Epidemiolog Ungkap Cara Cegah Penularan Varian Omicron

Omicron diduga punya kemampuan penularan 500 persen lebih cepat.

EPA-EFE/KIM LUDBROOK
Papan informasi penerbangan menunjukkan pembatalan penerbangan di OR Thambo International Airport, Afrika Selatan, menyusul pengumuman varian baru Covid-19 Omicron. Varian yang juga dikenal dengan B.1.1.529 itu membuat sejumlah negara menutup penerbangan dari negara-negara Afrika bagian selatan.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mendesak peningkatan upaya vaksinasi Covid-19 guna mencegah varian Omicron. Alasannya, varian baru tersebut berpotensi menimbulkan gelombang kasus berikutnya di Tanah Air.

Dicky meminta pemerintah secepatnya mencapai target vaksinasi Covid-19 sebesar 90 persen di akhir tahun 2021. Lalu ia mengimbau masyarakat mengikuti vaksinasi sekaligus menaati protokol kesehatan.

"Sekarang seharusnya sudah di 90 persen, surveilans genomik harus ditingkatkan jelang 2022 ini beserta protokol kesehatan 3T dan 5M. PR-nya adalah bagaimana pemerintah bisa menyadarkan masyarakat yang tidak mau divaksinasi dan masih abai terhadap prokes," kata Dicky dalam keterangan kepada Republika, Sabtu (27/11).

Dicky mendesak Pemerintah dan masyarakat serius menghadapi ancaman Omicron yang berasal dari Afrika Selatan. Pasalnya, Omicron diduga punya kemampuan penularan 500 persen lebih cepat ketimbang varian awal Covid-19 di Wuhan Tiongkok.

"Menjelang libur panjang Nataru, selain meningkatkan level PPKM, yang harus dilaksanakan lebih giat lagi adalah Vaksinasi. Vaksinasi efektif mencegah kematian, tapi belum pada mencegah penularan," ujar Dicky.

Dicky mengakui pemerintah tidak bisa memprediksi secara pasti kapan Omicron akan masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah memperketat pintu masuk Indonesia dari luar negeri, di antaranya memastikan orang yang masuk negatif Covid-19 dari hasil PCR dan semuanya patuh prosedur karantina.

"Ada kombinasi potensi varian super baru dan penurunan imunitas. Sehingga prediksi waktu kejadian tidak mudah atau kompleks," ucap Dicky.

Selain itu, Dicky menyinggung kehadiran Omicron diduga bakal mempersulit kondisi kesehatan masyarakat di 2022. Menurutnya, Omicron akan berkontribusi terhadap sulitnya memastikan data imunitas data surveilans dan serologi.

"Di akhir tahun (2021) setengah penduduk dunia sudah kebal. Tapi ada setengahnya yang masih rawan. Gelombang ketiga di 2022 jauh lebih kompleks dibandingkan gelombang di 2021," tutur Dicky.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler