Muslim Kuburkan Migran di Perbatasan Belarusia-Polandia
Pemakaman Muslim di perbatasan dikelola Muslim Tatar di Polandia.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rr Laeny Sulistyawati, Alkhaledi Kurnialam
BOHONIKA -- Jenazah seorang migran Suriah berusia 19 tahun yang meninggal dunia saat menyeberangi sungai di perbatasan Belarusia-Polandia dimakamkan oleh sekelompok Muslim setempat pada Senin (22/11)
Ahmad al-Hasan dimakamkan di pemakaman Muslim di Bohonika yang dikelola komunitas Muslim Tatar di Polandia. Pemakaman dan penguburan berikutnya disaksikan sejumlah pelayat.
Keluarga Hassan yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di Turki dan Yordania dapat berpartisipasi dari jarak jauh melalui panggilan video. Jenazah Hasan ditemukan pada Selasa, 19 Oktober 2021 di Sungai Bug dekat perbatasan Belarusia di Polandia timur.
Seorang saksi mata mengatakan, Hasan tidak bisa berenang dan seorang penjaga Belarusia mendorongnya masuk ke dalam air. Tubuhnya telah membusuk karena disimpan di kamar mayat di Bielsko Biala selama lebih dari sebulan.
Hasan berharap melanjutkan pendidikan di Eropa yang telah dimulai di sebuah kamp pengungsi di Yordania. Imam Aleksander Bazarewicz yang melakukan pemakaman berkata ini bukanlah akhir.
"Kematian bukanlah tragedi, itu hanya berarti Tuhan memiliki tempat yang lebih baik untuknya (Hasan). Dia meninggal dunia dengan kematian yang tragis, dia tenggelam sehingga memiliki status sebagai martir," katanya seperti dikutip dari laman 5 Pillars UK, Kamis (25/11).
Seorang pemimpin komunitas Muslim setempat Maciej Szczesnowicz mengatakan Hasan adalah seorang manusia, seorang Muslim, seorang pemuda, dan penting bahwa Muslim yang lain memberikan pemakaman yang sesuai dengan namanya. Setidaknya 11 migran dilaporkan tewas di perbatasan Polandia-Belarusia sejak awal krisis pada Agustus.
Szczesnowicz mengatakan kepada Reuters ia khawatir mungkin orang yang meninggal dunia lebih banyak karena cuaca saat ini dingin. "Kami takut yang terburuk," katanya.
Ia menambahkan memiliki kuburan yang cukup besar dan ingin menawarkan pemakaman yang bermartabat untuk seseorang yang datang dari luar negeri dan meninggal di tanah Polandia. Saat suhu turun di bawah titik beku, banyak sukarelawan dari komunitas Muslim Tatar berusaha membantu para migran yang berada di wilayah Polandia atau hutan terdekat.
Laporan Aljazirah mengungkap penduduk setempat memasang lampu hijau di luar rumah mereka untuk menunjukkan kesediaan mereka membantu mereka yang tersesat di hutan. Beberapa orang keluar mencari orang untuk membantu mereka.
Baca juga : Polisi Uzbekistan Dilaporkan Paksa Muslim Cukur Janggut
Komunitas yang bersemangat menggandeng stasiun pemadam kebakaran setempat mengumpulkan makanan dan pakaian hangat untuk orang-orang yang membutuhkan.
Pada Selasa, janin berusia 27 pekan ditemukan dan dimakamkan di dekat makam Hasan. Janin itu milik seorang wanita Irak yang berhasil melintasi perbatasan dan terdampar di hutan.
Dia ditemukan oleh sekelompok sukarelawan dan saat ini berjuang untuk hidupnya di rumah sakit setempat. Dokter memastikan bahwa janin itu milik wanita tersebut.
Imam Bazarewicz mengatakan kepada pelayat orang-orang ini tidak meninggalkan rumah mereka, negara mereka untuk perjalanan wisata, tetapi untuk menemukan kehidupan yang lebih baik. "Ketika kami menggali kuburan pertama, kami berharap itu akan menjadi yang terakhir. Sayangnya, bukan itu masalahnya" katanya.
Sebanyak tiga kuburan milik warga Yaman berusia 37 tahun Mustafa Mohammed Murshid al-Raymi, warga Suriah berusia 19 tahun Ahmad Al Hasan, dan seorang migran tak dikenal saat ini berada di pemakaman lokal. Sementara itu, keadaan darurat telah diumumkan di Polandia.
Baca juga : Arab Saudi Temukan Situs Kuno Qusairat Aad
Negara itu telah memperkuat perbatasannya dengan tambahan 15 ribu tentara. Pihak berwenang telah menjadikan daerah perbatasan sebagai zona larangan bagi semua orang termasuk pekerja lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan jurnalis.
Uni Eropa menyalahkan pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko karena mengatur krisis migran di perbatasan Polandia-Belarusia. Brussels telah memberlakukan serangkaian sanksi baru terhadap pemerintah Lukashenko pekan lalu. Menurut komisi Eropa, sanksi baru akan menargetkan individu dan entitas yang mengorganisir atau berkontribusi pada kegiatan oleh rezim Lukashenko yang memfasilitasi penyeberangan ilegal perbatasan eksternal Uni Eropa.
Komunitas Muslim di desa Bohoniki, Polandia telah mulai memasak makanan untuk tentara dan perwira Polandia yang aktif melindungi perbatasan. Menurut tabloid Polandia Fakt, setiap hari, umat Islam menyiapkan 300 porsi sup hangat yang kemudian dikirim ke perbatasan di Kuźnica.
Dilansir dari Remix News, Rabu (24/11), pada Senin, empat wanita menawarkan bantuan memasak dan memberi makanan kepada siapa pun yang membutuhkan. Apalagi ternyata tidak hanya umat Islam saja yang ikut dalam kegiatan memasak tersebut. Mereka juga dibantu oleh seorang wanita Katolik.
Sup dibuat dari produk-produk yang disumbangkan oleh masyarakat setempat, sekolah, dan perorangan. “Tentara berdiri di persimpangan jalan di kota kami baru-baru ini. Kami punya sup, jadi saya memberi tahu teman saya, 'Ayo, mari kita pergi dan mengambil makanan hangat untuk melakukannya.' Para prajurit mengatakan mereka belum pernah melihat orang baik seperti itu,” kata salah satu wanita.
Penyelenggara seluruh operasi, Ketua Komunitas Ibadah Muslim Bohoniki, Maciej Szczęsnowicz menjelaskan mengapa komunitas memutuskan membuat sikap seperti itu terhadap tentara Polandia. Mereka ingin membantu kedua belah pihak, baik migran maupun tentara yang kesulitan.
“Inisiatif pertama kami adalah membantu para migran, tetapi kami juga ingin melakukan sesuatu untuk para tentara. Kami ingin menunjukkan sebagai Muslim Polandia, kami telah berada di sini selama ratusan tahun, dan kami menunjukkan solidaritas dengan kedua belah pihak. Kami ingin membantu kedua belah pihak,” katanya.
Szczęsnowicz menambahkan dia adalah satu-satunya yang memiliki izin masuk ke wilayah yang saat ini dalam keadaan darurat, jadi dia secara pribadi bertanggung jawab untuk mengantarkan makanan. Dia juga mengakui dia bekerja lembur ekstrem, hampir 24 jam sehari.