Lima Raksasa Dunia Sepakat Cegah Perang Nuklir

Untuk pertama kali anggota tetap Dewan Keamanan PBB serukan pencegahan senjata nuklir

EPA-EFE/SERGEI ILNITSKY
Polisi Rusia yang mengenakan topeng pelindung berbaris di depan rudal nuklir strategis Rusia RS-24 Yars yang bergerak di sepanjang jalan sebelum latihan malam parade militer Victory di Lapangan Merah, di Moskow, Rusia, 17 Juni 2020. Untuk pertama kali anggota tetap Dewan Keamanan PBB serukan pencegahan senjata nuklir.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Lima kekuatan nuklir global pada Senin (3/1) berjanji untuk mencegah penyebaran senjata atom dan menghindari konflik nuklir. Pernyataan bersama yang jarang terjadi ini mengesampingkan meningkatnya ketegangan Barat-Timur, dan menegaskan kembali tujuan dunia yang bebas nuklir.

"Kami sangat yakin  penyebaran lebih lanjut dari senjata semacam itu harus dicegah. Perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh diperangi," ujar pernyataan bersama anggota tetap Dewan Keamanan PBB yaitu China, Prancis, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat (AS), Selasa (4/1).

Pernyataan itu dikeluarkan setelah peninjauan terakhir terhadap Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) yang pertama kali berlaku pada 1970. Terlepas dari ketegangan besar antara China, Rusia, dan mitra Barat mereka, lima kekuatan dunia menilai penghindaran perang antara negara-negara pemilik senjata nuklir dan pengurangan risiko strategis sebagai tanggung jawab utama mereka.

"Kami bermaksud untuk mempertahankan dan lebih memperkuat langkah-langkah nasional untuk mencegah penggunaan senjata nuklir yang tidak sah atau tidak disengaja," kata pernyataan bersama tersebut.

Pernyataan itu juga berjanji untuk mematuhi artikel kunci dalam NPT, di mana negara-negara berkomitmen untuk pelucutan senjata nuklir secara penuh di masa depan. Senjata nuklir digunakan dalam pengeboman AS di Jepang pada akhir Perang Dunia II.

"Kami tetap berkomitmen pada kewajiban NPT, termasuk kewajiban Pasal 6 tentang perlucutan senjata secara umum dan lengkap di bawah kendali ketat," ujar pernyataan bersama tersebut.

Menurut PBB, sebanyak 191 negara telah bergabung dalam perjanjian NPT. Ketentuan-ketentuan dari kesepakatan tersebut memerlukan peninjauan ulang atas operasinya setiap lima tahun.

Rusia menyambut baik deklarasi pencegahan senjata dan nuklir. Rusia berharap deklarasi tersebut dapat mengurangi ketegangan global.

"Kami berharap dalam kondisi keamanan internasional yang sulit saat ini, persetujuan pernyataan politik semacam itu akan membantu mengurangi tingkat ketegangan internasional," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.

Wakil Menteri Luar Negeri China Ma Zhaoxu seperti dikutip oleh kantor berita resmi Xinhua mengatakan kesepakatan pencegahan senjata nuklir akan membantu meningkatkan rasa saling percaya. Termasuk menggantikan persaingan di antara kekuatan-kekuatan besar dengan koordinasi dan kerja sama.

Pernyataan bersama itu muncul ketika ketegangan antara Rusia dan AS yang semakin meningkat sejak Perang Dingin. Eskalasi ketegangan terjadi karena Rusia meningkatkan kehadiran militer di dekat perbatasan Ukraina. Rusia diduga akan melancarkan invasi ke Ukraina.

Baca Juga


Amerika Serikat berkomitmen akan menjatuhkan sanksi ekonomi yang sangat keras jika Rusia melakukan invasi ke Ukraina. Rusia dan AS berencana menggelar pembicaraan tentang keamanan Eropa di Jenewa pada 10 Januari.

Sementara itu, kebangkitan China di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping juga menimbulkan kekhawatiran. Ketegangan antara Beijing dan Washington dapat menyebabkan konflik terutama di Taiwan.

Gagasan perang nuklir tidak dapat dimenangkan telah dicetuskan oleh pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan pada tahun 1985. Kepala Proliferasi Senjata Pusat Kebijakan Keamanan di Jenewa, Marc Finaud, mengatakan ini adalah pertama kalinya lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB menyerukan pencegahan senjata nuklir.

"Mereka telah memimpin dan kembali ke doktrin ini setelah tuntutan dari negara-negara non-nuklir dan LSM," kata Finaud.

Dalam sebuah opini di media internasional yang diterbitkan akhir tahun lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkan keberadaan 13 ribu senjata nuklir di seluruh dunia. Hal ini sebagai ancaman yang berkembang, dengan risiko bahwa senjata itu dapat digunakan kapan pun sejak Perang Dingin.

"Pemusnahan nuklir hanyalah salah satu kesalahpahaman atau salah perhitungan," kata Guterres yang menggambarkan senjata nuklir sebagai "pedang Damocles" di dunia.

Pada Senin (3/1/2022) juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, mengatakan sekretaris jenderal PBB menyambut baik pernyataan bersama lima kekuatan negara untuk mencegah penggunaan senjata nuklir. "Sekretaris Jenderal menyatakan kembali apa yang telah dia katakan berulang kali yaitu satu-satunya cara untuk menghilangkan semua risiko nuklir adalah dengan menghilangkan semua senjata nuklir," kata Dujarric dalam sebuah pernyataan.

Jean-Marie Collin dari International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) menyambut baik deklarasi positif tersebut. Dia berpendapat setiap negara dapat memodernisasi dan memperbarui persenjataan mereka. Namun pada saat yang sama, mereka dapat merusaknya.

NPT mengakui China, Prancis, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat sebagai kekuatan senjata nuklir. Namun India dan Pakistan juga telah mengembangkan senjata nuklir. Sementara Israel secara luas diyakini memiliki senjata nuklir tetapi tidak pernah mengakuinya secara resmi.
Ketiga negara ini tidak ikut ambil bagian dalam penandatangan NPT. Korea Utara, yang juga telah mengembangkan senjata nuklir, menarik diri dari NPT pada 2003.

sumber : AFP/Channel News Asia
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler