Dua Gejala tak Biasa Infeksi Varian Omicron
Varian omicron menimbulkan gejala Covid-19 yang berbeda dengan varian lainnya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian omicron tampak memicu gejala Covid-19 yang tak biasa pada penderitanya. Gejala-gejala ini berbeda dengan gejala klasik Covid-19 seperti demam, batuk persisten, dan kehilangan indra penciuman atau perasa.
Berdasarkan data dari Afrika Selatan di mana omicron merupakan varian dominan, ada dua gejala spesifik yang sering dikeluhkan oleh pasien Covid-19 saat ini. Kedua gejala tak biasa tersebut adalah nyeri punggung bagian bawah dan tenggorokan gatal.
Mengingat kedua gejala ini sangat umum, banyak orang mungkin tidak langsung mengaitkan tenggorokan gatal atau nyeri punggung bawah yang mereka rasakan dengan Covid-19. Hal ini bisa berimbas pada banyaknya kasus Covid-19 yang terabaikan.
Data yang melibatkan 78 ribu kasus varian omicron di Afrika Selatan juga menemukan bahwa varian ini memicu gejala yang lebih ringan. Tingkat perawatan di rumah sakit akibat varian omicron juga lebih rendah 23 persen dibandingkan varian delta.
Hal senada juga diungkapkan oleh Chief Executive of Discovery Health, Ryan Roach, beberapa waktu lalu. Roach mengatakan para ahli mendapati bahwa gejala Covid-19 akibat varian omicron yang paling umum adalah tenggorokan gatal.
Gejala ini biasanya disertai dengan gejala hidung mampat. Tak jarang pula, gejala seperti batuk kering dan nyeri di punggung bawah ikut menyertai. Baik tenggorokan gatal maupun nyeri punggung bawah tak pernah dikaitkan dengan gejala Covid-19 akibat varian lain sebelumnya.
Belum lama ini, dilaporkan ada satu gejala lain yang juga tak biasa akibat varian omicron. Gejala tersebut adalah berkeringat di malam hari sampai harus ganti baju. Informasi ini didapatkan dari dokter yang menerima keluhan-keluhan dari pasien Covid-19 yang mereka tangani.
Salah satu orang pertama yang mencurigai keberadaan varian omicron, dr Angelique Coetzee, mengatakan perubahan karakteristik gejala Covid-19 mulai terpantau pada November. Kala itu, dr Coetzee menemukan cukup banyak pasien Covid-19 dengan gambaran klinis yang berbeda dengan varian delta.
Para ahli mengatakan upaya terbaik untuk melindungi diri dari varian omicron saat ini adalah mendapatkan dosis vaksin Covid-19 ketiga atau booster. Pemberian dosis tambahan tersebutdapat meningkatkan proteksi terhadap varian Omicron secara signifikan. Sebagai contoh, dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer yang ditambah dengan booster bisa memberikan proteksi hingga 75 persen.
"Data ini menunjukkan betapa pentingnya booster vaksin," jelas Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid.
Lebih cepat menular, infeksi ulang
Sementara itu, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (20/12) mengungkapkan bahwa varian omicron lebih cepat menular daripada varian delta . Varian tersebut dapat menginfeksi penerima vaksin atau penyintas Covid-19.
"Ada bukti konsisten bahwa omicron secara signifikan menyebar lebih cepat ketimbang varian delta dan kemungkinan orang-orang yang sudah divaksin atau penyintas Covid-19 dapat terinfeksi atau kembali terinfeksi," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi pers di Jenewa.
Kepala ilmuan WHO Soumya Swaminathan mengatakan bahwa varian omicron berhasil lolos dari beberapa respons imun. Itu artinya bahwa program vaksinasi booster yang sedang berlangsung di banyak negara harus menargetkan orang-orang dengan sistem imun yang lemah.
Omicron tampaknya lebih lincah menghindari antibodi yang dihasilkan dari sejumlah vaksin Covid-19. Meski begitu, ada bentuk imun lain yang mungkin mencegah infeksi dan penyakit, menurut pejabat WHO.
"Kami tidak percaya bahwa semua vaksin akan menjadi tidak efektif sama sekali," kata Swaminathan.
Pakar WHO Abdi Mahamud menjelaskan, antibodi netralisasi memang menurun. Akan tetapi, hampir semua data menunjukkan bahwa T-sel masih utuh dan itulah yang paling penting.
"Selagi pertahanan antibodi dirusak dari beberapa penjuru, ada harapan bahwa sel T, yang menjadi pilar kedua dalam respons imun, mampu mencegah penyakit parah dengan menyerang sel manusia yang terinfeksi," tuturnya.
Kewalahan
Ketua Federasi Rumah Sakit Jerman, Gerald Gass, mengatakan varian omicron yang menyebar dengan cepat dapat melumpuhkan sistem kesehatan yang sudah kewalahan di Jerman. Gass mengatakan rumah sakit akan terdesak mencapai batas kapasitas rawat maksimal jika kasus omicron menjadi lebih agresif dalam beberapa pekan mendatang.
"Studi menunjukkan varian omicron lebih menular daripada varian delta, dan perlindungan vaksin lebih rendah tanpa suntikan booster. Jika perkiraan itu benar, dalam skenario terburuk, kita akan memiliki sejumlah besar pasien yang sakit parah," ujar Gass, dilansir Anadolu Agency, Selasa (21/12).
Pada Ahad (19/12), terdapat 4.621 pasien virus corona yang sakit parah dan menjalani perawatan di unit perawatan intensif di seluruh Jerman. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 2.634 di antaranya menggunakan ventilator.
Gelombang keempat Jerman telah stabil selama sepekan terakhir, dengan kasus harian turun menjadi rata-rata hampir 40 ribu. Kasus menurun setelah pemerintah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat.