Apakah Prakiraan Cuaca Sama dengan Meramal Masa Depan?
Prakiraan cuaca bukan termasuk aktivitas meramal yang dilarang
REPUBLIKA.CO.ID, Berbicara tentang masa depan tidak dibenarkan apalagi jika seseorang menyombongkan dirinya sendiri pengetahuan tentang realitas yang tidak terlihat atau masa depan.
Dilansir di aboutislam.net, Cendekiawan muslim asal Kanada Syekh Ahmad Kutty, mengatakan tentu, pengetahuan yang tepat tentang apa yang akan terjadi di masa depan adalah ranah eksklusif Allah ﷻ. Pengetahuan semacam itu tidak diberikan kepada siapa pun, termasuk para malaikat atau rasul-rasul pilihan Allah ﷻ.
Dalam dua ayat Alquran disebutkan, yang pertama di surat Al Anam ayat 50 sebagai berikut:
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
“Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?”
Sementara dalam surat Al Araf ayat 188, dijelaskan sebagai berikut ini:
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Jadi, tidak ada yang harus mengklaim pengetahuan yang pasti seperti itu tentang apa yang terjadi di masa depan.
Namun tidaklah salah untuk memprediksi prakiraan cuaca atau mengatakan sesuatu berdasarkan pengalaman kita tentang hukum alam seperti yang kita ketahui dari pengalaman kita.
Allah ﷻ memberi tahu kita dalam Alquran bahwa alam semesta berfungsi berdasarkan hukum, dan ini tidak berubah atau berubah secara tidak menentu.
Ketika putra Nabi Muhammad ﷺ Ibrahim meninggal, orang-orang mengatakan itu karena kematian Ibrahim. Nabi ﷺ mengoreksi mereka dengan mengatakan:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَيَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ
“Matahari dan bulan adalah tanda-tanda Allah, mereka tidak mengalami gerhana atau menghilang karena kelahiran atau kematian seseorang.” (HR Muslim)
Jadi prakiraan cuaca atau membicarakan apa yang mungkin terjadi berdasarkan membaca tanda-tanda alam tidak termasuk dalam kategori meramal yang dilarang. Nabi ﷺ sendiri membuat pernyataan serupa tentang datangnya hujan berdasarkan pengamatan tersebut.
Jadi, misalkan seseorang membuat pernyataan tanpa mengklaim pengetahuan pasti tentang masa depan yang tidak haram. Akan tetapi, dalam kasus itu, tidak seorang pun boleh membuat pernyataan yang murni berdasarkan dugaan atau spekulasi tanpa pengamatan pola-pola alam yang berdasarkan bukti.
Sumber: aboutislam