Kemunculan Varian Baru Bisa Dicegah dengan Vaksinasi Anak

Anak-anak selama ini tidak masuk prioritas untuk mendapatkan vaksin Covid-19.

EPA-EFE/NARENDRA SHRESTHA
anak kecil menerima vaksin Pfizer-BioNTech melawan Covid-19 di Rumah Sakit Pendidikan di Kathmandu, Nepal, 22 November 2021.
Rep: Kiki Sakinah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LOUISVILLE -- Para ilmuwan sepakat bahwa kasus setiap infeksi SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, baik pada orang dewasa di Yaman atau anak-anak di Kentucky, Amerika Serikat (AS), memberi kesempatan lain bagi virus untuk bermutasi. Namun, melindungi sebagian besar populasi baru di mana pun di dunia ini dapat membatasi peluang tersebut.

Dalam rangka mengurangi kemungkinan penyebaran Covid-19, hampir semua negara bergegas melakukan upaya. Di AS, 28 juta anak-anak berusia lima hingga 11 tahun kini memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech dengan dosis ukuran anak.

Baca Juga


AS bahkan telah mengizinkan suntikan booster vaksin bagi semua orang dewasa sejak pekan lalu. Sementara itu, Austria telah mewajibkan semua orang dewasa untuk divaksinasi.

Memvaksinasi anak-anak juga berarti mengurangi penyebaran yang tak kentara (silent spread). Sebab, sebagian besar dari anak yang positif Covid-19 tidak memiliki gejala atau bergejala ringan.

Ilmuwan mengingatkan bahwa penyebaran secara tidak kentara itu membuat infeksi virus sulit reda. Sementara itu, ketika orang yang tertular semakin banyak, kemungkinan munculnya varian baru meningkat.

Seorang ahli virologi di University of Wisconsin-Madison di Amerika Serikat, David O'Connor, menyamakan infeksi dengan "tiket lotre yang kita berikan kepada virus". Hadiah utamanya (jackpot) adalah penularan oleh varian yang bahkan lebih berbahaya daripada delta yang beredar saat ini.

"Semakin sedikit orang yang terinfeksi, semakin sedikit tiket lotre yang dimiliki virus untuk bermutasi dan semakin kecil pula risiko kita semua dalam hal menghasilkan varian baru," kata O'Connor, dilansir AP, Selasa, (23/11).

O'Connor menjelaskan bahwa varian baru lebih mungkin muncul pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah yang susah sembuh dari infeksi. Sementara itu, para peneliti sebelumnya tidak sepakat dengan anggapan bahwa anak-anak telah berkontribusi besar dalam penyebaran Covid-19.

Penelitian awal memang menunjukkan bahwa mereka tidak berkontribusi banyak terhadap penyebaran virus. Akan tetapi, beberapa ahli mengatakan, tahun ini situasinya berbeda.

Anak-anak kini memainkan peran penting dalam menyebarkan varian yang lebih menular, seperti alfa dan delta. Menurut perkiraan oleh Pusat Pemodelan Skenario Covid-19, memvaksinasi anak-anak dapat membuat perbedaan nyata di masa mendatang.

RI Butuh 59 Juta Dosis Vaksin Covid-19 untuk Vaksinasi Anak - (Republika)

Pusat Permodelan tersebut beranggotakan sejumlah universitas dan organisasi penelitian medis. Mereka mengonsolidasikan model tentang bagaimana pandemi dapat terjadi.

Perkiraan terbaru pusat tersebut menunjukkan bahwa untuk November 2021 hingga 12 Maret 2022, memvaksinasi anak berusia lima hingga 11 tahun akan mencegah sekitar 430 ribu kasus Covid-19 dalam keseluruhan populasi AS jika tidak ada varian baru yang muncul. Pemimpin proyek, Katriona Shea, dari Pennsylvania State University mengatakan bahwa jika sebuah varian 50 persen lebih menular daripada delta muncul di akhir musim gugur, sebanyak 860 ribu kasus akan dapat dicegah.

Varian delta tetap dominan untuk saat ini, ada pada lebih dari 99 persen spesimen virus corona yang dianalisis di Amerika Serikat. Para ilmuwan tidak yakin persis mengapa.

Menurut dr Stuart Campbell Ray, seorang ahli penyakit menular di Johns Hopkins University, varian delta mungkin secara intrinsik lebih menular. Bisa jadi, varian delta juga mampu menghindari setidaknya sebagian perlindungan yang didapat orang dari vaksin atau antibodi alami dari terinfeksi sebelumnya.

"Mungkin kombinasi dari hal-hal itu, tetapi ada juga bukti yang sangat bagus dan berkembang bahwa delta lebih cocok, artinya dapat tumbuh ke tingkat yang lebih tinggi lebih cepat daripada varian lain yang dipelajari. Jadi ketika orang terkena delta, mereka menjadi menular lebih cepat," kata Ray.

Menurut Ray, delta adalah "sebuah keluarga besar" dari virus-virus, dan dunia sekarang berenang dalam semacam "sup delta." Ia mengatakan bahwa sulit untuk mengetahui dari fitur genetik yang mungkin memiliki keunggulan atau varian non-delta mana yang mungkin melengserkan delta.

Ikhtiar
Upaya untuk mencegah infeksi virus corona dan kemungkinan munculnya varian baru ini dilakukan dengan cara mendaftarkan anak-anak untuk vaksinasi Covid-19. Salah satu warga AS, Cadell Walker, bergegas memvaksinasi Covid-19 putrinya yang berusia 9 tahun, Solome.

Hal itu Walker lakukan tidak hanya untuk melindunginya. Akan tetapi, vaksinasi pada anak juga untuk membantu menghentikan penyebaran virus corona dan mencegah kemunculan varian yang lebih berbahaya.

"Cintailah tetanggamu adalah sesuatu yang benar-benar kami yakini, dan kami ingin menjadi anggota komunitas yang baik dan ingin menjadi model pemikiran itu untuk putri kami," kata ibu asal Louisville berusia 40 tahun itu, yang baru-baru ini membawa putrinya untuk divaksinasi di sekolah menengah setempat.

"Satu-satunya cara untuk benar-benar mengalahkan Covid adalah kita semua secara kolektif bekerja sama untuk kebaikan yang lebih besar," ujarnya.

Varian berbahaya mungkin masih muncul di sebagian besar bagian dunia yang tidak divaksinasi. Bahkan, varian berbahaya bisa saja sampai ke Amerika meskipun anak-anak AS telah ikut divaksinasi.

Meski begitu, Walker mengatakan bahwa dia dan suaminya tidak dapat berbuat apa-apa tentang ancaman demikian. Mereka hanya bisa berikhtiar dengan mendaftarkan putri mereka untuk divaksinasi di situs Jefferson County Public Schools belum lama ini. Solome diadopsi dari Ethiopia dan rentan terhadap pneumonia serta penyakit pernapasan setelah terkena tuberkulosis saat bayi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler