Uni Eropa Jatuhkan Sanksi kepada Tentara Bayaran Rusia 

Kelompok tentara bayaran Rusia Wagner Group masuk daftar hitam Eropa

AP/Didor Sadulloev
Kelompok tentara bayaran Rusia Wagner Group masuk daftar hitam Eropa. Ilustrasi tentara Rusia
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Uni Eropa (UE) pada Senin (13/12) mengambil langkah yang akan membuka jalan untuk memasukkan perusahaan tentara bayaran Rusia, Wagner Group ke dalam daftar hitam.

Baca Juga


Para menteri luar negeri Uni Eropa menyetujui amandemen kerangka sanksi, yang akan memungkinkan Uni Eropa secara mandiri memberlakukan tindakan pembatasan pada individu dan entitas yang bertanggung jawab untuk mengancam perdamaian, keamanan atau stabilitas suatu negara. 

Dilansir Anadolu Agency, Selasa (14/12), keputusan itu mengikuti kesepakatan politik yang dicapai para menteri luar negeri Uni Eropa tentang sanksi terhadap Wagner Group dan afiliasinya.

Kesepakatan tersebut menciptakan skema hukum untuk memberlakukan tindakan pembekuan aset, dan larangan perjalanan bagi individu. 

Termasuk melarang operator Uni Eropa menyediakan dana untuk entitas terkait. Para menteri luar negeri Uni Eropa diharapkan memberikan lampu hijau untuk langkah-langkah konkret pada tahun depan. 

Bulan lalu, anggota parlemen Uni Eropa meminta negara-negara anggota untuk memasukkan Wagner Group ke dalam daftar hitam, dan mengutuk kejahatan keji yang dilakukan oleh tentara bayaran tersebut. 

Menurut resolusi Parlemen Eropa, kegiatan Wagner Group sesuai dengan perluasan zona pengaruh Rusia. Oleh karena itu, Rusia harus bertanggung jawab atas pendanaan, pelatihan, manajemen, dan komando operasional terhadap kelompok paramiliternya. 

Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) menganggap Wagner Group, yang perusahaan tentara bayaran swasta itu, sebagai kekuatan proksi bagi Rusia. Tentara bayaran Wagner Group telah ditempatkan di Krimea dan Ukraina Timur sejak 2014.  

Menurut Parlemen Eropa, Wagner Group juga telah melakukan intervensi di Republik Afrika Tengah, Suriah, Sudan, Mozambik, Libya, Republik Afrika Tengah, dan Venezuela. 

Pada 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, 2.000 tentara bayaran Wagner Group mendukung panglima perang Khalifa Haftar dan ikut bertempur di Libya. 

Sebuah laporan rahasia PBB menyatakan, Wagner Group memiliki antara 800 hingga 1.200 kontraktor militer di lapangan, termasuk penembak jitu dan tim militer khusus. 

Wagner Group diyakini adalah milik Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha yang mempunyai hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.    

sumber : Anadolu Agency
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler