Kelompok Bersenjata Culik Lima Warga China di Kongo
Kelompok bersenjata membunuh seorang petugas polisi dan menculik lima warga China.
REPUBLIKA.CO.ID, BUKAVU -- Juru bicara pemerintah dan angkatan bersenjata Republik Demokratik Kongo mengatakan Kelompok bersenjata membunuh seorang petugas polisi dan menculik lima warga China di dekat tambangan sebelah tenggara negara itu. Belum diketahui siapa yang melakukan penyerangan di Desa Mukera, Provinsi Kivu Selatan.
Hubungan pihak berwenang setempat dengan perusahaan-perusahaan tambang China renggang. Beberapa perusahaan dikabarkan beroperasi ilegal tanpa izin.
"Sekelompok orang bersenjata baku tembak dengan polisi, lima warga China diculik," kata juru bicara Angkatan Darat setempat Mayor Dieudonne Kasereka, Ahad (21/11).
Juru bicara Kedutaan Besar China di Kongo belum menjawab permintaan komentar. Pihak berwenang tidak menyebutkan nama tambang lokasi kejadian.
Media setempat melaporkan pada bulan Agustus lalu Gubernur Kivu Selatan, Theo Kasi menghentikan operasi enam perusahaan kecil China. Ia memerintahkan semua staf lokal dan asing meninggalkan tambang. Unjuk rasa pecah di beberapa tempat setelah perusahaan-perusahaan itu tidak segera menghentikan operasinya.
Presiden Felix Tshisekedi meninjau kesepakatan 'infastruktur untuk mineral' senilai 6 miliar dolar AS dengan investor-investor China yang ditanda tangani presiden sebelumnya Joseph Kabila.
Sebelumnya Tshisekedi kontrak-kontrak penambangan itu dapat ditinjau ulang sebab dikhawatirkan tidak cukup menguntungkan Kongo. Negara itu produsen kobalt terbesar di dunia dan tambang tembaga terbesar di Afrika.
Tanpa sengketa kontrak bagian timur Kongo tempat yang sulit untuk beroperasi. Beberapa milis berperang memperebutkan kekuasaan lahan dan sumber daya alam.
Beberapa pekan terakhir angkatan bersenjata Kongo bentrok dengan kelompok pemberontakan M23 di dekat perbatasan dengan Uganda, beberapa ratus mil sebelah utara serangan pekan ini. Pertempuran ini memaksa ribuan orang mengungsi.