Parpol Islam Tanggapi Santai Turunnya Elektabilitas Hasil Survei SMRC

Hanya dua parpol berbasis Islam yang lolos ambang batas parlemen dari survei SMRC.

Antara/Wahyu Putro A
Seorang wartawan menyimak rilis hasil survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dengan tema Kondisi Demokrasi Ekonomi Politik Nasional Pascaperistiwa 21-22 Mei: Sebuah Evaluasi Publik di Jakarta, Ahad (16/6/2019). (Ilustrasi)
Rep: Nawir Arsyad Akbar Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menempatkan elektabilitas partai politik berbasis Islam. Bahkan, dari survei SMRC, hanya dua parpol berbasis Islam yang elektabilitasnya melebihi ambang batas parlemen atau parliamentart threshold (PT) sebesar 4 persen.

Dua parpol itu, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Elektabilitas PKB pada Desember 2021 sebesar 8,4 persen, sedangkan perolehan suaranya pada Pemilu 2019, yakni 9,7 persen. Sementara, PKS juga mengalami penurunan dari 8,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Juga



Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid mengatakan pihaknya tetap optimistis menghadapi Pemilu 2024. Meskipun perolehan elektabilitasnya menurun ketimbang perolehan suara di Pemilu 2019.

"Saya membaca cermat survei yang ada, kami menyadari kami harus bekerja keras dalam waktu secepatnya. Kami optimis," ujar Jazilul di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (29/12).

PKB sendiri, kata Jazilul, menargetkan 100 kursi DPR pada Pemilu 2024. Untuk mencapai target tersebut, langkah terpenting yang dilakukan PKB adalah dengan menyiapkan calon legislatif (caleg) terbaik.

"Kita akan siapkan masing-masing wilayah untuk diberikan pembekalan caleg di setiap level, ilmu-ilmu, cara untuk memenangkan pemilihan," ujar Jazilul.

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengapresiasi banyaknya hasil survei yang menempatkan partainya melewati ambang batas parlemen 4 persen. Menurutnya, itu adalah salah satu hasil dari sikap PKS sebagai oposisi pemerintah.

"Angka 5,1 persen buat PKS ini cerminan, kami lagi coba perkuat oposisi," ujar Mardani.

Dalam posisinya sebagai oposisi, PKS disebutnya bukan menjadi 'lawan' yang asal mengkritik program dan kebijakan pemerintah. Ia menegaskan bahwa PKS adalah oposisi yang konstruktif.

"Kami baseline-nya oposisi yang kritis, yang konstruktif, tidak oposisi asbun," ujar Mardani.

Masih dari survei SMRC, terdapat dua partai berbasis Islam yang elektabilitasnya tak melebihi 4 persen, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN). PPP berada di angka 2,7 persen, sedangkan PAN sebesar 1,8 persen.

Sekretaris Jenderal PPP, Arwani Thomafi mengakui bahwa peningkatan jumlah suara akan menjadi tantangan pihaknya. Karenanya, kerja-kerja elektoral akan terus dilakukan oleh partai berlambang Ka'bah itu demi terus mengumpulkan suara rakyat.

"Tidak ada lagi pola-pola lama partai politik. Kita perlu berbenah untuk menjaga tanggung jawab ke masyarakat," ujar Arwani.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, PPP disebutnya terus melakukan penataan organisasi partai. Baik dari tingkat pusat hingga daerah, sebelum menghadapi pemilihan umum (Pemilu) 2024. "Untuk itu DPP PPP akan melakukan penataan ulang di seluruh jajaran kepartaian," ujar Arwani.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi menanggapi santai terhadap banyaknya hasil survei yang menempatkan partainya di posisi buncit. Ia menjelaskan, pihaknya sudah tak terbawa perasaan atau baper dengan hasil survei sejak 2004.

Sejak 2004, berbagai lembaga survei selalu menempatkan PAN di posisi bawah dan tak lolos ambang batas parlemen 4 persen. Padahal, kenyataannya justru berbanding terbalik.

"PAN tidak kaget, tidak panik, dan juga tidak baper dengan hasil survei itu karena sejak 2004 hingga tahun 2021 saat ini ketika PAN di survei elektabilitasnya ya selalu berkisar antara 1 sampai 2 persen," ujar Viva.

Pada pemilihan umum (Pemilu) 2004, PAN memeroleh suara nasional sebesar 6,44 persen. Selanjutnya, Pemilu 2009 (6,01 persen), 2014 (7,59 persen), dan terakhir pada 2019 sebesar 6,84 persen.

"Kalau berdasarkan survei yang dilakukan lembaga survei tersebut maka sejak pemilu 2004 PAN seharusnya tidak lolos parlimentary threshold. Kenyataannya hasil perolehan suara PAN di pemilu ternyata berbeda 500 persen dengan hasil survei," ujar Viva.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler