2022 Akhir Pandemi?

Jika transmisi terkendali bukan tidak mungkin 2022 menjadi akhir pandemi Covid-19

AP/Jerome Delay
Jika transmisi terkendali bukan tidak mungkin 2022 menjadi akhir pandemi Covid-19. Foto Puseletso Lesofi, bersiap untuk mengurutkan sampel omicron COVID-19 di Ndlovu Research Center di Elandsdoorn, Afrika Selatan, Rabu 8 Desember 2021. (ilustrasi)
Red: Joko Sadewo

Oleh : Yudha Manggala Putra, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi. Istilah merujuk pada wabah Covid-19 itu sudah lekat sekali dengan kehidupan kita selama nyaris dua tahun ini. Walau kian akrab, ia tetap mengusik benak dengan pertanyaan. Kapankah berakhir? Mungkinkah dalam waktu dekat? Tahun depan?

Jawabannya, bisa saja ya. Pandangan atau prediksi itu pastinya bukan milik saya. Sejumlah pakar kesehatan dan epidemiologi dunia yang mengutarakannya beberapa pekan lalu. Menurut mereka ada kemungkinan status pandemi Covid-19 dapat turun menjadi endemi atau setidaknya terkendali pada 2022. 

Salah satu yang mengindikasikan adalah ahli epidemiologi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Van Kerkhove. Menurut Kerkhove, masa-masa sekarang hingga menjelang akhir 2022 adalah titik dimana kita bisa saja mengendalikan virus Covid-19.

Mengendalikan di sini artinya saat kita sudah secara signifikan mengurangi penyakit parah serta kematian. Meski, salah satu syaratnya, 70 persen populasi dunia setidaknya sudah divaksinasi pada akhir tahun depan. "Jika kita mencapai target itu, kita akan berada dalam situasi yang sangat, sangat berbeda secara epidemiologis," ujarnya bulan lalu.

Ini bisa menjadi kabar gembira. Kendati demikian, jangan lalu lega dahulu apalagi lengah. Sejumlah pakar kesehatan mengingatkan, SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 tetaplah virus yang sulit diprediksi. Ia masih dapat bermutasi di antara populasi tak divaksinasi.

Mutasi memang sejauh ini batu sandungan terbesar dalam memprediksi laju Covid-19. Kita ingat, awal tahun ini, negara seperti India dan Korea Selatan berhasil mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19. Mereka meyakini tren wabah di negara mereka siap usai. Namun, varian mutasi bernama Delta meruntuhkan prediksi itu. India termasuk yang mengalami dampak terparah. Pelayanan kesehatan mereka babak belur, kasus kematian melonjak di mana-mana.

Kini, setelah Delta, satu varian mutasi kembali membuat cemas dunia. Namanya Omicron (B.1.1.529). Kasusnya dilaporkan sudah ditemukan di 40 lebih negara. Beberapa penelitian awal menyebutkan kalau varian mutasi ini punya kemampuan menginfeksi lebih cepat. Meski begitu, gejalanya sejauh ini dilaporkan lebih ringan, terutama dibandingkan Delta.

Mutasi, butuh dipahami, sejatinya merupakan proses alamiah virus. Selama masih ada yang tertular Covid-19,  peluang munculnya varian-varian baru tetaplah ada. Bisa lebih ringan, bisa juga semakin berbahaya.

Sebab itu, penting sekali mencegah transmisi penyakit terus meluas.  Salah satu kunci untuk itu adalah pengontrolan transmisi. Selain kebijakan pengetatan dan pembatasan, mengontrol dan menggiatkan program 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker) dan 3T (test, tracing, dan treat) masih efektif dan jangan sampai kendor. Kunci lainnya adalah vaksinasi. Penelitian menunjukan kalau vaksin terbukti secara empiris dapat menghambat penularan, risiko, dan tingkat kematian.

Indonesia sejauh ini dapat bersyukur karena termasuk negara yang mampu memberikan vaksinasi lengkap terhadap 40 persen dari populasinya hingga akhir tahun 2021. Angka itu telah memenuhi target yang dicanangkan WHO.

Meski, patut diingat, Covid-19 adalah wabah global. Tidak cukup Indonesia saja, vaksinasi dan pengontrolan transmisi harus benar-benar terlaksana merata di seluruh negara di dunia. Itu demi meredam mutasi virus dan lonjakan kasus kembali terjadi. Jika itu tercapai, maka bukan mustahil 2022 dapat menjadi tahun berakhirnya era pandemi.




BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler