Mengapa Ada Orang yang Terobsesi Melacak-Menunggu Paket?

Sebagian orang terobsesi untuk melacak perjalanan paket belanja online-nya.

republika
Belanja online (ilustrasi). Obsesi melacak-menunggu paket belanja online ada kalanya juga terkait kesehatan mental seseorang.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belanja secara daring telah menjadi salah satu kenormalan baru selama pandemi Covid-19. Apalagi, saat momen Harbolnas (hari belanja online nasional), banyak orang memanfaatkannya untuk membeli kebutuhan secara online.

Karena itulah, kini, menunggu kedatangan paket menjadi sebuah rutinitas baru bagi sebagian besar orang. Berbicara soal menunggu paket, tak sedikit orang yang secara rutin melacak paket melalui nomor resi atau sebagainya. Psikoterapis Owen O'Kane mengungkap bahwa hal ini bisa menimbulkan rasa cemas, harapan, semangat, bahkan kebahagiaan.

Baca Juga



"Ini merupakan kesenangan antisipatif bahwa sesuatu yang positif dan baik akan terjadi ketika Anda mendapatkan paket, dan banyak orang menyadari bahwa memesan dan menunggu itu terasa menyenangkan,” kata dia, seperti dilansir USA Today, Selasa (30/11).

Ketika paket akhirnya tiba, banyak orang merasakan kepuasan. Bagi sebagian orang, kedatangan sebuah paket juga dapat mewakili masa depan positif, di mana mereka dapat mengontrol berbagai macam kebutuhan sehingga membuat hidup terasa lebih mudah diatur dan tidak monoton.

"Akan sangat membantu untuk mengantisipasi hal-hal baik di masa depan, seperti ketika Anda mengalami minggu yang berat di tempat kerja, tetapi Anda tetap bertahan karena menonton sesuatu yang menghibur. Simpelnya, Anda akan terlatih untuk percaya bahwa besok adalah hari lain," kata Ryan Howes, psikolog klinis dari Pasadena, California.

Howes menyebut bahwa menunggu paket juga bisa berfungsi sebagai pengalih perhatian sementara dari kehidupan yang monoton. Sebab, menunggu paket akan menciptakan sesuatu yang baru untuk bersemangat.

"Anda mengalihkan diri dari perasaan lain yang mungkin tidak terasa begitu menyenangkan, seperti kecemasan, kebosanan, bahkan ketakutan. Ketika Anda membayangkan peristiwa positif di masa depan, Anda hanya merasakan antisipasi yang menyenangkan itu," jelas Howes.

Meski begitu, tidak selamanya menunggu paket itu mentransfer energi positif. Ketika momen Harbolnas, jasa pengiriman paket akan kewalahan, sehingga paket Anda mungkin lebih lama sampainya.  

Tidak hanya lama, banyak orang juga khawatir, barangnya rusak atau tidak sesuai ekspektasi. Fenomena ini disebut kecemasan menjelang datangnya paket, dan ini lebih umum daripada yang Anda kira.

Paket yang tertunda mungkin tampak tidak penting bagi sebagian orang. Tetapi bagi orang lain, itu bisa memicu rasa marah dan cemas.

"Lamanya paket sampai bisa menimbulkan kemarahan bagi sebagian orang, bahkan muncul perasaan ditipu. Sama seperti ketika Anda diabaikan, dikhianati janjinya," kata Howes.

Di sisi lain, O'Kane mengatakan, reaksi ini bisa jadi mencerminkan masalah internal yang lebih mengakar dalam hidup. Kecemasan adalah intoleransi terhadap ketidakpastian, dan banyak orang berjuang dengan tidak mengetahui atau tidak memiliki kendali.

"Jadi itu benar-benar simbolis tentang sesuatu yang lebih besar, tentang kebutuhan untuk mengendalikan dan membutuhkan segalanya untuk menjadi sempurna,” kata O'Kane.

Ketika kebiasaan belanja online sudah mengganggu psikis, para ahli menyarankan untuk beralih ke sumber hiburan lain. Ada banyak cara mengapresiasi diri selain dengan belanja.

"Carilah sesuatu yang bisa benar-benar memberi kedamaian, kesenangan selain daripada belanja online dan menunggu paket," kata O’Kane.

"Saya pikir Anda akan menemukan bahwa berbelanja dan menunggu paket mencerminkan cara hidup yang paling pasif. Tantang diri Anda untuk mengambil tindakan dalam hidup Anda alih-alih menunggunya tiba," kata Howes.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler