Omicron Tingkatkan Risiko Transmisi di Rumah Tangga
Omicron mampu sebabkan infeksi ulangan pada orang yang sudah terinfeksi Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, Varian baru Omicron diketahui memiliki daya tular lebih tinggi dari Delta. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan karena itu pula varian Omicron menyebabkan risiko transmisi dalam rumah tangga lebih tinggi.
"Risiko penularan di dalam rumah tangga pada Omicron itu lebih tinggi karena dia memang lebih cepat menular," kata Nadia, Jumat (24/12). Penularan Omicron bisa tiga kali lebih cepat daripada varian Delta. Satu kasus infeksi Delta dapat menular kepada 6-8 orang.
Selain itu, Omicron juga mampu menyebabkan infeksi ulangan pada orang yang sudah terinfeksi Covid-19. "Jadi satu bulan sampai dua bulan setelah orang mendapatkan Covid-19 itu bisa kemudian sakit kembali dikarenakan dia mungkin mendapatkan varian Omicron," ujar Nadia.
Nadia menuturkan orang yang sudah divaksinasi dan mendapat penguat (dosis tiga) pun masih bisa tertular Omicron. Suatu studi terkait infeksi di Afrika Selatan menunjukkan infeksi Omicron dapat terjadi pada kelompok yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap dengan gejala klinis ringan hingga sedang.
"Hal yang pasti kita ketahui bahwa memang Omicron ini penularannya lebih cepat dan bisa menghindar dari sistem kekebalan tubuh," ujarnya. Oleh karena itu, penerapan protokol kesehatan secara konsisten menjadi sangat penting dilakukan karena peningkatan jumlah kumulatif dari kasus Omicron sangat cepat dibandingkan varian lainnya.
Selain lebih cepat menular, Nadia mengatakan varian Omicron juga bisa menghindar dari sistem kekebalan tubuh, baik dari pascainfeksi alamiah maupun usai vaksinasi. Menurut beberapa penelitian, Omicron menyebabkan penurunan kemampuan netralisasi dari efektivitas vaksin.
Varian Omicron menyebabkan efektivitas vaksin dua dosis Pfizer-BioNTech menurun sehingga efektivitas vaksin hanya sebesar 33 persen dalam menurunkan infeksi Omicron. Sementara terkait deteksi varian, Nadia menuturkan PCR dan rapid antigen masih sangat baik untuk mendeteksi kasus-kasus positif, walaupun tidak bisa mendeteksi apakah kasus itu merupakan infeksi varian Omicron atau tidak.
Jika kasus Covid-19 akibat infeksi varian Omicron mulai meningkat banyak, maka akan menjadi suatu beban di fasilitas kesehatan. Pada kondisi lonjakan kasus, Nadia menuturkan fasilitas kesehatan mempunyai keterbatasan untuk bisa memberikan pelayanan secara optimal meskipun pemerintah sudah berusaha mengantisipasi untuk ketersediaan layanan kesehatan.
Di Afrika Selatan, ketika kasus naik melonjak akibat varian Omicron, maka terjadi peningkatan perawatan di rumah sakit. "Kalau orang yang sakit itu cepat sekali bertambah pasti nanti perawatan dan kematian akan semakin meningkat karena orang butuh perawatan," ujarnya.
Di samping varian Omicron, Nadia mengatakan varian Delta tetap menjadi virus yang mengancam karena Delta terus bermutasi hingga sekarang. Untuk itu, seluruh masyarakat harus tetap berjaga-jaga dalam menghadapi varian-varian dari hasil mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dengan melakukan protokol kesehatan secara disiplin.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr Masdalina Pane, SKM, M.Epid mengatakan satu kasus Covid-19 akibat infeksi varian Omicron dapat menularkan antara 10 hingga 40 orang sehingga lebih menular dibanding varian Delta. "Omicron ini mampu menularkan pada 10-40, itu dinyatakan sebagai lima kali dari varian awal," katanya, Jumat.
Ia mengatakan bahwa satu kasus infeksi varian awal virus SARS-CoV-2 mampu menularkan 2-4 orang, sementara varian Alpha mampu menularkan 4-6 orang, dan varian Delta mampu menularkan pada 6-8 orang. Masdalina mengatakan pada satu hingga dua bulan pertama, infeksi varian Omicron memang memang masih muncul pada kelompok produktif.
Namun, kata dia, yang dikhawatirkan adalah ketika kasus akibat infeksi Omicron meningkat dengan cepat, dan varian itu menginfeksi sampai ke wilayah domestik masuk ke rumah tangga-rumah tangga di mana di dalamnya ada orang tua, mereka yang memiliki komorbid dan anak di bawah lima tahun yang belum divaksinasi Covid-19. "Tentunya hal itu yang tidak diinginkan jika varian Omicron sampai menginfeksi ke rumah tangga dan mengancam para lanjut usia, para penderita komorbid dan balita," katanya.
Ia menambahkan semua pihak harus bekerja sama dalam mencegah varian Omicron masuk ke rumah tangga agar tidak terjadi lagi seperti trauma infeksi varian Delta yang menyebabkan kasus melonjak pada pertengahan 2021. Oleh karenanya, pengawasan di pintu masuk wilayah negara terus diperkuat, protokol kesehatan harus senantiasa dilakukan secara disiplin, cakupan vaksinasi semakin ditingkatkan, serta 3T (pengujian, pelacakan kontak dan pengobatan) juga diperkuat, ujar Masdalina Pane.
Untuk menghadapi Omicron, anak-anak perlu dilindungi dengan vaksinasi. "Kita harus lebih hati-hati dengan adanya varian baru yang disebut dengan Omicron. Menurut laporan, varian ini lebih mudah menular dan kami sangat prihatin karena anak-anak juga lebih rentan terhadap varian Omicron," kata Satgas Imunisasi IDAI Mei Neni Sitaresmi.
Berdasarkan laporan dari Satgas Penanganan Covid-19, tercatat sebanyak 10 persen hingga 12 persen penderita Covid-19 adalah anak-anak usia 6-18 tahun dengan lebih dari setengah juta anak terinfeksi. Virus corona jenis baru juga sudah menyebabkan lebih dari 1.000 kematian anak Indonesia.
"Kalau kita lihat jumlah kematiannya, sampai saat ini sekitar lebih dari 1.000 (anak), itu bukan jumlah yang sedikit. Satu nyawa bagi keluarganya, bagi orang tuanya adalah sangat berharga," tutur Mei.
Oleh karena itu, anak harus dilindungi dengan pemberian vaksin karena salah satu hak anak adalah untuk hidup serta untuk pertumbuhan dan perkembangan. "Anak itu kalau terinfeksi dan dia harus masuk rumah sakit, yang sakit tidak hanya anaknya, dia harus didampingi oleh orang tua dan tidak hanya masalah fisiknya, tetapi juga mungkin dia akan mengalami trauma selanjutnya," katanya.
Alasan lainnya, bila anak terinfeksi mereka dapat menjadi sumber penularan Covid-19 bagi orang-orang di sekitarnya. "Sebagian anak yang terinfeksi Covid-19 bergejala ringan. Tetapi harus diingat bahwa anak-anak dapat menjadi sumber penularan bagi orang-orang di sekitarnya," katanya.