Pro-Kontra Formula E di Mata Warga DKI Jakarta
Ajang balap mobil listrik Formula E bakal menguatkan posisi Jakarta sebagai pusat per
REPUBLIKA.CO.ID, Penyelenggaraan ajang balap Formula E yang akan dilakukan di DKI Jakarta pada tahun 2022, sudah mencapai tahap menunggu keputusan lima alternatif lokasi yang ditawarkan oleh Ikatan Motor Indonesia (IMI). Namun, ajang tersebut menuai pro dan kontra dari warga DKI Jakarta.
Pegawai swasta Ryan J (27 tahun) menilai, penyelenggaraan ajang balap Formula E, tidak tepat. “Saya tidak setuju diadakan Formula E. Alasan utamanya karena namanya kurang dikenal dibandingkan Formula 1,” kata Ryan kepada Republika.co.id, Senin (29/11).
Ryan juga menyebut, penyelenggaraan itu dinilai tidak etis karena menghamburkan banyak biaya untuk ajang yang asing bagi warga Indonesia. Terlebih, acara digelar di tengah pandemi Covid-19. Meskipun kondisi masyarakat mulai membaik tetapi tetap saja masih banyak orang yang terdampak akibat Covid-19.
Menurut dia, biaya untuk Formula E bisa diprioritaskan untuk mereka yang terdampak dan menangani kasus kemiskinan. “Seharusnya, pengeluaran untuk Formula E diprioritaskan untuk kemiskinan atau pendidikan. Sayangnya, sudah bayar commitment fee dan kabarnya sudah masuk agenda race. Jadi, ya sudah mau bagaimana lagi,” ujar dia.
Ryan berharap, agar kedepannya pemerintah lebih cermat dalam menggelar ajang olahraga. “Harapan saya pemerintah lebih cermat menyelenggarakan ajang olahraga yang jelas-jelas akan menguntungkan kita dari sisi penonton. Formula E mobil listrik, saya harap nantinya ajang olahraga bukan untuk memenuhi ambisi tertentu,” ucap dia.
Lain hal dengan M. Fathur (28 tahun), sebagai pecinta balap mobil, dia sangat menantikan ajang balap mobil listrik Formula E. “Sebagai pecinta balap mobil ini hal yang baik, bisa memengaruhi sektor pariwisata DKI,” kata Fathur.
Menurut dia, adanya Formula E bisa membuka potensi bagi ajang balap mobil lain di Indonesia. Meskipun ada yang menilai terlalu membuang anggaran, Fathur tidak setuju.
“Kalau karena disebut membuang anggaran, namanya memasarkan negara, kita membutuhkan uang. Akan tetapi, dari acara ini kita mendapat exposure besar,” tuturnya.
Sementara Indah (24 tahun) juga kurang setuju terhadap penyelenggaran Formula E. Menurut dia, acara tersebut dinilai tidak mendesak di tengah pandemi Covid-19. Dia menjelaskan, prioritas saat ini adalah mengatasi banjir bukan ajang olahraga.
“Tata kota Jakarta saja masih banjir, ini perlu dibenahi dulu untuk kepentingan warga DKI,” kata Indah.
Indah berharap, pemerintah ke depannya agar lebih bijak dalam memutuskan prioritas untuk warganya. “Semoga ya kedepannya lebih bijak dalam memilih keutamaan untuk warganya. Kalau ajang ini saya rasa bisa nanti setelah pandemi. Masih banyak yang susah sekarang,” tambahnya.
Kuatkan posisi Jakarta
Namun, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, ajang balap mobil listrik Formula E bakal menguatkan posisi Jakarta sebagai pusat perekonomian setelah Ibu Kota dipindahkan ke Kalimantan Timur.
"Formula E diharapkan bisa makin menguatkan peran Jakarta sebagai salah satu pusat perekonomian," kata Anies di pendopo Balai Kota Jakarta, Senin (29/11).
Selain tetap menjadi pusat perekonomian, Jakarta akan menjadi pusat kegiatan budaya dan seni yang terus berjalan. "Ini mengantisipasi situasi Jakarta sesudah nanti ibu kota, kita sama-sama tahu, akan rencana berpindah dari Jakarta," ujar Anies.
DKI Jakarta menjadi tuan rumah ajang balap mobil listrik Formula E pada 4 Juni 2022. Meski begitu, hingga saat ini belum ada kepastian lokasi karena masih dilakukan survei oleh Formula E Operation (FEO).
Sementara itu, Ketua Pelaksana Formula E (Jakarta E-Prix) Ahmad Sahroni menargetkan, lokasi sirkuit ajang balap mobil listrik itu diumumkan sebelum Natal setelah survei rampung. "Masalah trek semoga sebelum Natal kita akan umumkan, tapi tunggu survei dari FIA. Kalau FIA bilang go head, kami dari panitia akan mengumumkan langsung," kata Sahroni.
Selama ini ada lima lokasi yang dipilih menjadi calon lokasi sirkuit di antaranya kawasan Senayan dan Jakarta Utara.