Tintin dan Eks Bandara Kemayoran
Bagi pecinta komik Tintin, mengunjungi eks Bandara Kemayoran ibarat sedang berziarah.
REPUBLIKA.CO.ID, Tak banyak orang tahu bahwa kawasan Pekan Raya Jakarta (PRJ) dulunya adalah Bandar Udara Internasional Kemayoran yang dibangun pada 1934. Karena, selain sudah tidak banyak yang membicarakannya, juga keberadaan sisa jejak peninggalan bandara internasional pertama di Tanah Air itu tak terawat.
Akses satu-satunya untuk bisa melihat sisa bangunan kedigdayaan pintu masuk Indonesia dari udara pada masa orde lama itu hanya melalui gerbang besi tua berwarna hijau dan tembok corak putih, sedikit orange yang mulai memudar. Sayangnya, gerbang besi berkarat itu selalu digembok.
Cagar budaya itu dikelilingi beton setinggi dua meter dan parit dengan luas sembilan telapak kaki orang dewasa. Juga aset sejarah yang mestinya dijaga serta dirawat itu dipenuhi semak belukar, dan didominasi pohon lamtaro.
Dari pintu masuk itu, masih ada sisa jalan aspal yang mulai retak-retak dan di ujungnya, di sebelah kanan ada jalan dengan paving blok ditumbuhi rerumputan. Dari sini, sudah terlihat gedung tiga lantai bercorak catur putih-orange. Kemudian di sisi kirinya berdiri gedung bekas menara kontrol atau Air Traffic Control (ATC) lebih tinggi beberapa meter dari gedung pertama.
Naas, tangga untuk naik ke atas menara kontrol sudah tak ada. Di sekitar bangunan tua itu juga tidak ditemukan besi bekas anak tangga. Kemudian, plafon di lantai pertama banyak yang tak utuh, jendela kaca nyaris runtuh. Tembok di dalam kedua bangunan itu tak luput dari ‘tangan-tangan jahil’.
Padahal menara kontrol ini melegenda dan memiliki khas sendiri karena tampil di komik petualangan Tintin yang dikenal dengan rambut jambulnya. Dalam serial kartun asal benua biru, diceritakan dalam petualangan Tintin berjudul "Flight 714".
Dikisahkan Tintin, Kapten Haddock, dan Professor Calculus, mendarat di Bandara Internasional Kemayoran, Jakarta, untuk pemberhentian terakhir penerbangan 714 dari London sebelum menuju ke Sydney, Australia. Bagi para pecinta komik Tintin, mengunjungi bekas menara kontrol itu ibarat sedang ‘berziarah’.
"Itu, lihat! Kemajoran!...Apakah ini Djakarta atau bukan?" kata Professor Calculus kepada Tintin dan Kapten Haddock, sepenggal kutipan di komik yang era 1960-an itu.
Sejarawan dan pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI), Asep Kambali menilai, terbengkalainya bangunan eks menara kontrol Bandara Kemayoran sangat disayangkan. Ini mengingat bandara tersebut menjadi bandara dengan penerbangan internasional pertama di Indonesia yang memiliki banyak catatan sejarah bagi kemerdekaan Indonesia.
“Ada banyak situasi penting juga di Kemayoran sana. Bahkan Bung Karno saat menyiapkan kemerdekaan dan berkunjung ke negara lain juga berangkat dari sana (Bandara Kemayoran)” kata Asep kepada //Republika// beberapa waktu lalu.
Ditanya bagaimana pengembangan yang bisa dilakukan Pemerintah, Asep menyebut jika hal itu sesuai peruntukannya. Menurut dia, hal itu akan dimaksimalkan jika dikelola dengan kementerian terkait, baik itu Kemendikbud, PUPR, Perhubungan atau lainnya.
“Sekarang di Setneg memang. Jadi harus dilihat kacamatanya di masa depan. Kalau untuk sejarah ya peruntukan untuk sejarah, berarti di Kemendikbud,” kata dia. Hingga berita ini diturunkan, pihak Setneg belum memberikan konfirmasinya terkait masalah ini.
Salah seorang warga, Mualamin mengaku baru tahu beberapa bulan lalu jika di Kemayoran dulu pernah berdiri bandara. Padahal dia sudah tinggal di daerah Kemayoran sejak 1990-an.
“Saya baru tahu awal tahun, waktu ada penumpang yang minta diantar ke bekas bandara. Saya kaget memang ada bandara di sini,” tutur pengemudi ojek daring ini.