Varian Omicron Muncul Lebih Cepat, Ini Saran Epidemiolog
Epidemiolog sarankan pemerintah kejar vaksinasi lengkap hadapi omicron
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gelombang ketiga Covid-19 masih berpotensi terjadi, ada atau tak adanya varian baru virus Corona yaitu Omicron.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan potensi gelombang ketiga Covid-19 sulit dihindari.
“Tetapi ketika saya memprediksi gelombang ketiga, saya tidak menduga akan terjadi varian super ini (Omicron) bisa secepat ini (terjadi)," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (28/11).
Terkait bagaimana dampak Omicron terhadap gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia, dia tak mau berbicara banyak. Menurutnya, persoalan ini harus dihitung lagi.
Menurutnya, saat ini terlalu dini untuk memprediksi meski dia mengaku telah memiliki beberapa catatan.
Dia membutuhkan waktu dan harus menunggu hingga setidaknya dua pekan ke depan.
"Yang jelas sangat berdampak karena kecepatan penularannya dan ada kemungkinan reinfeksi. Misalnya kemarin terpapar Covid-19 varian Delta maka bisa terinfeksi lagi," katanya.
Oleh karena itu, dia meminta masyarakat harus segera divaksinasi. Sebab, ini akan jadi titik rawan kalau tak segera divaksin yaitu penurunan kekebalan tubuh.
Kendati demikian, dia menambahkan, meski ada potensi penurunan imunitas tubuh dalam enam hingga tujuh bulan usai divaksin lengkap tetapi bukan berarti proteksi vaksin langsung hilang.
Sebab, dia menjelaskan, kadar perlindungan ini tentu berbicara statistik yang bersifat general.
Bahkan, dia menyebutkan beberapa orang bisa memiliki kekebalan tubuh yang tinggi usai divaksin selama sembilan bulan, bahkan lebih dari itu.
Kini, dia meminta yang harus dilakukan pemerintah adalah mengejar cakupan vaksinasi Covid-19 lengkap dua dosis kemudian memperhatikan kelompok berisiko.
"Karena tahun depan kan mulai mengejar vaksinasi anak 6 hingga 11 tahun, termasuk mulai ada memberikan penguat (booster) vaksin Covid-19 untuk lansia, dan yang memiliki penyakit penyerta (komorbid)," katanya.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) menamakan varian baru virus corona yang ditemukan di Afrika Selatan sebagai Omicron. Varian ini kini juga berada dalam daftar perhatian WHO. Virus corona jenis baru ini sebelumnya bernama B.1.1.529.
Menurut WHO, kasus positif akibat varian ini meningkat di hampir semua provinsi di Afrika Selatan. "Varian ini memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan," begitu pernyataan resmi WHO.
Varian Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November lalu.