Bisakah Nuklir Beri Jaminan Energi Bersih?

Berbagai energi alternatif dipertimbangkan untuk mengurangi emisi karbon.

EPA/Laurent Dubrule
Pembangkit listrik tenaga nuklir/PLTN (ilustrasi)
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu energi bersih menjadi salah satu bahasan penting dalam konferensi perubahan iklim (COP26) di Glasgow, pekan lalu. Salah satu sumber energi yang menjadi alternatif adalah energi nuklir.

Baca Juga


Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Djarot S Wisnubroto mengatakan energi nuklir mulai menjadi perhatian untuk menurunkan emisi karbon. Selama lebih dari dua dekade, topik energi nuklir tidak masuk dalam agenda konferensi perubahan iklim yang dikoordinasikan oleh PBB. 

"Nuklir tetap menjadi isu kontroversial tetapi sudah mulai diperhatikan kalau tanpa nuklir bisakah emisi karbon kita mencapai target," kata peneliti ahli utama di Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN itu.

Pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto mengatakan pemanfaatan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dapat menjamin keamanan energi nasional dan mendukung energi bersih. Sebab, kebutuhan listrik akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan bangsa dan perkembangan industri.

"Ketersediaan dari sumber energi nasional dan prediksi kebutuhan energi nasional mengharuskan kita perlu menjamin keamanan energi dan konsep energi bersih sehingga PLTN juga masuk di dalamnya," kata Kepala Pusat Studi Energi UGM Deendarlianto dalam Webinar Nasional Prof Talk: Siapkah Energi Nuklir Mendukung Net Zero Emission Indonesia?

Ia mengatakan energi nuklir mampu memenuhi kebutuhan energi secara masif dan sesuai untuk peningkatan kemampuan industrialisasi Indonesia di masa depan. Dia mengatakan tidka ada pilihan lain untuk menggantikan peran penggunaan sumber daya energi konvensional kecuali penggunaan energi nuklir.

Deendarlianto mengatakan pihaknya sudah memberikan rekomendasi kepada pemerintah bahwa perlunya memulai langkah transisi menuju pemanfaatan PLTN dan sumber energi alternatif sebagai solusi sumber energi nasional. Ia menuturkan teknologi reaktor nuklir telah mencapai pencapaian teknologi yang lebih unggul dibanding dengan teknologi pembangkit lainnya.

Keunggulan tersebut antara lain PLTN tidak menghasilkan limbah yang dilepaskan ke lingkungan. Selain itu, PLTN juga mempunyai sistem keselamatan komprehensif dan prosedur operasi terstandarisasi.

Deendarlianto menuturkan beberapa riset terbaru menyatakan konsumsi bahan bakar berbasis fosil dan emisi karbondioksida sudah mulai akut di negara-negara yang ekonominya berkembang (emerging economies) di wilayah Asia-Pasifik. Dengan demikian, penggunaan kebijakan energi nuklir perlu dipertimbangkan dalam kebijakan energi nasional di beberapa negara dan juga perlu ada langkah strategis yang dikembangkan dalam pengembangan teknologi reaktor ke depan.

"Kita tahu bahwa energi nuklir itu sangat 'reliable' (andal), juga aman dan secara internasional juga memiliki arti ekonomi cukup kuat," ujarnya.

 

Biomassa lokal untuk pembangkit listrik

Selain nurklir, ada alternatif lain untuk sumber energi yakni dari biomassa. PT Clean Power Energi mendukung penggunaan biomassa lokal seperti residu hutan, limbah pertanian, bambu dan gamal, dijadikan sumber tenaga pembangkit listrik.

Direktur Utama PT Clean Power Energi Joyo Wahono mengusulkan agar pemerintah mendorong penggantian Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang menghasilkan sekitar 3 ribu megawatt listrik dengan pembangkit listrik tenaga biomassa lokal, tenaga air dan tenaga surya.

"Dengan demikian tarif BPP (Biaya Pokok Penyediaan) PLN (Perusahaan Listrik Negara) bisa turun drastis sampai 50 persen di berbagai lokasi dan akan meningkatkan keandalan kita. Pasalnya kita tidak akan kita bergantung lagi dengan diesel yang banyak komponen impornya juga," katanya, dalam webinar "Tak Hanya Sawit, Indonesia Kaya Beragam Bahan Bakar Nabati".

Ia mencontohkan saat ini pihaknya telah mulai melakukan penanaman gamal di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan teknik tumpang sari sehingga membuat jagung tumbuh lebih subur. Tanaman gamal ini yang akan dijadikan sumber pembangkit listrik (PLT) di wilayah tersebut.

Menurutnya, PLT biomassa lokal dapat menghasilkan 5 hingga 500 kilowatt listrik, dan sebaiknya disinergikan bersama PLT surya dan baterai. Joyo pun berharap PLN dapat menjadi off-taker dari listrik yang dihasilkan oleh PLT biomassa lokal.

"Di samping itu, kami ingin perusahaan swasta nasional yang berperan dalam memproduksi listrik dengan pembangkit listrik tenaga biomassa lokal ini. Agar mereka tidak hanya berperan dari sisi komersialnya tapi juga kompetensinya," ucapnya.

 

Berdasarkan perhitungannya, penggunaan biomassa lokal tidak hanya akan menguntungkan negara karena tidak perlu mengimpor lebih banyak diesel, tapi juga berdampak positif terhadap masyarakat di sekitar PLT biomassa lokal. Joyo pun memperkirakan 500 mw listrik yang dihasilkan PLT biomassa lokal akan menciptakan lapangan kerja bagi 200 ribu orang, merestorasi 1 juta hektare lahan yang terdegradasi, mengaliri listrik 1 juta rumah tangga miskin, dan mengurangi emisi 30 juta ton setara karbondioksida.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler