Orang Terpapar Omicron dan Sudah Vaksin Alami Gejala Ringan

Kasus pasien yang mengalami infeksi ulang terkait omicron tak tunjukkan gejala parah.

AP/Kirsty Wigglesworth
Seorang pejalan kaki memakai masker saat melewati mural di London, Selasa, 30 November 2021. Dengan munculnya varian omicron, pemerintah Inggris mewajibkan orang untuk memakai masker di toko-toko dan di angkutan umum mulai Selasa.
Rep: Rizky Jaramaya/Umi Nur Fadhillah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Afrika Selatan mengalami peningkatan infeksi ulang Covid-19 karena varian omicron. Ahli mikrobiologi di Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan, Anne von Gottberg, mengatakan, pasien yang terinfeksi ulang dan pasien yang terinfeksi dengan varian omicron setelah vaksinasi menunjukkan gejala ringan.

Baca Juga


“Infeksi sebelumnya dapat melawan terhadap (varian) delta, tetapi sekarang dengan (varian) omicron tampaknya tidak demikian,” kata von Gottberg.

Von Gottberg mengatakan, kasus pasien yang mengalami infeksi ulang terkait varian omicron tidak menunjukkan gejala parah. Hal serupa juga terjadi pada pasien yang telah menerima vaksinasi lengkap. Von Gottberg mengatakan larangan bepergian yang diberlakukan oleh banyak negara pada penumpang dari Afrika Selatan, berdampak negatif pada logistik penelitian ilmiah terhadap varian omicron.

"Ada lebih sedikit penerbangan yang dapat dipilih untuk membawa reagen, membawa peralatan, selain mengirimkan spesimen dan isolat," ujar von Gottberg.

Isolat adalah kultur mikroorganisme yang diisolasi untuk dipelajari. Sementara para pemimpin Afrika juga memprotes tentang pembatasan perjalanan. Para pemimpin tersebut mengatakan, negara mereka sedang dihukum karena transparansi mereka dalam melaporkan data pada varian baru. Saat ini, lebih dari 50 persen negara Afrika dapat melakukan pengurutan genom untuk mengidentifikasi varian omicro. 

Pejabat Organisasi Keaehatan Dunia (WHO) mengatakan, vaksinasi Covid-19 di Afrika telah meningkat. Lima negara Afrika, termasuk Afrika Selatan telah melakukan vaksinasi terhadap lebih dari 40 persen populasi mereka. Secara terpisah, Kepala Pusat Pengendalian Penyakit Afrika, John Nkengasong, mengatakan, pasokan vaksin ke benua Afrika telah meningkat.

“Vaksin mulai mengalir ke benua (Afrika) dengan cara yang sangat dapat diprediksi dan stabil,” kata Nkengasong.

Nkengasong menambahkan, tantangannya sekarang adalah memastikan penyerapan vaksin berjalan dengan baik. Dia mengatakan hal tersebut dalam konteks di mana keraguan vaksin tetap tinggi di Afrika. Beberapa negara Afrika telah menunda pengiriman vaksin, termasuk dosis yang diberikan di bawah Tim Tugas Akuisisi Vaksin Afrika Uni Afrika.

“Penyerapannya tidak seperti yang ingin kita lihat,” ujar Nkengasong.

 

Pendiri BioNTech, Ugur Sahin, mengatakan tidak ada alasan bagi orang untuk panik dengan varian baru tersebut. “Pesan kami adalah jangan panik, rencananya tetap sama,” kata dia dilansir Deseret, Kamis (2/12).

Saat ini, memang tidak ada penelitian yang menunjukkan dampak vaksin pada varian omicron. Selain itu, belum ada penelitian tentang bagaimana varian omicron akan berdampak pada orang yang divaksinasi.

Namun, Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Angelique Coetzee, yang pertama kali mengumumkan penemuan varian omicron, mengatakan bahwa pasien omicron yang divaksinasi penuh sejauh ini menunjukkan gejala ringan. Menurut dia, vaksin tampaknya beradaptasi untuk bersaing dengan varian berbahaya, seperti varian delta.

“Keyakinan kami (bahwa vaksin bekerja melawan omicron) berakar pada sains, jika virus berhasil lolos dari kekebalan, virus itu berhasil melawan antibodi, tetapi ada respons kekebalan tingkat kedua yang melindungi dari penyakit parah sel-T,” ujar Sahin.

Dia mengatakan, virus hampir tidak dapat sepenuhnya menghindari sel-T. Inilah sebabnya mengapa direktur National Institutes of Health, Francis Collins mengatakan bahwa orang harus divaksinasi pnuh untuk menghentikan penyebaran omicron. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler