuk memodernisasi ekonominya dan memotong ketergantungan pada China. Caranya dengan mendorong manufaktur-manufaktur industri seperti sumber daya dan mineral penting dan mendukung pengembangan teknologi rendah emisi.
Demi mempercepat rencana ekonomi itu Australia mendukung sembilan bidang teknologi, yang pertama adalah teknologi kuantum. Sebagian besar dari 100 juta dolar Australia yang dijanjikan digunakan untuk mengkomersialisasi penelitian kuantum dan menjalani hubungan dengan rantai pasokan dan pasar global.
"Ilmu pengetahuan dan teknologi kuantum berpotensi merevolusi seluruh industri," kata Morrison dalam pidatonya, Rabu (17/11).
Pengumuman ini disambut baik sektor teknologi informasi Australia. "Teknologi kuantum berpotensi industri miliaran dolar yang menciptakan ribuan lapangan pekerjaan Australia," kata Chief Executive Officer asosiasi sektor teknologi Australia, Australian Information Industry Association Ron Gauci.
Morrison mengatakan teknologi lain yang didukung pemerintah antara lain keamanan siber canggih, komunikasi, ekstraksi sumber daya mineral, mobil swakemudi, dan antibiotik. Tapi ia juga memperingatkan implikasi etis yang dibawa oleh teknologi baru.
"Kami harus bertanya pada diri kami sendiri apa yang perlu dilakukan dengan teknologi, tidak hanya apa yang bisa dilakukan," kata Morrison.