Kemenperin Fokus Penguatan Mitra dan Program e-Smart IKM
Program e-Smart IKM Ditjen IKMA telah membina 4.600 pelaku IKM.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki tahun 2022, beragam tantangan masih harus dihadapi oleh para pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Tanah Air. Sampai saat ini, pelaku IKM masih menghadapi kesulitan bermitra dengan industri besar atau masuk ke dalam rantai pasok global.
“IKM perlu terus beradaptasi, bertransformasi dengan digital teknologi, berinovasi dengan sentuhan kearifan lokal, dan menjaga mutu produknya agar dapat masuk ke jejaring industri besar,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (31/12).
Maka, lanjutnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) tak henti mengupayakan beragam kemitraan sektor IKM dengan industri besar dan sektor ekonomi lainnya.
Sepanjang 2021, Ditjen IKMA Kemenperin telah memfasilitasi sebanyak 96 pelaku IKM melalui kegiatan temu bisnis, dengan jumlah yang berhasil bermitra mencapai 18 pelaku IKM. “Fasilitasi yang kami lakukan dalam bentuk penyelenggaraan Forum Koordinasi IKM alat angkut dengan industri besar. Sejumlah 5 IKM sukses bermitra dengan industri besar melalui forum tersebut,” ujar Dirjen IKMA Reni Yanita.
Ada pula temu bisnis 14 IKM peserta Indonesia Food Innovation dengan grup hotel Accor, dan satu IKM berhasil mendapatkan pesanan. Selain itu, ada temu bisnis 62 IKM kosmetik dan industri bahan baku, dengan 12 IKM berhasil menjalin kemitraan.
Reni menjelaskan, pihaknya secara konsisten menumbuhkan dan mengembangkan IKM startup berbasis teknologi, sesuai dengan arahan Menperin, agar dapat menyediakan solusi bagi industri kecil yang masih kesulitan dalam adaptasi teknologi 4.0. Tantangan lain yang dihadapi oleh industri menengah, yaitu perlunya dukungan skema pembiayaan dalam upaya peningkatan kapasitas dan ekspor.
“Kami juga punya program restrukturisasi mesin dan peralatan IKM, pendampingan dan fasilitasi sertifikasi produk, penguatan mesin peralatan, serta program e-Smart IKM yang terus dilanjutkan pada 2022 agar IKM dapat lebih berdaya saing di pasar luas,” jelas dia. Program e-Smart IKM masuk dalam salah satu agenda prioritas Kemenperin pada tahun 2022.
Ditjen IKMA menargetkan sebanyak 3.000 IKM ikut serta dalam pembinaan. Rangkaian kegiatan e-Smart IKM dimulai dengan bimbingan literasi digital IKM, penguatan branding dan manajemen bisnis melalui e-Smart IKM, dan program IKM Go Global.
“Program e-Smart ini bertujuan untuk pengembangan pemasaran, peningkatan pertumbuhan produktivitas IKM dengan memanfaatkan internet of things (industry 4.0) melalui platform digital. Sekaligus untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan industri prioritas,” jelas dia.
Hingga 13 Desember 2021, program e-Smart IKM Ditjen IKMA telah membina 4.600 pelaku IKM melalui workshop, pendampingan, dan pembinaan lainnya yang menjadi bagian dari Gerakan Bangga Buatan Indonesia. Sebanyak 3.256 IKM masuk dalam tahapan sustainability program yang meliputi kegiatan workshop e-Smart IKM, webinar dan pendampingan digital marketing.
Sejak 2017 sampai 2020, program e-Smart IKM Kemenperin telah melibatkan 13.183 IKM di seluruh daerah. Reni menambahkan, program unggulan lainnya yakni penumbuhan wirausaha baru (WUB).
Program ini sudah dilaksanakan dengan melatih sebanyak 6.258 wirausaha, dengan 3.408 WUB di antaranya telah mendapatkan legalitas atau izin usaha. Pelatihan atau bimbingan teknis dan manajemen kewirausahaan yang diberikan kepada 6.258 WUB tersebut, berasal dari kegiatan Satker Pusat sebanyak 2.534 WUB, Satker Dekonsentrasi sebanyak 3.410 WUB, serta Satker Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia sebanyak 314 WUB.
Berikutnya, program Santripreneur Ditjen IKMA sepanjang 2021 telah menjangkau 14 pondok pesantren dan membina 236 santri melalui bimbingan dan pendampingan teknis serta bantuan mesin/peralatan, dan meliputi beberapa bidang pembinaan, di antaranya IKM fesyen, olahan pangan, alas kaki dan perbengkelan. Program Santripreneur ini digelar sejak Maret hingga November 2021.
Sedangkan program restrukturisasi mesin/peralatan IKM tahun ini telah diberikan kepada 115 IKM, dengan total nilai potongan Rp 12,1 miliar, dan nilai investasi sebesar Rp 77,7 miliar. Tak hanya itu, Ditjen IKMA juga fokus menggelar fasilitasi dan pendampingan kepada para IKM di sentra-sentra IKM.
“Pembinaan di sentra IKM diberikan kepada 501 sentra IKM. Pembinaan di antaranya berupa bimbingan dan pendampingan teknis produksi serta fasilitasi mesin/peralatan produksi sentra IKM,” tuturnya.
Reni menyampaikan, dalam upaya pengembangan sentra IKM di berbagai wilayah di Indonesia, Ditjen IKMA Kemenperin telah mengalokasikan Dana Alokasi Khusus. Pada 2021 melibatkan sebanyak 136 kabupaten/kota yang memperoleh alokasi DAK Sub Bidang Revitalisasi Sentra IKM.
“Kami terus mendorong Pemda agar bisa memanfaatkan DAK ini sebagai solusi pengembangan IKM di daerah dengan berbasis sentra IKM,” ujarnya. Ditjen IKMA Kemenperin juga memberikan pendampingan dan pembuatan desain kemasan dan merek bagi IKM melalui Klinik Desain Merek Kemas. Klinik ini telah memfasilitasi 100 IKM, dengan jumlah desain kemasan sebanyak 200 desain dan jumlah desain merek sebanyak 200 desain.
“Sementara bantuan cetak kemasan diberikan kepada 10 IKM. Ada pula fasilitasi Kekayaan Intelektual melalui Klinik KI yang telah menghasilkan pendaftaran 394 Merek dan 6 Desain Industri, dan satu Indikasi Geografis,” kata Reni.
Adapun capaian kontribusi industri aneka terhadap PDB kuartal III 2021 year on year (yoy) sebesar 0,13 persen, dengan nilai investasi industri aneka hingga kuartal III tahun 2021 mencapai Rp 2,17 triliun. Ditjen IKMA telah memfasilitasi sertifikasi SNI mainan anak kepada 23 IKM, dan melakukan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu (ISO 9001-2015) kepada 4 IKM mainan anak.