Vaksin Covid-19 Nasal Diprediksi Berikan Perlindungan Lebih Luas

Vaksin Covid-19 nasal kemungkinan akan jauh lebih efektif.

Republika/Putra M. Akbar
Vaksin Covid-19 nasal kemungkinan akan jauh lebih efektif (Foto: ilustrasi vaksin)
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga


Oleh: Shelbi Asrianti, Adysha Citra Ramadani

Vaksin nasal atau vaksin yang diberikan lewat hidung diprediksi memberikan perlindungan dari virus yang lebih luas. Kondisi demikian jika dibandingkan dengan vaksin yang diberikan lewat suntikan.

Temuan tersebut diungkap lewat penelitian praklinis terkini yang dipimpin oleh para ilmuwan dari Universitas Yale, Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa vaksinasi nasal kemungkin jauh lebih efektif.

Efektivitas yang dimaksud terutama dalam menghasilkan kekebalan terhadap sejumlah virus pernapasan. Vaksinasi melalui semprotan hidung yang dapat dihirup juga lebih mudah untuk diberikan.

"Pertahanan kekebalan terbaik terjadi di pintu gerbang, menjaga dari virus yang mencoba masuk," ujar penulis senior studi, Akiko Iwasaki, dikutip dari laman New Atlas, Selasa (14/12).

Antibodi imunoglobulin A (IgA) adalah salah satu tentara garis depan sistem kekebalan tubuh. Antibodi ini terutama disekresikan oleh permukaan mukosa dalam tubuh, sebagian besar terlihat di hidung, usus, dan paru-paru.

Gagasan di balik vaksin nasal yakni vaksin dapat melatih selaput lendir di hidung secara langsung untuk menargetkan patogen udara tertentu. Dengan begitu, respons imun dapat bekerja segera setelah virus memasuki tubuh.

Secara menjanjikan, studi mengungkapkan vaksin nasal menginduksi tanggapan IgA yang efektif. Selain itu, vaksin nasal dapat meningkatkan kekebalan luas terhadap lebih dari sekadar strain virus tunggal.

Para periset membuktikan itu melalui serangkaian eksperimen dengan tikus. Mereka membandingkan efek vaksin influenza yang diberikan secara intranasal dan secara lebih konvensional, yakni melalui injeksi.

Tim peneliti memapar tikus dengan sejumlah strain influenza yang berbeda di luar yang dirancang bisa diatasi oleh vaksin. Temuan mengungkapkan hewan yang menerima vaksin nasal jauh lebih terlindungi dari berbagai jenis influenza dibandingkan dengan tikus yang disuntik.

Berfokus pada respons IgA, para peneliti menemukan bahwa vaksin nasal tidak hanya menginduksi respons IgA pada selaput lendir hidung. Lebih dari itu, tingkat sekresi IgA yang signifikan juga terdeteksi di paru-paru.

Hal yang paling signifikan, respons IgA hidung dan paru-paru ini tidak terlihat pada hewan yang menerima vaksin melalui suntikan. Hanya pemberian vaksin intranasal yang menghasilkan respons imun semacam ini.

"Hasil ini menunjukkan bahwa vaksin hidung menginduksi IgA dan meningkatkan kekebalan perlindungan silang yang lebih baik terhadap varian virus. Kami menyarankan kegunaannya dalam memerangi varian Covid-19 yang menjadi perhatian," kata Iwasaki.

Riset telah dipublikasikan di jurnal Science Immunology. Vaksin influenza digunakan dalam eksperimen tersebut, namun para peneliti juga melangsungkan tes serupa pada hewan dengan vaksin Covid-19.

Sejumlah vaksin nasal untuk Covid-19 saat ini sedang dikembangkan, dan beberapa sudah dalam tahap percobaan awal pada manusia. Mengembangkan vaksin nasal yang efektif telah terbukti menantang, sebab penelitian sebelumnya selama beberapa dekade silam berakhir buntu.

 

Marty Moore, PhD, chief executive officer Meissa Vaccines, mengatakan bahwa vaksin hidung atau juga dikenal sebagai vaksin intranasal, bisa menjadi jawaban untuk membuat negara kembali normal. Vaksin intranasal dapat membantu mengakhiri pandemi dan memberi kita kendali permanen atas SARS-CoV-2.

“Vaksin ini untuk membatasi infeksi dan penularan. Kita tidak harus berada di kehidupan normal baru, kita bisa kembali ke normal lama,” kata Moore, baru-baru ini kepada Business Insider, dilansir di laman BestLife.

Dibandingkan tiga vaksin di AS yang ada saat ini, vaksin hidung diklaim dapat menghentikan penularan virus dan infeksi ringan. 

Vaksin Covid-19 saat ini telah dirancang untuk melindungi organ vital seseorang, seperti paru-paru dan jantung, dari infeksi parah, tetapi tidak selalu melindungi dari penularan dan kasus terobosan. 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), orang yang divaksinasi mungkin memiliki tingkat penyebaran lebih rendah daripada orang yang tidak divaksinasi. Tetapi mereka masih dapat menularkan virus ke orang lain jika mereka terinfeksi.

Céline Gounder, MD, spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Bellevue di New York, menjelaskan bahwa orang yang divaksinasi masih rentan terhadap infeksi terobosan ringan. Hal itu karena vaksin yang tersedia tidak membantu orang mengembangkan kekebalan mukosa terhadap Covid-19. 

Kekebalan mukosa melindungi dari infeksi yang dapat terjadi melalui jaringan lembab di hidung, mata, dan mulut. Selain itu, kemungkinan dapat menghentikan semua transmisi yang terjadi di lubang hidung.

"Setelah vaksinasi, antibodi penetral berada pada level tertinggi, Anda mendapatkan sedikit efek ke saluran napas bagian atas," jelas Gounder.

Vaksinasi tidak memiliki dampak jangka panjang. Sebaliknya, para ahli perlu menemukan cara lain untuk mendapatkan respons mukosa untuk melengkapi respons imun sistemik, yang bisa terjadi dengan vaksin intranasal.

Vaksin hidung yang tidak memerlukan jarum, juga dapat membantu meningkatkan tingkat vaksinasi. Terlebih, menurut dia, banyak orang yang lebih dapat menerima obat tetes di hidung daripada jarum suntik. 

“Jadi saya pikir vaksin intranasal bisa menjangkau semua, terutama banyak orang yang ragu-ragu terhadap vaksin," kata Moore kepada Business Insider. 

Menurut GoodRx, kemungkinan vaksin semprot hidung belum bisa digunakan masif sebelum 2022. Perusahaan Moore, Meissa, dan perusahaan AS lainnya, Codagenix, sedang mengembangkan vaksin hidung, tetapi keduanya hanya dalam uji coba manusia tahap awal.

Menurut Moore, data klinis awal Meissa telah menunjukkan bahwa pasien yang tidak divaksinasi dan diberikan beberapa tetes vaksin hidung, berakhir dengan tingkat antibodi mukosa rata-rata sedikit lebih tinggi daripada orang yang memiliki kekebalan alami dari infeksi Covid-19.

"Data menunjukkan bahwa kami dapat memberikan kekebalan seperti infeksi alami, tetapi kami dapat melakukannya dengan aman. Tujuan kami adalah untuk membuat baksin COVID yang memblokir misi,” kata Moore.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler