WHO Sebut Varian Omicron Terdeteksi di 63 Negara

WHO menyebut varian omicron menimbulkan risiko global yang sangat tinggi.

AP/Jerome Delay
Ilmuwan mengurutkan sampel omicron COVID-19. ilustrasi. WHO menyebut varian omicron menimbulkan risiko global yang sangat tinggi.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, varian omicron telah terdeteksi di 63 negara. Varian baru Covid-19 ini menimbulkan risiko global yang sangat tinggi.

Baca Juga


Dalam laporannya, WHO mengatakan, mutasi varian omicron dapat menyebabkan penularan yang lebih tinggi sehingga jumlah kasus Covid-19 meningkat. Varian ini pertama kali terdeteksi bulan lalu di Afrika Selatan dan Hong Kong.

"Risiko keseluruhan terkait varian baru yang menjadi perhatian Omicron tetap sangat tinggi karena sejumlah alasan. Bukti awal menunjukkan potensi pelepasan kekebalan humoral terhadap infeksi dan tingkat penularan yang tinggi, dapat menyebabkan lonjakan lebih lanjut dengan konsekuensi yang parah,” kata pernyataan WHO, merujuk pada kemampuan potensial virus untuk menghindari kekebalan yang disediakan oleh antibodi.

WHO mengutip beberapa bukti awal bahwa, jumlah orang yang mengalami infeksi Covid-19 berulang telah meningkat di Afrika Selatan. Sementara temuan awal dari Afrika Selatan menunjukkan bahwa, orang yang terinfeksi varian omicron menunjukkan gejala lebih ringan ketimbang varian delta.

Bahkan, sebagian besar kasus yang dilaporkan di wilayah Eropa memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Hingga saat ini, para ilmuwan masih melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat keparahan varian omicron.

"Butuh lebih banyak data untuk memahami tingkat keparahannya. Bahkan jika tingkat keparahannya berpotensi lebih rendah daripada varian delta, maka kapasitas rawat inap akan meningkat sebagai akibat dari peningkatan transmisi. Peningkatan rawat inap dapat membebani sistem kesehatan dan menyebabkan lebih banyak kematian," kata WHO. 

 

Gejala Ringan tak Lazim Pasien Omicron - (Infografis Republika.co.id)

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler