Kupas Plus Minus Teknologi Nirsentuh di Gerbang Tol
Menempelkan kartu pada gerbang tol sebenarnya memiliki manfaat dari aspek safety
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jalan bebas hambatan atau jalan tol di Indonesia saat ini belum sepenuhnya bebas hambatan. Sebab, pengendara masih harus berhenti untuk melakukan pembayaran di gerbang tol.
Kondisi ini pun mendorong hadirnya inovasi yang disebut dengan touch-less transaction atau transaksi nirsentuh. Lewat teknologi radio frequency identification (RFID), maka pengendara bisa tetap melakukan pembayaran tanpa harus menghentikan kendaraanya di gerbang tol.
Pengamat Otomotif, Bebin Juana mengatakan, inovasi ini merupakan inovasi yang positif karena bisa memberikan kemudahan bagi masyarakat dan bisa menekan antrian di gerbang tol. "Tapi inovasi ini perlu dibekali dengan regulasi yang tepat sehingga penerapan transaksi nirsentuh ini bisa berjalan dengan optimal," kata Bebin kepada Republika.co.id, Selasa (4/1).
Selain itu, ia juga berharap agar sistem transaksi single lane free flow (SLFF) atau yang juga disebut dengan FLO ini ditunjang oleh infrastruktur yang andal dalam berbagai kondisi. Sehingga, sistem harus dipastikan bisa benar-benar melakukan transaksi dengan baik.
Di satu sisi, diperlukan juga skema untuk mengantisipasi jika ternyata sensor tak mampu melakukan tranksaksi dengan baik atau terdapat pengendara dengan saldo voucher elektronik (VE) yang tidak sesuai dengan tarif pada gerbang tol.
Mengingat, hingga saat ini, sistem pembayaran jalan tol yang menggunakan uang elektronik dengan menempelkan kartu juga masih mengalami sejumlah persoalan teknis. Terkadang, juga masih ada pengendara yang masuk jalan tol dengan saldo yang tidak mencukupi sehingga menghambat arus lalu lintas di pintu tol.
"Di luar negeri, sistem transaksi nirsentuh telah lama diterapkan. Semoga, penerapan di Indonesia bisa banyak belajar dari luar negeri dan telah menggunakan perangkat dengan versi paling canggih sehingga kemungkinan error bisa ditekan," ujarnya.
Sistem transaksi nirsentuh ini hadir dalam dua pilihan perangkat penunjang yakni on board unit (OBU) dan stiker. OBU sendiri merupakan perangkat penunjang yang terpasang di dalam kabin mobil sedangkan stiker merupakan perangkat penunjang yang dipasang di headlight mobil.
Ia menilai, mungkin perangkat yang paling pas untuk digunakan di Indonesia adalah OBU karena lebih aman dari aksi orang iseng. Mengingat, penggunaan stiker di bagian eksterior yakni pada bagian lampu utama berpotensi dilepas oleh oknum iseng.
Letaknya yang berada di bagian luar mobil pun berpotensi membuat keberadaan stiker tak bisa dengan mudah dipantau oleh pengemudi. Artinya, jika ternyata perangkat itu terlepas, maka pengendara bisa mengalami persoalan saat melintas di gerbang tol nirsentuh.
"Setau saya, belum ada negara lain yang menggunakan stiker untuk penunjang RFID d jalan tol," ucap dia.
Di beberapa negara lain, penerapan stiker yang disebut dengan RFID car label, RFID vehicle tags atau windshield sticker biasanya digunakan untuk masuk ke kawasan parkir atau di bangunan dan wilayah tertentu.
Dia berharap penerapan transaksi nirsentuh di jalan tol ini benar-benar dibekali dengan kajian yang matang. Jika pun akan tetap menggunakan stiker, mungkin pemasanganya bisa di bagian kaca depan atau windshield sehingga pengendara lebih mudah untuk memastikan keberadaan stiker tersebut.
Penerapan teknologi ini pun mendapat sorotan dari Training Director Safety Defensive Consultant (SDCI), Sony Susmana. Sony juga memberikan paradigma dari segi keselamatan.
"Sebaiknya penerapan transaksi nirsentuh ini hanya berlaku pada gerbang tol yang kerap mengalami antrian kendaraan saja. Untuk gerbang yang relatif lengang seperti di ruas tol luar kota, pembayaran dengan menempelkan kartu sebenarnya memiliki manfaat dari aspek safety," kata Sony kepada Republika.co.id.
Mengingat, saat melakukan perjalanan luar kota, pengemudi akan mengalami kelelahan setelah melakukan perjalanan non stop selama beberapa jam. Selama itu pula, pengemudi dituntut untuk selalu fokus dengan kondisi jalan karena sedang berkendara dengan kecepatan yang cukup tinggi.
"Nah, saat itu, keberandaan pintu tol bisa jadi penunjang untuk membuat kondisi pengemudi tetap prima. Dalam momen itu, rasa kantuk saat mengemudi bisa dikurangi karena pengemudi bisa memanfaatkan momen tersebut untuk lebih rileks dan menikmati sirkulasi udara," ujarnya.
Selain itu, momen tap kartu juga bisa jadi momen bagi pengemudi untuk melakukan koreksi kecepatan berkendara sesuai dengan peraturan yang berlaku. Otomatis, hal ini bisa mengurangi potensi pengemudi kebut-kebutan di jalan tol.
Tak hanya itu, lanjutnya, momen deselerasi ini juga bisa digunakan oleh pengemudi untuk bisa tetap terhidrasi dengan baik dan tetap aman. Karena, pada saat tersebut, pengemudi juga bisa memanfaatkanya untuk menikmati air putih atau kopi dengan lebih aman. Dengan begitu, jalan tol tetap bisa jadi infrastruktur yang akomodatif tapi aman.
Soal penerapan transaksi nirsentuh, ia menilai teknologi itu sangat cocok diterapkan di gerbang tol perkotaan atau gerbang tol yang kerap mengalami antrian panjang. Tapi, penerapanya pun tetap harus dibekali dengan kajian yang matang dan menyeluruh.
"Pada beberapa ruas jalan, antrian tak hanya terjadi di pintu tol. Begitu keluar tol, ternyata pengendara tetap terhadang oleh antrian jalanan perkotaan. Jadi antrian bukan disebabkan oleh proses pembayaran di pintu tol tapi memang lalu lintasnya yang sangat padat," kata dia.
Pabrikan mobil pun ikut memperhatikan perkembangan teknologi tersebut. Mengingat, hal ini akan berkaitan erat dengan kamanan dan kenyamanan pengendara. Business Innovation and Marketing & Sales Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy mengatakan, inovasi ini adalah penggunaan teknologi yang positif.
"Terutama karena hal ini bisa mendukung kelancaran lalu lintas," kata Billy kepada Republika.co.id.
Berkaitan dengan penerapan teknologi tersbut, Honda pun akan melakukan kajian soal sistem transaksi nirsentuh sehingga Honda bisa berperan dalam memberikan masukan agar penerapan teknologi ini bisa benar-benar memberikan dampak positif.
"Kami akan melakukan kajian secara menyeluruh," ujarnya.
Artinya, kajian itu mencakup soal jenis perangkat apa yang paling pas serta bagaimana skema kehadiran perangkat itu dalam tiap mobil baru yang dibeli oleh konsumen.
Karena, jika ternyata kedepanya sistem nirsentuh ini jadi standar di tiap ruas tol, maka boleh jadi perangkat penunjang sistem ini harus terpasang pada tiap mobil baru yang dikirimkan kepada konsumen. Oleh karena itu, Honda akan mempelajari apakah perangkat ini nantinya akan jadi perangkat standar atau jadi perangkat opsi.