5 Dalil Tegaskan Rasulullah SAW Bukan Penebus Dosa Umatnya

Konsep nabi dan rasul sebagai penebus dosa tak sesuai Islam

Republika/Mardiah
Islam tidak mengenal konsep nabi dan rasul sebagai penebus dosa. Ilustrasi Rasulullah
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketika non-Muslim mempelajari Islam, ada banyak ajaran Islam yang berbeda dengan agama lain. Salah satunya adalah Rasulullah ﷺ yang tidak wafat untuk menanggung dosa umatnya meski dia adalah rahmat bagi semua.

Baca Juga


Mengapa demikian? Dilansir di aboutislam.net, cendekiawan asal Toronto, Amerika Serikat, Syekh Ahmad Kutty menjelaskan bahwa alasan utamanya adalah karena Islam tidak mengenal konsep tersebut.

Menurut Alquran, Allahﷻ dengan rahmat-Nya yang tak terbatas, mengampuni Adam dan Hawa atas ketidaktaatan mereka. Itulah mengapa tidak ada konsep 'dosa bawaan' dalam Islam, berbeda dengan agama lainnya.

Dosa bawaan diartikan bahwa sejak Adam dan Hawa melakukan dosa pertama maka seluruh umat manusia diselimuti dosa dan bahwa semua manusia dilahirkan sebagai orang berdosa. Islam menolak ini dan Alquran mengatakan bahwa tidak ada jiwa yang dapat menanggung perbuatan orang lain.

Jadi dalam Islam, semua anak dilahirkan murni dan tidak berdosa. Hanya ketika manusia mencapai usia pubertas maka dosa-dosa mereka akan ditahan terhadap mereka.

Lebih jauh, Islam juga menolak manusia yang membutuhkan 'penyelamat' untuk mati demi dosa manusia. Sebaliknya Islam mengajarkan bahwa satu-satunya cara nyata bagi setiap manusia untuk mencapai keselamatan adalah dengan menyerahkan kehendak mereka secara eksklusif kepada Allahﷻ dengan ketaatan yang tulus, ibadah dan perbuatan baik.

Selain alasan di atas, ada sejumlah argumentasi mengapa Islam tidak mengenal dosa tebusan. Yaitu penjelasannya sebagai berikut:       

Pertama, Islam tidak mengenal konsep dosa asal. Dosa Adam adalah miliknya sendiri. Dalam Alquran Allah ﷻ telah mengampuni Adam dan Hawa ketika mereka bertaubat. Maka segalamya dikembalikan kepada rahmat Allah SWT. 

Oleh karena itu tidak ada konsep Adam mewariskan kepada keturunannya dosa asal, dan karena itu tidak perlu menetapkan penebus untuk dosa-dosa tersebut. Dalam surat Al Baqarah ayat 37 disebutkan: 

فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Mahapenerima taubat, Mahapenyayang.”  

 

 

Kedua, setiap orang terlahir atas fitrah. Hal ini karena tidak ada dosa asal, setiap orang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kita memperoleh dosa kemudian dengan tindakan sadar dan disengaja kita sendiri. Nabi Muhammad  ﷺ dalam sebuah riwayat menyebutkan: 

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (atau keadaan alami kepolosan )."  

Ketiga, Allah ﷻ Mahapenyayang. Islam mengajarkan bahwa Allah Mahapengasih dan Penyayang. Dia tidak terikat oleh aturan pengorbanan darah untuk mengampuni hamba-hamba-Nya. Allah berfirman dalam surat Az Zumar ayat 53: 

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Mahapengampun, Mahapenyayang.

Keempat, perbuatan dosa adalah tanggung jawab pribadi. Islam mengajarkan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas keselamatannya sendiri. Bukan Ibraham, atau Musa, atau Isa ‘alaihimussalam, atau Muhammad ﷺ yang dapat menyelamatkan kita.

Mereka hanya mampu menyelamatkan diri melalui kasih karunia Allah ﷻ. Dalam Alquran surat An Nisa ayat 111 Allah ﷻ berfirman: 

وَمَنْ يَكْسِبْ إِثْمًا فَإِنَّمَا يَكْسِبُهُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Dan barang siapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk (kesulitan) dirinya sendiri. Dan Allah Mahamengetahui, Mahabijaksana.” 

Kelima, doa bisa dipanjatkan langsung. Setiap orang, laki-laki atau perempuan, dapat langsung menghadap Allah ﷻ. Allah ﷻ lebih dekat dengan kita daripada urat leher kita sendiri. Allah ﷻ berfirman dalam Alquran surat Qaf ayat 16:  

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”

 

 

Sumber: aboutislam 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler