NTT dan Sulsel Diusulkan Jadi KEK Industri Peternakan
NTT dikenal sebagai lumbung ternak, sedangkan Sulses merupakan lumbung daging.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR RI, Muhammad Rapsel Ali mengusulkan kepada pemerintah agar membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk industri peternakan. Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Selatan menurut dia adalah opsi terbaik.
Sejauh ini, Indonesia sudah memiliki setidaknya 19 KEK yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, 12 sudah beroperasi sementara tujuh lainnya masih dalam proses pembangunan.
Dengan potensi yang dimilikinya, NTT dan Sulsel, menurut politisi Nasdem itu, seharusnya juga ditetapkan sebagai salah satu KEK. Khususnya dalam rangka mendukung pengembangan industri strategis nasional.
"Kalau kita lihat dari potensi kedua daerah ini dan pengembangan industri strategis nasional, maka seharusnya kita menetapkan satu Kawasan Ekonomi Khusus industri peternakan di Sulawesi Selatan atau di NTT," kata Rapsel pekan lalu.
NTT sejak dulu dikenal sebagai lumbung ternak nasional. Pada masa lalu, NTT bahkan pernah berjaya di bidang ternak dengan memasok sapi hingga ke Hongkong.
Sementara Sulsel saat ini tengah berusaha menjadi lumbung daging nasional. Target itu didukung lahan yang sangat luas dan potensial untuk pengembangan peternakan.
"Jadi bukan hanya membangun kawasan food estate (Industri Pertanian) maupun fish estate (Industri Perikanan), tetapi juga harus disiapkan cattle estate (Industri Peternakan)," jelas Rapsel.
Menurut Rapsel, dirinya sangat optimistis dengan masa depan industri strategis nasional jika ini bisa dilakukan. Ia pun percaya Indonesia bisa menjadi superhub pangan dunia.
"Saya yakin Indonesia mampu membangun kawasan tersebut masing-masing sebagai kawasan industri yang integrated sehingga negara kita ke depan menjadi superhub pangan dunia," kata pendiri Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo) tersebut.
Bagi Rapsel, industri pangan bisa menjadi kekuatan ekonomi Indonesia beberapa tahun ke depan. Alasannya, dengan jumlah penduduk dunia yang sudah begitu besar, itu akan menjadi potensi pasar luar biasa.
Data United Nation menyebutkan bahwa jumlah penduduk dunia di 2020 mencapai 7,7 miliar orang. Sementara pada 2030, penduduk dunia diperkirakan akan tumbuh hingga 8,5 miliar dan 9,7 miliar pada 2050.
"Ada sejumlah populasi dunia yang butuh makanan minuman yang berkualitas. Jika negara kita mampu mensuplay 15 persen saja maka miliaran dolar devisa potensial akan mengalir ke Indonesia setiap bulannya," katanya.