Timnas dan Pekik Kemenangan dari Balik Angkringan
Hadiah penalti yang didapatkan Singapura sempat membuat suasana menjadi tegang.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Keberhasilan Timnas Indonesia melaju ke final Piala AFF 2020 dirasakan hampir seluruh masyarakat di Tanah Air. Di Sleman, DIY, pertandingan kontra Singapura yang penuh drama sejak detik pertama itu turut dirasakan dari balik angkringan.
Salah satunya di Angkringan Pak Unyil yang ada di pinggir Jalan Pandega Marta, Kalurahan Sinduadi, Kapanewon Mlati. Menjelang tutup sekitar pukul 21.10 WIB, hanya ada empat pelanggan tersisa karena makanan yang disajikan memang sudah tidak banyak.
Cuma ada dua bungkus bakmi, enam sate usus, dua martabak sayur, dua tahu bakso, dan beberapa kepala/ceker ayam. Sedangkan, nasi kering tempe maupun nasi sambal teri, sate telur, sate bakso, tempe/tahu/bakwan goreng, dan lauk-lauk lain habis.
Saya yang memesan jeruk hangat dan Mbah No yang memesan jahe susu, duduk di kursi depan dekat tiga teko hangat yang dimasak di atas arang panas. Satu bapak berbaju garis-garis memesan teh hangat duduk di kursi timur angkringan.
Selain itu, ada satu pelanggan lain berkaca mata dan berjaket jeans biru yang memesan kopi hitam duduk sebelah Mas Unyil. Uniknya, cuma mereka berdua yang dapat menonton pertandingan melalui live streaming dari ponsel Mas Unyil.
Sisanya, sambil merokok, cuma bisa mengikuti jalannya pertandingan dari suara komentator sambil sesekali mendapat penjelasan dari mereka. Walau tanpa melihat, reaksi mereka berdua tiap ada kesalahan cukup menambah seru suasana angkringan.
"Duh, malah kegolke (kebobolan)," kata pelanggan berjaket jeans tampak kesal, usai Indonesia yang unggul jumlah pemain setelah dua pemain Singapura mendapat kartu merah, malah tertinggal karena kebobolan gol kedua dari Singapura, Sabtu (25/12) malam.
Ponsel itu tidak cuma menjadi satu-satunya yang memantau jalannya pertandingan. Ponsel itu menjadi satu-satunya gawai yang ada di meja. Pelanggan lain, tidak membawa ponsel atau membawa ponsel tapi tidak mengeluarkan selama di angkringan.
Selain asap dari lubang-lubang teko, suara tegang komentator tentang peluang-peluang yang selalu gagal menjadi gol menambah suasana panas. Masuki menit 80, wajah semua orang bertambah muram karena tampaknya harus menerima kekalahan.
Satu pelanggan lain yang datang dan memesan jahe panas untuk dibawa pulang harus menunggu lebih lama karena semua fokus mengamati pertandingan. Selain itu, satu pelanggan lain yang datang membeli dua bakmi dibawa pulang ikut mendengarkan.
Namun, senyap berubah menjadi harap, ketika pada menit 87 Indonesia berhasil menyamakan kedudukan. Lucunya, gol penyama itu seperti jadi penenang bagi semua orang menyeruput minuman hangat yang beberapa menit terakhir sempat diacuhkan.
"Sing golke kita to (yang membuat gol kita kan)," ujar Mbah No, meyakinkan yang didengar tidak salah.
Hadiah penalti yang didapatkan Singapura sempat membuat suasana yang tadinya sudah tenang kembali tegang. Meski begitu, penyelamatan gemilang dari penjaga gawang Indonesia kembali mendatangkan penenang ke balik terpal angkringan.
Gol ketiga yang sukses disarangkan ke gawang Singapura mampu pula menghilangkan tegang. Bahkan, semua seperti yakin Indonesia melaju ke babak final, dan tampak tenang sampai bergantian mengambil lauk-lauk yang masih tersisa untuk camilan.
"Nek (kalau) masih kalah kebangetan to, wong pemaine Singapura wes (sudah) kartu merah dua," kata pelanggan berbaju garis-garis, sambil memilih dan mengambil martabak memakai tangan kirinya karena tangan kanannya masih ada rokok menyala.
Pertandingan tetap terpantau seru walau beberapa kali live streaming terganggu sinyal. Tidak cuma tawa-tiwi, obrolan yang ada di meja angkringan turut diisi analisis-analisis sederhana tentang perbedaan pemain Indonesia dan Singapura.
Sesekali, perbincangan merambah dari olahraga menjadi sejarah Indonesia dan Singapura. Ada pula perbincangan tentang kerabat-kerabat yang bekerja di Singapura, dan cukup bedanya penghasilan pekerja-pekerja Indonesia yang bekerja di sana.
Selama pertandingan berlangsung, walau malam Ahad, tidak banyak pula kendaraan yang melintas. Karenanya, sekalipun cuma mendengarkan suara komentator, kondisi itu membuat semua orang tampak memberi fokus secara penuh kepada pertandingan.
Gol keempat menit 105+2 pada babak perpanjangan melegakan seisi angkringan. Usai pertandingan, semua menghabiskan minuman, kembali ke masing-masing kendaraan, membawa satu senyuman dan satu harapan agar Indonesia meraih satu lagi kemenangan di laga penentuan.
"Wes final wes, ketoke (kelihatannya) menang iki final," ujar Mas Unyil usai menerima pembayaran dari pelanggan-pelanggan yang berpamitan, sambil membereskan gelas-gelas kotor maupun kertas-kertas bungkus bekas untuk bersiap menutup angkringan.