Trump Prediksi China Serang Taiwan Seusai Olimpiade Beijing

Menurut Trump akan terjadi sesuatu antara China dan Taiwan usai Olimpiade Beijing

AP/Ross D. Franklin
Mantan Presiden AS Donald Trump. Menurut Trump akan terjadi sesuati antara China dan Taiwan usai Olimpiade Beijing. Ilustrasi.
Rep: Dwina Agustin/Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memprediksi China akan menyerang Taiwan sekitar tahun 2022. Serangan tersebut dilakukan setelah Olimpiade Musim Dingin Beijing dilaksanakan.

"China menunggu sampai setelah Olimpiade saya berasumsi, dan mungkin sesuatu akan terjadi," kata Trump. Olimpiade Musim Dingin 2022 akan diselenggarakan di Beijing dari 4 hingga 20 Februari.

Dalam sebuah wawancara dengan mantan anggota parlemen Inggris, Nigel Farage, Trump memberi gambaran yang mencekam. "Tidak baik jika Anda di Taiwan jika China menyerang dan Anda memiliki pesawat pengebom yang terbang di atas negara Anda terus-menerus yang konstan," katanya dikutip dari Sputnik News.

Trump pun berbicara tentang ketidakhadiran AS dan persepsinya tentang peningkatan agresi dari China. Ketika ditanya keberadaan AS saat ini, dia justru mencemooh.

"Saya pikir itu pada titik terendah yang pernah ada. Saya tidak berpikir itu pernah berada dalam posisi seperti ini. Kami tidak dihormati lagi," ujar Trump.

Washington dinilai tidak lagi dihormati dengan merujuk pada perubahan perilaku Beijing terhadap Taipei sejak Trump meninggalkan kantor. "Saya akan memberi tahu Anda, tidak ada pesawat yang terbang di atas Taiwan dan namanya bahkan tidak disebutkan," kata Trump.

"Anda tidak berbicara tentang Taiwan ketika saya menjadi presiden. Itu tidak akan terjadi. Lihat apa yang mereka lakukan sekarang," ujarnya.

Padahal tentara China pernah terbang ke wilayah udara Taiwan selama masa kepresidenan Trump. Peristiwa itu terjadi dalam dua kesempatan pada September 2020.

Baca Juga


China Panggil Dubes Jepang

Kementerian Luar Negeri China memanggil Duta Besar Jepang di Beijing untuk 'pertemuan darurat'. Pemanggilan itu dilakukan setelah mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan baik negaranya maupun Amerika Serikat (AS) tidak akan berdiam diri apabila China menyerang Taiwan.

Saat bertemu dengan Duta Besar Hideo Tarumi pada Rabu (1/12) kemarin, Asisten Menteri Luar Negeri China Hua Chunying menyebut pernyataan Abe 'salah'. Ia menegaskan pernyataan itu melanggar norma dasar hubungan China dan Jepang.

"(Komentar Abe) menantang kedaulatan China dengan terbuka dan memberikan dukungan berani pada pasukan kemerdekaan Taiwan," kata Hua dalam pernyataannya yang dirilis Kementerian Luar Negeri China, Kamis (2/12).

"China dengan tegas menentang ini," katanya sambil menambahkan ia telah memberi 'pernyataan tegas' pada Jepang.

Dalam konferensi pers rutin di Tokyo, Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan Jepang tidak sepakat dengan tindakan China. Sebab pemerintah Jepang tidak dalam posisi untuk memberikan komentar yang disampaikan orang yang tidak dalam pemerintahan.

"Duta besar Tarumi mengatakan China perlu mengerti di Jepang terdapat orang-orang yang memiliki opini seperti itu dan Jepang tidak dapat menerima pandangan satu belah pihak China pada masalah seperti ini," kata Matsuno.


Dalam sebuah forum virtual yang digelar salah satu think-tank Taiwan, Abe mengatakan invasi bersenjata ke Taiwan akan menjadi ancaman bagi Jepang. Abe yang mundur dari jabatan perdana menteri tahun lalu masih menjadi ketua faksi terbesar partai berkuasa dan masih sangat berpengaruh di Partai Demokrasi Liberal. Partai itu masih berkuasa dan tetap berpengaruh saat ini.

Ketegangan di Selat Taiwan masih berlanjut dalam beberapa bulan terakhir. Taiwan menjadi salah satu isu pokok yang dibahas dalam pertemuan virtual Presiden AS Joe Biden dengan Xi Jinping pada 16 November lalu. Pada kesempatan itu, Biden menekankan bahwa Washington mendukung Taiwan Act.

Taiwan Act adalah undang-undang (UU) yang menetapkan bahwa AS akan mendukung pertahanan diri Taiwan. Caranya dengan menyediakan penjualan senjata atau peralatan militer serta mencegah upaya apa pun oleh China untuk merebut paksa Taiwan.

Berbeda dengan pernyataan Biden, China justru menyebut bahwa presiden AS tersebut menentang kemerdekaan Taiwan. Menurut China, pada kesempatan itu Xi turut menekankan bahwa siapa pun yang “bermain api” di sekitar Taiwan, pasti akan membakar diri mereka sendiri. Kementerian Luar Negeri Taiwan kemudian menuding Beijing dengan sengaja menyalahartikan pernyataan Biden.

Taiwan sudah berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik China. Taiwan selalu menyebut China tidak pernah memerintahnya dan tidak berhak berbicara atas namanya. Namun sebaliknya, China mengklaim Taiwan sebagai bagian yang tak terpisah dari teritorialnya. Hal itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan.

sumber : Sputnik News/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler