Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun Lalu Dilanjut Booster Sebelum Omicron Menyerang

Vaksinasi anak usia 6-11 tahun dimulai besok, vaksinasi booster awal Januari 2021.

www.pixabay.com
Vaksinasi Covid-19 (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Rizky Suryarandika

Baca Juga


Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan, vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 sampai 11 tahun yang akan dimulai pada Selasa (14/12) akan dilakukan di 115 kabupaten/kota. Jumlah sasaran vaksinasi mencapai 26,5 juta anak berdasarkan data sensus penduduk 2020.

"Berdasarkan identifikasi, ada 115 kabupaten/kota di beberapa provinsi yang sudah memenuhi kriteria ini. Mereka yang akan kami alokasikan vaksin Sinovac untuk bisa memulai vaksinasi untuk anak 6-11 tahun mulai Selasa (14/12) besok," ujarnya dalam keterangan pers secara daring, Senin (13/12).

Lebih lanjut Budi menerangkan, pelaksanaan vaksinasi ini akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, vaksinasi akan dilaksanakan di provinsi dan kabupaten/kota dengan kriteria cakupan vaksinasi dosis 1 di atas 70 persen dan cakupan vaksinasi lansia di atas 60 persen

"Siapa yang boleh melakukan vaksinasi anak ini, adalah kabupaten atau kota yang sudah memenuhi kriteria 70 persen vaksinasi pertama dan 60 persen vaksinasi untuk lansia," jelas Budi.

Penyuntikan vaksin dilakukan dengan intramuskular atau injeksi ke dalam otot tubuh di bagian lengan atas dengan dosis 0,5 mili. Vaksinasi diberikan sebanyak dua kali dengan interval minimal 28 hari. Sebelum pelaksana vaksinasi harus dilakukan skrining dengan menggunakan format standar oleh petugas vaksinasi.

Tempat pelaksanaan vaksinasi bisa dilakukan di Puskesmas, rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya baik pemerintah maupun swasta termasuk pos-pos pelayanan vaksinasi, dan sentra vaksinasi. Termasuk pos pelayanan vaksinasi di sekolah atau satuan pendidikan lainnya, atau lembaga kesejahteraan sosial anak seperti panti asuhan.

Budi menambahkan, terkait pemberian vaksin Covid-19 untuk usia 6-11 tahun akan diberikan sebanyak dua dosis dengan selisih waktu sebulan. Untuk vaksin yang digunakan pun adalah Sinovac sesuai dengan persetujuan BPOM untuk rentang usia 6-11 tahun.

"Regime-nya sama seperti vaksin Sinovac lainnya. Jadi diberikan selisih waktunya itu 1 bulan atau 4 minggu, dosisnya pun sama," terang Budi.

Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan kick-off pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 sampai 11 tahun. Sebanyak 6,4 juta dosis vaksin Sinovac akan digunakan hingga akhir Desember 2021.

“Ada 6,4 juta dosis untuk Desember dan kemudian Januari 2022 akan ada tambahan vaksin Sinovac dari Dirjen Farmalkes dan sudah datang, sehingga ini (vaksinasi untuk anak) tidak akan putus,” tutur Maxi.

In Picture: Rencana Vaksinasi Covid-19 untuk Anak

Sejumlah siswa kelas dua Sekolah Dasar (SD) mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di SDN Patrakomala, Jalan Patrakomala, Kota Bandung, Senin (13/12). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan sebanyak 26,5 juta anak usia 6-11 tahun di 11 provinsi akan menjalani vaksinasi Covid-19 tahap pertama mulai besok (14/12). Vaksinasi Covid-19 tersebut diharapkan mampu mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka agar lebih efektif dan aman. Foto: Republika/Abdan Syakura - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Selain memulai vaksinasi untuk usia 6-11 tahun, pemerintah juga tengah menyiapkan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster. Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengatakan booster atau dosis ketiga kepada masyarakat umum dijadwalkan bergulir mulai 1 Januari 2022.

"Untuk vaksinasi booster dimulai 1 Januari 2022. Saat ini kita sedang susun beberapa strategi karena booster ini akan melipatgandakan kebutuhan belanja vaksin," kata Dante Saksono Harbuwono di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (10/12).

Nantinya, ada dua strategi pemberian vaksinasi booster kepada masyarakat umum, yakni menyasar Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan yang akan diberikan secara gratis dan vaksinasi booster berbayar kepada masyarakat non-PBI.

Saat ini, Kemenkes RI bersama akademisi sedang melakukan uji analisis statistik serosurvei yang merupakan cara untuk melihat jumlah antibodi pada seseorang yang telah terinveksi Covid-19 atau sudah dapat vaksinasi Itu akan terindentifikasi tingkat kekebalan di masyarakat. Dante menambahkan, hasil serosurvei akan menentukan kebijakan pemerintah lebih mendalam perihal petunjuk teknis dan pelaksanaan vaksinasi booster di masyarakat.

Sebelumnya, WHO telah mengeluarkan rekomendasi vaksin booster setelah Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) tentang imunisasi mengadakan pertemuan pada Selasa (7/12) lalu. WHO merekomendasikan orang-orang yang kekebalannya terganggu atau menerima vaksin yang mengandung virus corona tidak aktif harus menerima dosis booster.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mendukung rencana pemberian booster vaksin Covid-19 kepada masyarakat. Ia mendukung dua skema yang ditawarkan pemerintah berupa pemberian gratis dan berbayar asalkan target vaksinasi dua dosissudah tuntas.

"Saya kira ini skema yang fair, adil. Asal cakupan vaksin reguler sudah mencapai angka ideal," kata Tulus dalam keterangannya, Ahad (12/12).

Tulus menilai, masyarakat penerima layanan BPJS PBI pantas bila digratiskan dalam memperoleh vaksin Covid-19. Adapun kelompok masyarakat non BPJS PBI bisa diganjar tarif dengan nominal tertentu ketika ingin mendapat booster.

"Kelompok rentan/penerima BPJS PBI digratiskan. Yang lain bisa berbayar," ujar Tulus.

Walau demikian, Tulus menekankan agar tidak ada unsur komersial dalam penentuan tarif booster. Ia mengingatkan, supaya harga yang ditetapkan harus dalam batas wajar.

"Harga harus wajar, margin profit maksimal 10 persen," ucap Tulus.


 

Epidemiolog Kamaluddin Latief menyatakan, vaksin booster bisa berperan penting saat dunia saat ini tengah dibuat khawatir oleh kemunculan varian Omicron. Apalagi, antibodi atau imunitas yang dibentuk oleh vaksin dapat turun atau berkurang seiring berjalannya waktu.

"Merujuk kepada data sementara dan adanya varian Delta dan (B.1.617.2) Omicron (B.1.1.529) menegaskan pentingnya vaksinasi dan booster," ujar Kamal dalam diskusi daring, dikutip Jumat (10/12).

Dia menjelaskan bahwa data menunjukkan peningkatan transmisibilitas varian Omicron dan efektivitas vaksin terhadap Covid-19 mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh perlindungan dari vaksin yang menurun seiring berjalannya waktu, serta tingkat infeksi yang lebih besar dari berbagai varian tersebut, maka booster membantu memberi perlindungan jangka panjang dan juga agar tidak sakit parah akibat Covid-19.

Kamal menjelaskan, kemunculan berbagai varian belakangan ini menegaskan pentingnya vaksinasi, booster, dan upaya pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri dari Covid-19. Efektivitas yang lebih rendah ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi penurunan perlindungan seiring berjalannya waktu sejak divaksinasi, serta infeksi yang lebih besar dari varian Delta.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin hari ini mengungkapkan, berdasarkan pemeriksaan sampel dari pasien Covid-19 melalui laboratorium whole genome sequencing (WGS) atau pengurutan genom, varian baru virus Corona B.1.1.529 atau Omicron belum ditemukan di Indonesia.

"Dalam dua minggu terakhir Bandara Soekarno Hatta itu masuk 33 ribu inbound passangers, kami sudah PCR 98 positif dan 98-nya kami genome sequence sampai sekarang hasilnya masih varian Delta," kata Budi, Senin.

Kemudian, dari pintu masuk melalui jalur laut atau pelabuhan, selama dua pekan terakhir sebanyak 3.500 penumpang dari luar negeri masuk ke Indonesia. Sebanyak 53 orang dinyatakan positif berdasarkan hasil tes PCR.

"Dari 53 ini 100 persen kami genome sequence sampai sekarang yang keluar masih Delta," ungkap Budi.

Sama halnya dengan jalur laut dan udara, untuk pintu masuk jalur darat juga belum ditemukan varian Omicron. "Untuk jalur darat paling barat masuk dari Entikong, 2 minggu terakhir masuk dua ribu penumpang. Kami tes semua PCR, 37 positif dan sampai sekarang masih semuanya varian Delta," ujar Budi.

 

Varian Omicron - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler