Studi Oxford: Pasien Delta Rawat Inap karena tidak Vaksinasi
Studi terbaru Oxford sebut pasien tidak divaksinasi jalani rawat inap dan masuk ICU.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru yang dilakukan para ilmuwan asal Oxford menyebutkan bahwa pasien Covid-19 Delta yang dirawat di rumah sakit adalah orang-orang yang belum melakukan vaksinasi Covid-19. Meskipun varian Delta yang lebih menular terus menginfeksi ribuan orang, tetapi mereka yang telah divaksinasi lengkap hanya mengalami infeksi ringan.
“Di antara masyarakat umum, pandemi masih dianggap sebagai penyakit sampar diam-diam, terlihat dalam gambar pasien yang berjuang untuk napas berikutnya. Kengerian yang sedang berlangsung ini, yang terjadi di seluruh ICU di Inggris, sekarang sebagian besar terbatas pada orang yang tidak divaksinasi. Vaksin cenderung membatasi penderitaannya yang menyesakkan, dengan beberapa pengecualian,” kata salah satu peneliti, Andrew Pollard, dilansir dari The Guardian, Senin (29/11).
Para ilmuwan berharap peluncuran booster dan kekebalan varian Delta akan membantu Inggris lolos dari lonjakan infeksi yang terlihat di beberapa bagian Eropa. Dengan begitu, Inggris mungkin tidak akan terkena gelombang berikutnya.
“Di negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang lebih rendah, dampak gelombang saat ini di ICU rumah sakit akan jauh lebih buruk daripada di Inggris,” ujar dia.
Namun, Pollard yang juga salah satu ilmuwan di balik vaksin Oxford/AstraZeneca, mengatakan, Covid-19 masih menambah tekanan pada NHS pada musim dingin ini dengan pasien yang tidak divaksinasi membutuhkan perawatan intensif. Sementara, pasien yang lebih tua dan lemah masih berisiko kehilangan nyawa.
“Gelombang virus terbaru di Inggris, yang sekarang meningkat pesat di beberapa bagian Eropa, akan secara langsung dialami sebagian besar pasien yang tidak divaksinasi,” kata dia.
Untuk mencegah penyakit serius, saat ini orang-orang membutuhkan vaksin dosis pertama dan kedua sesegera mungkin. Bagi sebagian besar individu yang divaksinasi, mereka hanya mengalami infeksi ringan yang tidak lebih dari ketidaknyamanan saja. Bagi mereka yang sangat lemah, immunocompromised atau memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya, maka infeksi Covid-19 bisa membuat mereka cukup tidak stabil dan menyebabkan masalah kesehatan serius yang mengancam jiwa.
Ilmuan dari Kelompok Penasihat Ancaman Virus Pernafasan Baru dan Muncul (Nervtag), Peter Openshaw, mengatakan bahwa Inggris dapat menghindari kasus seperti di Eropa. Namun, dia tetap khawatir Inggris mengalami lonjakan kasus Covid-19. Dia menekankan bahwa masker masih sangat efektif mencegah penularan Covid-19.
“Karena ada orang yang tidak divaksinasi karena berbagai alasan. Kita membutuhkan kombinasi tindakan, yang mencakup vaksinasi ulang, dosis ketiga, tetapi juga memakai masker dan sangat berhati-hati untuk tidak menularkan virus,” ujar Openshaw.