Kisah Ambruknya Negara Komunis Uni Soviet yang tak Dipedulikan Rakyatnya
Uni Soviet adalah hantu yang coba dipanggil kembali oleh Putin
IHRAM.CO.ID, Teguh Setiawan, Jurnalis Senior Republika.
30 tahun lalu, tepatnya 26 Desember, bendera Uni Soviet -- berwarna merah dengan lembang palu-arit di sudut-nya -- diturunkan dari Kremlin. Peristiwa itu terjadi hanya lima menit setelah Mikhail Gorbachev, presiden terakhir Uni Soviet, mengumumkan pengunduran diri pada pukul 19:30 waktu setempat.
Selama Gorbachev menyampaikan pidato pengunduran diri, bendera Uni Soviet masih berkibar gagah ditiup angin musim dingin yang kering, disinari matahari enggan tersenyum. Orang-orang di Kremlin, dan di seluruh Uni Soviet, mendengarkan pidato itu dengan perasaan campur aduk.
Setelah bendera Uni Soviet diturunkan, tiang dibiarkan kosong selama lima menit. Kekaisaran seolah tanpa kekuasaan, dan di dalam Kremlin orang seolah sibuk melakukan peralihan kekuasaan.
Pukul 19:45 bendera tiga warna Rusia dinaikan di tiang itu. Kremlin resmi menjadi milik Rusia.
Tidak ada kegembiraan di Moskwa, sebab rakyat sibuk berpikir hari ini makan apa dan apakah ada persediaan makan untuk esok. Mereka tak yakin pergantian kekuasaan akan menyulap hidup menjadi lebih baik.
Kegembiraan mungkin terlihat di Ukraina, dan negara-negara eks republik Uni Soviet. Ukraina salah satunya, dan lainnya adalah tiga republik Baltik; Lithuania, Latvia, dan Estonia.
Di Rusia, yang gembira cuma Boris Yeltsin -- sebagai presiden Rusia dia tidak lagi berada di bawah bayang-bayang presiden Uni Soviet. Begitu pula presiden Ukraina Leonid Kravchuk dan Belarusia Stanislav Stanislavovich Shushkyevich
Sehari sebelum pidato terakhir Mikhail Gorbachev, ketiga figur inilah yang mengatakan Uni Soviet telah bubar. Uni Soviet tidak ada lagi.
Lagu-lagu Uni Soviet
Tahun 1994, atau tiga tahun setelah keruntuhan Uni Soviet, sejumlah sosiolog yang dipimpin Yuri Levada mencatat betapa publik merindukan era lama.
Orang-orang berbicara tentang pekerjaan yang menjanjikan, dibanding bisnis berisiko. Di jalan-jalan di Moskwa, orang-orang menghibur diri dengan bernyanyi. Mereka menyanyikan lagu era Uni Soviet.
Televisi menayangkan lagu-lagu Uni Soviet dalam program Tahun Baru. Menu makanan Uni Soviet pascamodern populer di restoran sekujur Moskwa dan kota-kota lain.
Di St Petersburg, seorang mantan agen KGB yang menjadi sopir taksi paruh waktu untuk menyaksikan semua itu. Mantan KGB itu bernama Vladimir Putin.
Dialah yang secara serius berpikir untuk kembali ke era lama. Tahun 2000, ketika menghuni Kremlin dengan status presiden Rusia, Putin memulihkan versi lagu-lagu Uni Soviet dan digunakan sampai saat ini.
Uni Soviet adalah hantu yang coba dipanggil kembali oleh Putin. Tahun 2005, dalam pidato politiknya, Putin menyebut kehancuran Uni Soviet sebagai bencana geopolitik terbesar abad ke-20.
Dua tahun kemudian, Putin berpidato di Muenchen, Jerman, tentang penghinaan oleh Barat terhadap Rusia. Putin seolah ingin mengatakan Jadikan Rusia Hebat Lagi.
Tapi, itu tak bertahan lama. Berikutnya, rata-rata orang Rusia tak memikirkan politik, dan lebih suka menikmati pemulihan ekonomi dan harga minyak yang tinggi sepanjang tahun 2.000-an.
Popularitas Putin menurun dan modernisasi Rusia tak terelakan. Artinya, hantu Uni Soviet harus digebah keluar dari belakang kepala politisi kendati perang singkat dengan Georgia tahun 2008 digerakan hantu itu.
Ultrakonservatif dan Aneksasi Krimea
Satu hal yang tak bisa dipungkiri adalah Putin itu 'orang lama'. Ia bukan politisi yang muncul pasca keruntuhan Uni Soviet.
Ia belum berhenti meratapi keruntuhan Uni Soviet yang disebutnya bencana geopolitik terbesar. Maka ketika tahun 2012 kali pertama menghadapi protes kelas menengah perkotaan, Putin dengan cepat berubah menjadi ultrakonservatif.
Salah satu komponen propagandanya adalah pemulihan atas semua yang disebut sejarah kemenangan Uni Soviet.Aneksasi Semenanjung Krim, atau Krimea, oleh Rusia tahun 2014 digambarkan sebagai tindakan pemulihan kekaisaran. Putin memainkan perasaan 'kekaisaran tertidur di hati sebagian besar orang Rusia.
Saat efek Krimea mereda, Putin menghidupkan nostalgia Uni Soviet era Stalin, khususnya Perang Patriotik Besar sebagai kemenangan dan ketertiban.
Memasuki 2021, Levada Center menggelar penelitian dengan 1.603 responden dewasa di 50 wilayah Rusia. Hasilnya, 49 persen responden Rusia memilih kembali ke sistem politik Uni Soviet. Ini adalah rekor dukungan untuk Soviet abad ini.
Anehnya, tidak ada sikap kontras terhadap era Soviet lintas generasi. Menurut penelitian Carnegie Moscow Center dan Levada, yang lebih tua bernostalgia dengan Uni Soviet dan yang lebih muda mengembangkan citra Uni Soviet sebagai neger dongeng.
Uni Soviet adalah retro-utopia, ketika semua orang sama, semua orang bebas, dengan figur ayah yang tegas tapi adil.
Orang Rusia masih memimpikan masyarakat yang adil, dan mereka hanya tahu model Uni Soviet. Uni Soviet imajiner membantu Putin melakukan banyak hal.
Maka, tidak aneh dalam turnamen hoki es tradisional Desember tahun lalu di Moskwa, tim Rusia turun dengan seragam Uni Soviet. Di tribun, penonton bukan mengibarkan bendera Rusia, tapi Uni Soviet.
Kini, tiga dekade setelah bendera Uni Soviet diturunkan, bendera yang sama tetap berkibar dalam kehidupan orang Rusia.