Kemendikbud Dorong Guru Tingkatkan Kecakapan Digital dengan Kolaborasi

Masa pandemi dan pembelajaran campuran membuat guru harus memanfaatkan media digital.

Tahta Aidilla/Republika
Guru SDN Tebet Timur 07 Arbanur Orbita melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring, (ilustrasi).
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan, masa pandemi dan pembelajaran campuran membuat guru harus memanfaatkan media digital. Untuk mendukung peningkatan kecakapan digital ke depan, guru didorong untuk saling berkolaborasi lewat program-program Kemendikbudristek.

"Masa pandemi dan pembelajaran campuran membuat guru sangat memanfaatkan media digital," ungkap Direktur Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbudristek, Rachmadi Widdiharto, dalam webinar bertajuk "Menuju Transformasi Pendidikan Indonesia Melalui Kecakapan Digital", Rabu (15/12).

Rachmadi pada kesempatan tersebut memaparkan hal-hal yang telah pemerintah lakukan untuk mendukung transformasi pendidikan melalui pembelajaran digital. Menurut Rachmadi, Kemdikbudristek melalui program-program seperti Guru Penggerak, Guru Berbagi, dan Guru Belajar membuat guru saling berkolaborasi untuk berbagi ide dan praktik baik.

"Hal ini mendukung proses pembelajaran campuran dan meningkatkan kecakapan digital ke depannya," ujar Rachmadi.

Sementara itu, Ketua Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan, pada kesempatan itu menyampaikan kondisi riil yang guru alami selama proses pembelajaran campuran. Bukan itu saja, dia juga menyampaikan praktik baik yang telah dilakukan untuk menghadapi proses dan tantangannya.

"Guru merdeka belajar itu adaptif dalam mempraktikkan pedagogi dan menggunakan teknologi. Hanya dengan demikian, transformasi pembelajaran dapat diwujudkan," ujar Bukik.

Bukik menyampaikan, guru merdeka belajar dimulai dari ekosistem merdeka belajar, kemudian sekolah merdeka belajar, lalu kelas merdeka belajar. Menurut dia, semua itu amat tergantung pada kemampuan guru dalam menerapkan kondisi Guru Merdeka Belajar serta perilaku dan kebiasaan yang ada.

"Para guru harus berkolaborasi dalam ekosistem Guru Merdeka Belajar agar maju bersama. Jangan sampai guru terjebak dalam urusan administrasi, tetapi tidak berkolaborasi dalam mengembangkan diri," terang dia.

Peralihan kondisi di masa pandemi disebut menjadi pemicu percepatan integrasi teknologi dan kecerdasan buatan dalam dunia pendidikan. Hal tersebut membuat guru harus cakap digital terutama saat pembelajaran tatap muka (PTM) Terbatas. Proses pembelajaran berubah menerapkan metode pembelajaran campuran untuk menyesuaikan dengan kondisi.

Untuk beradaptasi dan mencapai cakap digital, perjalanan yang dilalui oleh guru tidak mudah. Kendala dan distraksi masih terjadi dalam proses pembelajaran di lapangan. Menurut studi yang dilakukan oleh Lenovo Indonesia, 30 persen guru merasa kesulitan untuk menyesuaikan dengan platform pembelajaran. Hal itu dapat berdampak pada interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

"Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat terdampak selama pandemi. Sebagai perusahaan teknologi dengan misi menghadirkan teknologi yang lebih cerdas untuk semua kalangan, sektor ini menjadi fokus Lenovo di Indonesia," kata General Manager Lenovo Indonesia, Budi Janto.

Karena itu pihaknya mencoba menjawab tantangan pendidikan itu dengan menyediakan solusi teknologi yang menyediakan ruang kelas kolaboratif. Teknologi yang sekaligus melindungi guru dan murid dari kejahatan siber akibat peningkatan penggunaan teknologi.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler