Pencarian Korban Hilang Erupsi Semeru Terkendala Cuaca Buruk
Hingga kini, 22 korban erupsi Semeru ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Operasional Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Wurjanto mengatakan, cuaca buruk menjadi penghambat utama pencarian korban hilang akibat erupsi Gunung Semerudi Jawa Timur. "Kendala memang terutama masalah cuaca. Jadi seperti ini kami dapat laporan bahwa turun hujan, ini memang akan jadi kendala bagi petugas-petugas pencarian," katanya, dalam konferensi pers daring yang diikuti di Jakarta, Senin (6/12).
Pihaknya berharap cuaca dapat lebih cerah sehingga memudahkan pencarian korban hilang sebanyak 27 orang. Ia juga meminta bantuan kepada masyarakat untuk segera melaporkan anggota keluarga atau orang yang dikenal, yang masih hilang.
Sejak mendapatkan informasi terkait erupsi Gunung Semeru, kata dia, Basarnas telah bersiaga menyiapkan anggota terutama yang berasal dari Lumajang sendiri, Surabaya, dan Jember. Sejauh ini telah ditemukan 22 korban dalam keadaan meninggal dunia.
Pencarian para korban hilang pun, kata dia, dilakukan dengan hati-hati mengingat hujan masih turun yang berpotensi membuat susulan erupsi Gunung Semeru. Pada Rabu (7/12), pencarian akan difokuskan di Desa Curah, Desa Kajar Kuning, area penambangan pasir, Kampung Renteng, dan Kampung Bondeli.
"Rencananya, untuk masing-masing wilayah kita akan menggerakkan kurang lebih 50 personil. Tidak menutup kemungkinan kita akan kita mengembangkan sesuai dengan informasi yang kita dapat, akan kita kembangkan ke tempat lain yang mungkin lebih jelas," katanya.
Pencarian korban hilang secara lebih mendetil akan didasarkan pada laporan anggota keluarga yang terhimpun di posko. "Yang jelas, titik berat pencarian terutama di daerah-daerah yang sudah kita dapatkan informasi dari keluarga, sesuai dengan jumlah orang yang masih hilang," kata Wurjanto.