Jr Messias; Kuli, DNA Brasil, dan Frasa Romawi Carpe Diem

Sejatinya, sepak bola Brasil memang didapat dari mantra tersebut.

Tano Pecoraro/LaPresse Via AP
Pemain AC Milan Junior Messias merayakan mencetak gol kedua timnya selama pertandingan sepak bola Serie A antara Genoa dan AC Milan, di stadion Genoa Luigi Ferraris, Italia, Rabu, 1 Desember 2021.
Rep: Anggoro Pramudya Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Jamie Vardy, Roberto Firmino, Ronaldinho, Santiago Munez, Carvalho Amauri serta Junior Messias merupakan salah satu dari sekian banyak fragmen menarik dari glamornya panggung sepak bola.

Baca Juga


Namun dari enam deretan nama pesepak bola di atas terpajang satu nama yang santer jadi perbincangan hangat sepak bola Eropa, khususnya surat kabar olahraga Italia.

Junior Messias, winger antah-berantah yang dipungut AC Milan pada jendela transfer musim panas dari klub semenjana FC Crotone berhasil menancapkan kisahnya bersama salah satu tim elite Benua Biru.

Pekan ini, Messias mencuri garis utama dalam selasar headline berita Italia. Narasi tentang penampilannya dalam dua pertandingan penting membuat banyak pihak tertarik menyusuri perjalanan Messias.

Sama dengan jutaan pemuda asal Brasil pada umumnya, Messias menyukai sepak bola dan piawai dalam mengolah si kulit bundar namun butuh uang demi kebutuhan ekonomi, karena prioritas utamanya adalah menghidupi istri, anak dan keluarga.

Tak ada privilege, hak istimewa sosial dari sosok Messias. Nasibnya berbeda dengan Ricardo Kaka yang lahir dari keluarga insinyur. Tapi, seniman kulit bundar Brasil selalu melukiskan cerita menarik dalam kariernya di lapangan hijau.

Lantaran kesempatan jadi pesepak bola profesional mampet karena alasan di atas, ekonomi, Messias akhirnya merantau ke Italia. Bekerja jadi buruh konstruksi, kemudian tukang angkut barang alias kulit panggul.

Seperti Amauri, jalan Tuhan membawa Messias ke altar pemujaan para suporter sepak bola. Amauri yang notabennya merupakan perantau asal Brasil yang bekerja di sebuah kapal pesiar milik orang Italia mendapat kesempatan untuk mencicipi panggung sepak bola.

Meski gaji berlayarnya lebih tinggi daripada pendapatan bermain bolanya. Namun baginya, ini adalah soal kesempatan dan bukan persoalan uang semata.

Alhasil berkat tekad yang kuat karier Amauri meroket setelah tampil moncer bersama Palermo pun diikat kontrak oleh klub raksasa Serie A Italia Juventus pada 2008 silam.

Messias berusia 25 tahun ketika klub Serie D, Gozzano, mengontraknya secara profesional. Artinya, Messias tidak lagi boleh jadi kuli angkut. Tugasnya hanya fokus ke sepak bola.

Sama seperti desertir kapal pesiar, Amauri. Gaji Messias sebagai kuli barangkali lebih tinggi dibanding main di tim Serie D. Akan tetapi sepak bola punya caranya sendiri untuk membawa orang menekuni mimpinya.

Menukil dari buku 'Futebol Nation' karya David Goldblatt bahwa DNA orang Brasil seperti Messias, Ronaldinho, Amauri, Ronaldo Luiz de Lima, Pele, Aldair adalah kolaborasi pertama yang menemukan cara bermain kulit bundar dengan mengombinasikan bakat serta kemampuan fisik. Itu ditemukan ketika kuli-kuli seperti Messias, dan Roberto Firmino diperbolehkan berlari di lapangan sepak bola.

Seseorang boleh mengalami pahit getirnya perjalanan hidup, tapi tak boleh berhenti dan kehilangan impiannya, setelah empat tahun bermain di klub Serie D, sebagai debut profesionalnya, Messias mencetak gol kemenangan versus Atletico Madrid di Liga Champions. Bersama AC Milan, juara tujuh kali gelaran tersebut.

Untuk sampai ke sana, jalan Messias tidak ditilik dari karier profesionalnya yang baru berusia empat musim. Cerita Messias banyak dikutip karena memberikan kepercayaan bagi perjuangan dan naluri (DNA) sebagai persona Brasil, negeri yang melahirkan banyak talenta terbaik di panggung sepak bola.

Prosa mereka bukan tentang gemilangnya talenta, layaknya kisah Carlos Tevez atau Ronaldo Nazario yang juga punya latar cerita merana. Messias adalah balada orang-orang yang bertaruh pada diri mereka sendiri dan mengaplikasikan mantra terkenal carpe diem buah dari pemikiran penyair Romawi, Horace berjudul Odes.

Sejatinya, sepak bola Brasil memang didapat dari mantra tersebut. Desakan anak-anak peladang tebu, bekas budak, untuk bisa main bersama tuan tanah mereka. Di klub-klub yang tadinya eksklusif, ketika terbuka, akhirnya mereka mulai mendominasi jagad sepak bola.

Messias tahu bahwa sesimpel ia ditarik AC Milan untuk jadi bagian tim tersebut adalah pencapaian kerja kerasnya. Bukan persoalan ia dibayar berapa, sama seperti mula kariernya yang merelakan gaji kuli angkut demi kesempatan menjadi bagian klub sepak bola.

Teranyar Messias membantu Milan mengamankan kemenangan krusial melawan Genoa pada pekan ke-15 Serie A Italia. Pesepak bola yang menggunakan nomor punggung 30 itu menyamakan rekor legenda Brasil, Ronaldinho lantaran mengantongi dua gol dalam satu pertandingan.

"Tuhan tulis jalan hidup saya. Setiap pemain berbeda dan memiliki kisahnya sendiri. Anda harus beradaptasi, apakah itu dengan tim kecil atau besar, liga yang lebih rendah atau papan atas. Kemampuan beradaptasi sangat penting," kata Messias dilansir Football Italia, Sabtu (4/12).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler