Varian Baru Covid, WHO: Jangan Tergesa Batasi Perjalanan
Negara-negara harus mengambil pendekatan berbasis risiko dan sains.
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (26/11) memperingatkan negara-negara untuk tidak terburu-buru menerapkan pembatasan perjalanan setelah varian baru virus corona B.1.1.5.2.9 ditemukan. WHO mengatakan bahwa mereka harus mengambil pendekatan berbasis risiko dan sains.
"Pada titik ini, pembatasan perjalanan harus dilakukan hati-hati," kata juru bicara WHO Christian Lindmeier pada konferensi pers PBB di Jenewa.
WHO mengimbau agar pemerintah di berbagai negara tetap menerapkan pendekatan berbasis risiko dan sains ketika menerapkan langkah-langkah pembatasan perjalanan."WHO pada Jumat menggelar pertemuan para ahli untuk mengevaluasi status varian baru tersebut dan akan membagikan pedoman lebih lanjut tentang tindakan yang dapat diambil negara-negara," kata dia.
Menurut Lindmeier, diperlukan waktu berminggu-minggu untuk memahami dampak varian baru tersebut. Para peneliti, kata Lindmeier, sedang bekerja untuk menentukan seberapa cepat penularannya dan bagaimana varian itu akan memengaruhi pengobatan dan vaksin Covid-19.
Sebelumnya, Afrika Selatan mengatakan langkah Inggris menutup penerbangan dengan enam negara bagian selatan Afrika terlalu terburu-buru. Pasalnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum memberi saran untuk mengambil tindakan tertentu. Langkah itu diambil setelah para ilmuwan mendeteksi varian baru Covid-19.
Sejauh ini para ilmuwan hanya menemukan varian baru Covid-19 B.1.1.529 dalam jumlah kecil di Afrika Selatan, Botswana dan Hong Kong. Tapi mereka khawatir dengan tingginya angka mutasi yang mungkin dapat menginvasi sistem respon imun tubuh dan lebih menular.
Inggris mengatakan varian terbaru ini yang paling signifikan yang pernah ditemukan. London melarang penerbangan dari Afrika Selatan, Botswana, Lesotho, Eswatini, Zimbabwe dan Namibia.