Taliban Disebut Gagal Cegah Pertumbuhan ISIS di Afghanistan
ISIS secara dramatis telah meningkatkan serangan di Afghanistan sejak Agustus
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Utusan PBB pada Rabu mengatakan Taliban telah terbukti tidak mampu mencegah pertumbuhan kelompok afiliasi Daesh/ISIS di Afghanistan.
Deborah Lyons, utusan khusus Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa kelompok teroris telah berkembang dari hanya "beberapa provinsi dan Kabul" menjadi di hampir semua Afghanistan dan semakin aktif.
Dia merujuk data yang mengindikasikan Daesh/ISIS secara dramatis telah meningkatkan serangan di seluruh negeri sejak pertengahan Agustus, ketika Taliban mengambil wilayah dari bekas pemerintah yang diakui secara internasional.
Hal itu termasuk 13 serangan di paruh kedua Agustus, 38 serangan di September, dan 48 serangan pada bulan berikutnya. Afiliasi Daesh/ISIS Afghanistan mengklaim melakukan 60 serangan pada tahun 2020.
"Taliban bersikeras bahwa mereka melakukan operasi bersama melawan ISILKP, tetapi operasi ini mengkhawatirkan karena Taliban sangat bergantung pada penahanan ekstra-yudisial dan pembunuhan terhadap tersangka anggota ISILKP," kata Lyons menggunakan akronim untuk merujuk pada alternatif nama kelompok -- Negara Islam di Irak dan di Levant, Provinsi Khorasan.
"Ini adalah area yang layak mendapat perhatian lebih dari komunitas internasional," tambah Lyons.
Sementara itu, ekonomi Afghanistan telah jatuh secara signifikan setelah perebutan kekuasaan oleh Taliban, dengan pengurangan sekitar 40 persen dalam PDB sejak Agustus. Lyons memperingatkan bahwa jika situasinya semakin memburuk, kondisi ini akan "meningkatkan risiko ekstremisme".
"Kemerosotan ekonomi formal yang terus berlanjut akan memberikan dorongan bagi ekonomi informal, termasuk obat-obatan terlarang, aliran senjata dan perdagangan manusia," kata Lyons.
"Kita harus fokus selama tiga atau empat bulan ke depan untuk membantu warga Afghanistan yang paling rentan bertahan di musim dingin dan kita harus melakukannya tanpa merusak institusi dan mekanisme penanganan yang menjaga populasi lainnya agar tidak tergelincir ke dalam kerentanan yang lebih besar," ujar Lyons.
*Betul Yuruk berkontribusi pada laporan ini dari Perserikatan Bangsa-Bangsa