Penghapusan Premium, Pengamat: Tak Berdampak Signifikan

Konsumsi premium sendiri terbilang rendah, masih 7,8 persen.

Republika
Pengendara mengisi bahanbakar minyak (BBM) di Jakarta, Kamis (23/12/2021). Penghapusan BBM jenis premium oleh pemerintah dinilai tak berdampak signifikan.
Rep: Intan Pratiwi Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengeluarkan beleid soal penyaluran BBM, dimana aturan tersebut memberikan ruang kepada Menteri ESDM untuk menghapus Premium sewaktu waktu. Namun, rencana penghapusan premium ini dinilai Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan tidak berdampak besar bagi masyarakat.

Ia menilai, saat ini konsumsi premium sendiri masih 7,8 persen. Kecil dibandingkan konsumsi total BBM yang ada saat ini. "Sebesar 11,7 persen jika dibandingkan dengan konsumsi gasoline seperti Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo," tambah Mamit, Senin (3/1).

Lanjutnya, angka konsumsi yang relatif rendah ini disebabkan kesadaran dari masyarakat yang sudah mulai menggunakan BBM dengan RON tinggi seperti Pertalite bahkan Pertamax. Di sisi lain, produk Premium juga sudah mulai langka di pasaran seperti dikemukakan sendiri oleh masyarakat.

Namun, menurut Mamit masyarakat tetap butuh waktu untuk bisa beralih ke BBM dengan kualitas baik. Oleh karenya, peran pemerintah dalam mensosialisasikan manfaat BBM RON tinggi sangat penting. "Jadi kita sosilisasikan terlebih dahulu keuntungan dan manfaat dari BBM dengan RON yang lebih tinggi secara masif," ujarnya.

Baca Juga


 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler