Pengungsi di Perbatasan Belarusia Sedih karena Dipulangkan
Para pengungsi di Belarusia sedih karena gagal mencari harapan baru di Eropa
REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Ratusan warga Irak yang telah berkemah selama berminggu-minggu di perbatasan Belarusia telah dipulangkan pada Kamis (18/11). Sekitar 430 warga Irak, yang sebagian besar merupakan orang Kurdi telah mendarat di Erbil, yang merupakan wilayah otonomi Kurdistan utara Irak dalam penerbangan dari Minsk.
Para migran, termasuk anak-anak kecil, turun dan berjalan melalui aula kedatangan Erbil sambil membawa koper yang berisi pakaian hangat. Mereka membawa pakaian ini untuk bertahan hidup di musim dingin Eropa.
Beberapa migran tampak sedih karena tidak berhasil menyeberang ke Eropa. Sementara beberapa migran lainnya bersumpah akan mencoba peruntungan lagi untuk bermigrasi ke Benua Biru.
Mohsen Addi, seorang Yazidi dari Sinjar di Irak barat laut, telah membawa istri dan anak-anaknya ke Turki kemudian ke Belarusia. Dia berada di Belarus selama satu bulan. Diketahui, komunitas Yazidi mengalami pembantaian dan perbudakan di bawah ISIS beberapa tahun lalu.
“Kami menghabiskan waktu satu bulan di Belarusia, tetapi di sana sangat dingin dan keras. Saya akan tinggal sampai mati, tetapi keluarga saya dalam bahaya. Jika situasinya tidak membaik di Irak, saya akan pergi lagi. Tidak ada pilihan lain," kata Addi.
Addi mengatakan setelah kekalahan ISIS, kampung halamannya di Irak memiliki kekurangan untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya seperti listrik dan perawatan kesehatan. Dia ingin bermigrasi ke Eropa untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.
Pihak berwenang Belarusia pada Kamis membersihkan kamp-kamp utama tempat para migran bermukim di perbatasan dengan Polandia. Orang Irak terutama Kurdi telah mendominasi dari 4.000 migran yang berkemah di perbatasan Belarus-Polandia. Mereka menunggu di hutan dalam udara yang sangat dingin demi mencoba menyeberang ke Lithuania, Latvia, dan Polandia.
Negara-negara Uni Eropa menuduh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatur krisis migran untuk membalas sanksi yang dijatuhkan setelah ia memenangkan pemilihan presiden 2020 yang diduga penuh kecurangan. Mereka menuding Belarusia telah mempermudah orang-orang dari Timur Tengah untuk terbang ke Minsk dan mencoba masuk ke Uni Eropa. Tuduhan itu dibantah oleh Lukashenko.
Sekarang, ratusan calon migran pulang ke rumah setelah gagal melintasi perbatasan yang dijaga ketat. Beberapa migran menggambarkan kondisi keras hidup di hutan pada musim dingin, terutama dengan anak-anak kecil. Mereka menghadapi pemukulan oleh penjaga perbatasan.
Seorang Kurdi Irak berusia 30 tahun, yang menolak menyebutkan namanya, memutuskan untuk mendaftar penerbangan evakuasi bersama istrinya. Dia memilih untuk pulang setelah berusaha menyeberang setidaknya delapan kali dari Belarusia ke Lithuania dan Polandia.
"Saya tidak akan kembali (ke Irak) jika bukan karena istri saya," katanya kepada Reuters sehari sebelum penerbangan evakuasi. “Dia tidak ingin kembali bersamaku ke perbatasan karena dia melihat terlalu banyak kengerian di sana," ujar pria itu.
Uni Eropa telah menekan maskapai penerbangan untuk berhenti menerbangkan para migran ke Minsk. Beberapa maskapai telah setuju untuk menghentikan penerbangan ke ibukota Belarusia. Sebagian besar penumpang pesawat berasal dari negara-negara Timur Tengah termasuk Irak dan Suriah.
Selama beberapa bulan terakhir, pengungsi dari sejumlah negara Timur Tengah seperti Suriah dan Irak telah meningkat di perbatasan Belarusia dengan Polandia, termasuk negara bagian terdekat lainnya. Mereka diterbangkan ke Minsk oleh konsorsium penyelundup dan perusahaan seperti maskapai penerbangan rezim Suriah, Cham Wings. Mereka kemudian ditinggalkan di ibu kota dan diangkut oleh pihak berwenang ke perbatasan.
Sejak itu, sekitar 2.000 pengungsi telah ditahan di perbatasan Belarusia-Polandia. Sebagian besar para migran dipukuli, dianiaya, dan terkadang dipaksa melintasi perbatasan dalam kondisi cuaca buruk.
Sedikitnya delapan orang tewas di perbatasan dalam beberapa bulan terakhir. Termasuk seorang remaja asal Suriah berusia 19 tahun yang tenggelam di sungai saat mencoba menyeberang ke Uni Eropa.