Omicron dan Ketakutan Gelombang Baru pada 2022

Amerika Serikat memastikan 73 persen kasus baru Covid-19 merupakan varian Omicron.

AP/Frank Augstein
Pembeli berjalan di sepanjang Oxford Street, jalan perbelanjaan tersibuk di Eropa, di London, Sabtu, 18 Desember 2021. Melonjaknya infeksi di Inggris yang sebagian didorong oleh varian omicron dari virus corona mengguncang Eropa.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Lintar Satria Z, Antara

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 varian Omicron lebih cepat menular daripada varian Delta. WHO mengatakan pula, Omicron dapat menginfeksi penerima vaksin atau pasien sembuh Covid-19.

"Ada bukti konsisten bahwa Omicron secara signifikan menyebar lebih cepat ketimbang varian Delta," kata dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi pers di Jenewa, dikutip dari Reuters, Selasa (21/12). "Dan kemungkinan orang-orang yang sudah divaksin atau sembuh dari Covid-19 dapat terinfeksi atau kembali terinfeksi," katanya.

Kepala ilmuan WHO Soumya Swaminathan mengatakan bahwa varian Omicron berhasil lolos dari beberapa respons imun. Itu artinya bahwa program vaksinasi booster yang sedang berlangsung di banyak negara harus menargetkan orang-orang dengan sistem imun yang lemah.

Omicron tampaknya lebih lincah menghindari antibodi yang dihasilkan dari sejumlah vaksin Covid-19, namun ada bentuk imun lain yang mungkin mencegah infeksi dan penyakit, kata pejabat WHO. "Kami tidak percaya bahwa semua vaksin akan menjadi tidak efektif sama sekali," kata Swaminathan.

Pakar WHO Abdi Mahamud menambahkan, meski melihat antibodi netralisasi menurun, hampir semua data menunjukkan bahwa T-sel masih utuh. "Itulah yang kami benar-benar butuhkan," katanya. Selagi pertahanan antibodi dirusak dari beberapa penjuru, ada harapan bahwa T-sel, yang menjadi pilar kedua dalam respons imun, mampu mencegah penyakit parah dengan menyerang sel manusia yang terinfeksi.

"Tentunya ada sebuah tantangan, banyak monoklonal yang tidak ampuh melawan Omicron," kata Swaminathan. Akan tetapi tim WHO juga memberikan sejumlah asa kepada dunia yang sedang menghadapi gelombang baru bahwa 2022 akan menjadi tahun di mana pandemi akan berakhir melalui pengembangan generasi vaksin kedua dan ketiga, pengembangan lebih lanjut dari pengobatan antimikroba dan inovasi lainnya.

"(Kami) berharap mampu menjadikan penyakit ini, penyakit yang relatif ringan yang mudah dicegah, yang mudah diobati dan berharap dapat mengatasinya dengan mudah di masa depan," kata Mike Ryan, pakar kedaruratan WHO saat jumpa pers. "Jika kita dapat meminimalisir penularan, maka pandemi akan tamat."

Namun Tedros juga menuturkan bahwa China, tempat pertama munculnya SARS-CoV-2 pada akhir 2019, harus bersedia menyerahkan data dan informasi terkait asal mula Covid-19 untuk membantu penanganan ke depannya. "Kami perlu terus menggali informasi sampai kami mengetahui sumbernya, kami perlu mendorong lebih keras sebab kami harus belajar dari apa yang telah terjadi saat ini supaya dapat melakukan usaha yang lebih baik di masa depan," ucap Tedros.

Hingga saat ini WHO mencatat lebih dari 3,3 juta orang telah kehilangan nyawa karena Covid-19 tahun ini. Angka ini lebih banyak daripada gabungan HIV, malaria, dan tuberkulosis pada 2020.

Tedros mengatakan virus corona baru terus merenggut sekitar 50 ribu nyawa di seluruh dunia setiap pekan. Namun dia optimistis bahwa 2022 harus menjadi tahun untuk mengakhiri pandemi dengan alat apapun yang dimiliki dunia.

Tedros berbicara pada konferensi pers hibrida pertama yang diadakan oleh WHO untuk jurnalis dari PBB di Jenewa dan pertemuan pertama sejak Juli 2020 yang difasilitasi oleh Anadolu Agency. "Terakhir kali kami menjamu Anda, pada Juli tahun lalu, tidak seorang pun dari kami yang bisa membayangkan bahwa hampir 18 bulan kemudian, kami masih berada dalam cengkeraman pandemi," kata ketua pertemuan wartawan dengan asosiasi ACANU WHO dari koresponden PBB.

Saat menyinggung Omicron, dia mengatakan terdapat kematian yang tidak dilaporkan dan jutaan kematian berlebih yang disebabkan oleh gangguan pada layanan kesehatan esensial. Hanya satu bulan yang lalu, dia menjelaskan bahwa Afrika melaporkan jumlah kasus terendah dalam 18 bulan.

"Pekan lalu, negara itu melaporkan jumlah kasus tertinggi keempat dalam satu minggu sejauh ini. Afrika sekarang menghadapi gelombang infeksi yang curam, sebagian besar didorong oleh varian Omicron," kata Tedros.

Tedros memperingatkan bahwa banyak negara secara tradisional merencanakan pertemuan yang dapat menarik banyak orang selama liburan Natal dan Tahun Baru. Namun dia menyarankan mereka untuk mempertimbangkan kembali acara tersebut. "Negara-negara harus lebih berhati-hati dan membatasi kerumunan massa selama periode festival ini. Menunda organisasi semacam itu selama periode ini akan menyelamatkan lebih banyak nyawa," ucapnya.




Baca Juga


Jumlah kasus positif akibat varian Omicron terus bertambah. Di Amerika Serikat, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) mengatakan varian Omicron bertanggung jawab atas 73 persen kasus infeksi. Pengumuman Senin (21/12) kemarin berdasarkan data sekuensi selama satu pekan hingga 18 Desember lalu.

Kasus infeksi virus corona di New York dan di seluruh AS melonjak tajam selama satu pekan. Hal ini dapat memupuskan harapan masyarakat untuk dapat merayakan liburan Natal dan tahun baru dengan normal tanpa peraturan pembatasan sosial yang ketat. Pemerintah AS mengatakan dengan kecepatan penularannya kini Omicron mendominasi kasus infeksi di AS. Satu orang Pria asal Texas yang belum divaksin meninggal dunia karena penyakit terkait varian tersebut.

Lonjakan kasus Covid-19 menjadi tanda peringatan bagi pemerintah yang khawatir terjadi ledakan kasus infeksi usai Natal dan tahun baru. Pada Sabtu (19/12) lalu, WHO mengatakan kasus infeksi Covid-19 saat ini naik dua kali lipat pada satu setengah hari hingga tiga hari di daerah yang sudah terinfeksi.

Antrean untuk tes Covid-19 di di New York, Washington dan kota-kota lainnya semakin panjang pada akhir pekan lalu. Masyarakat hendak mencari tahu apakah mereka terinfeksi atau tidak sebelum merayakan liburan bersama keluarga.

"Saya hanya ingin memastikan saya negatif sebelum bertemu ibu istri saya yang berusia 70 tahun," kata David Jochnowitz sambil menunggu untuk menjalankan tes di Washington, Selasa (21/12).

Dengan lonjakan kasus infeksi Wali Kota Washington Muriel Bowser menerapkan kembali kebijakan wajib masker di ruang tertutup hingga akhir Januari. Ia juga mewajibkan pegawai negeri untuk divaksin termasuk vaksin booster.

"Saya pikir kami semua sudah lelah, saya juga sudah lelah, tapi kami harus merespons apa yang terjadi pada kota kami dan apa yang terjadi pada negara kami," kata Bowser.

Pekan lalu kasus Covid-19 di New York naik 60 persen dalam satu minggu. Varian Omicron menyebar dengan cepat di Timur Laut AS. AS mencapai rekor kasus terbanyak dalam satu hari sejak pandemi.

"Ini menjadi prediktor apa yang akan segera terjadi di seluruh negeri dan minimal karena angka vaksinasi New York tinggi, jadi apa yang akan terjadi di kota-kota dan negara bagian yang angka vaksinasinya rendah," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika, Georges Benjamin.

Angka infeksi naik 60 persen di antara populasi yang sudah divaksin lengkap. Termasuk 30 persen yang sudah menerima vaksin booster.

Omicron tampaknya menimbulkan gejala ringan pada masyarakat yang sudah divaksin. Pakar kesehatan juga masih optimistis gelombang infeksi tidak akan mengakibatkan lonjakan kasus rawat inap dan kematian seperti gelombang wabah sebelumnya.

Namun Hakim Harris County, Texas, Lina Hidalgo mengumumkan di Twitter seorang pria di Texas yang belum divaksin meninggal dunia karena Omicron. County yang terletak di Houston itu juga lokasi pertama Omicron terdeteksi di AS pada 6 Desember lalu.

Hidalgo mengatakan pria itu pasien pertama di Harris County yang meninggal dunia karena Omicron. Stasiun televisi ABC News melaporkan pria berusia 50 tahun itu merupakan kasus kematian Omicron pertama di AS.

Kasus varian Covid-19, Omikron di seluruh Inggris telah melampaui 45 ribu, pada Senin (20/12) waktu setempat. Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mencatat jumlah total kasus Omikron sejak terdeteksi November di Inggris kini adalah 45.145.

Sementara 91.743 kasus baru Covid-19 tercatat dalam 24 jam terkahir. Ini adalah angka harian tertinggi kedua sejak awal pandemi.  

"Dari angka baru kasus Covid-19, sebanyak 8.044 dites positif Omicron," kata UKHSA dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (21/12).

Sementara di Inggris, varian Omicron tercatat sudah merenggut 44 nyawa. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintah masih meninjau situasi dan memperingatkan bahwa dia akan menyimpan kemungkinan untuk mengambil tindakan lebih lanjut sebelum Natal.

"Kami harus mencadangkan kemungkinan untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk melindungi masyarakat dan untuk melindungi kesehatan masyarakat, untuk melindungi NHS. Kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan itu," katanya usai rapat kabinet yang berlangsung selama dua jam. "Kita harus menyimpan data mulai sekarang di bawah tinjauan konstan, jam demi jam," ujarnya menambahkan.

Varian Omicron - (Republika)





Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler