Jaminan Harga Lebih Murah, Pengusaha Ritel Andalkan Sistem Resi Gudang
Ada 20 komoditas, termasuk pangan pokok, yang bisa memanfaatkan sistem resi gudang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan bakal meningkatkan akses sistem resi gudang (SRG) mulai 2022. Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey, mengatakan penggunaan SRG mampu memberi jaminan harga dan pasokan yang lebih stabil terhadap sejumlah komoditas.
“Peran dari SRG untuk peritel sangat signifikan dalam hal penyediaan barang karena kami bisa memperoleh pasokan barang langsung dari sumber pertama. Kami akan gencarkan pada 2022,” kata Roy dalam Forum Bisnis Sistem Resi Gudang dan Pengusaha Ritel, Rabu (22/12).
Roy mengatakan, saat ini setidaknya ada 20 komoditas, termasuk pangan pokok yang bisa memanfaatkan SRG. Adapun sumber pertama yakni dimaksud yakni seperti petani, peternak, nelayan, yang memproduksi komoditas pangan.
Mereka, kata Roy, banyak yang telah mulai menaruh hasil produksinya di SRG. Dengan kata lain, SRG menjadi sumber bagi ritel modern sebagai off taker maupun standing buyer di mana ritel mendapat kesempatan memperoleh harga yang pertama.
Dengan mekanisme itu, harga yang berada pada tingkat konsumen diharap dapat lebih kompetitif. "Biasanya kami mendapat barang dari supplier kedua bahhkan ketiga, namun lewat SRG yang disiapkan bakak menjadi sumber utama bagi kami. Aprindo konsisten mendorong semua pelaku usaha untuk mengakses SRG," kata dia.
Roy menambahkan, sejumlah ritel modern melalui koperasi akan mulai menjajaki menjadi pengelola SRG dengan memanfaatkan gudang-gudang yang saat ini sudah tersedia di berbagai daerah.
Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, mengatakan, sejauh ini banyak pihak sudah semakin menyadari fungsi utama SRG dalam memaksimalkan harga komoditas. Sebab, SRG memungkinkan proses tunda jual komoditas yang disimpan di gudang selama 3-6 bulan, lalu dikeluarkan ketika harga sudah kembali normal.
Kemendag mencatat, nilai komoditas yang telah diregistrasi dalam SRG mencapai Rp 501,6 miliar hingga 22 Desember 2021 dengan nilai pembiayaan mencapai Rp347,6 miliar. Nilai tersebut jauh meningkat dari periode 2020 di mana penerbitan resi gudang tercatat sebesar Rp 191,21 miliar dengan pembiayaan Rp 117,72 miliar.
Meski demikian, Jerry mengakui banyak pemanfaatan gudang untuk SRG di tingkat daerah belum berjalan secara maksimal. Itu tercermin dari kondisi gudang-gudang hasil hibah Kemendag yang justru tidak dipakai untuk penyimpanan komoditas.
Ia menegaskan, proses terpenting SRG berada di tingkat implementasi program di level daerah. Karena ada begitu banyak alternatif untuk bisa diberikan tanggung jawab dalam segi teknis dan operasional; oleh Bumdes, koperasi dan seterusnya.
"Kami tidak ingin ada kasus lagi gudang di daerah cuma dipakai untuk hal lain. Misal, ada yang dipakai main futsal, penyimpanan kontak suara KPU dan seterusnya," ujar dia.