Kemunculan Omicron Jadi Pertanda Pandemi akan Berakhir?

Kemunculan omicron diharapkan menjadi pertanda pandemi akan berakhir.

ANSA
Gambar pertama varian omicron dirilis oleh pakar dari ANSA, Italia. Ahli epidemiologi telah memikirkan kemungkinan SARS-CoV-2 pada akhirnya dapat bermutasi menjadi varian yang lebih jinak, terus menyebar, dan mengakibatkan lebih sedikit orang meninggal. Mereka memperkirakan itu adalah jalan keluar dari pandemi.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19 telah memunculkan berbagai varian. Pekan lalu, varian terbaru, omicron, muncul.

Varian yang pertama kali diindentifkasi di Afrika Selatan itu memiliki tingkat penularan yang tinggi. Meski demikian, gejala yang ditimbulkan akibat omicron lebih ringan hingga jarang membuat orang yang terinfeksi mengalami sakit kritis. 

Baca Juga


Mungkinkah itu kabar baik untuk dunia? Beberapa ahli penyakit menular mengatakan, untuk saat ini, belum cukup banyak informasi yang diketahui tentang omicron, yaitu apakah ini yang akan mengakhiri pandemi, sehingga mereka meminta semua orang untuk tetap berhati-hati.

Sejak awal pandemi Covid-19 melanda dunia, ahli epidemiologi telah memikirkan kemungkinan SARS-CoV-2 pada akhirnya dapat bermutasi menjadi varian yang lebih jinak, terus menyebar, dan mengakibatkan lebih sedikit orang meninggal. Mereka memperkirakan itu adalah jalan keluar dari pandemi.

Itulah yang terjadi pada virus influenza H1N1. Insiden tersebut mungkin menjelaskan asal mula selesma, penyakit infeksi virus corona yang oleh beberapa ahli virologi dikaitkan dengan pandemi Flu Rusia yang mematikan pada akhir abad ke-19.

Indikasi awal dari Afrika Selatan, omicron tampaknya telah menggantikan delta sebagai strain dominan. Ini menjadi salah satu hal yang ditunggu para ahli, karena mereka melihat tanda-tanda bahwa varian ini kurang ganas.

"Kami belum tahu, tetapi ada beberapa petunjuk bahwa omicron mungkin kurang ganas. Meskipun saat ini agak menegangkan, itu mungkin menguntungkan," ujar ahli epidemiologi University of Melbourne di Australia, Tony Blakely, dilansir Sydney Morning Herald, Rabu (1/12).

Masyarakat global tentu mengkhawatirkan omicron. Dulu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengklasifikasikan delta sebagai varian yang mengkhawatirkan, namun status omicron diangkat ke level yang sama hanya dua hari setelah kasus pertama dikonfirmasi.

Ahli epidemiologi dari University of New South Wales (UNSW), Marylouise McLaws, mengatakan bahwa sampel omicron yang ada masih terlalu kecil untuk bisa menarik kesimpulan tegas. Sebagian besar infeksi yang dikonfirmasi di Afrika Selatan melibatkan mahasiswa.

McLaws menjelaskan bahwa mahasiswa juga termasuk kelompok usia yang cenderung tidak sakit parah akibat varian apapun sebelumnya. Di sisi lain, ia mengingatkan bahwa virus yang kurang ganas pun masih dapat memberikan tekanan berat pada sistem kesehatan jika cukup banyak orang yang terinfeksi.

Dunia Khawatirkan Varian Omicron - (Infografis Republika.co.id)

"Dalam dua pekan ke depan kita akan belajar lebih banyak lagi. Kita tidak akan tahu tentang tingkat kematian selama 28 hingga 30 hari lagi dan bagusnya dunia telah mengambil pendekatan yang sangat hati-hati," ujar McLaws.

Sementara itu, Blakely mengatakan ada empat pertanyaan kunci tentang omicron. Pertanyaan itu adalah apakah omicron lebih menular, ganas, serta resisten terhadap vaksin yang tersedia saat ini, dan juga apa lebih mungkin menginfeksi orang yang sudah pernah terkena Covid-19.

Pertanyaan tentang resistensi omicron terhadap vaksin yang tersedia adalah subjek penyelidikan laboratorium. Diperkirakan, prosesnya akan memakan waktu hingga dua pekan ke depan.

Vaksinasi lawan omicron
Menurut studi pendahuluan, vaksin Covid-19 yang sekarang ada 40 persen kurang efektif pada varian ini. Itu terjadi akibat adanya 32 mutasi pada protein lonjakan (spike protein) SARS-CoV-2.

Vaksin yang tersedia saat ini memicu tubuh untuk mengenali spike protein dari versi virus yang sebelumnya. Namun, karena protein lonjakan itu terlihat sangat berbeda pada omicron, sistem kekebalan tubuh mungkin tidak dapat mengenali dan melawannya.

Meski begitu, data menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi yang tinggi secara signifikan mengurangi tekanan yang disebabkan oleh omicron pada sistem kesehatan. Para ahli telah menekankan bahwa vaksinasi tetap penting untuk melindungi kelompok yang berisiko tinggi dirawat di rumah sakit dan kematian.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler