Peradaban Islam Jatuh Bangun, Tetapi 5 Hal Ini Harus Tetap Terhubung

Peradaban Islam memang mengalami jatuh bangun sepanjang sejarah

EPA-EFE/RAJAT GUPTA
Peradaban Islam memang mengalami jatuh bangun sepanjang sejarah. Ilustrasi peradaban Islam
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peradaban Islam tidak pernah punah sejak zaman Nabi Muhammad  ﷺ sampai sekarang. 

Baca Juga


Sebenarnya yang dialami oleh umat Islam adalah fluktuatif, tapi substansinya peradaban Islam itu berkisar dari lima keterhubungan yang tidak boleh lepas.

Menurut pendakwah KH Nur Alam Bachtir, keterhubungan itu pertama adalah korelasi antara manusia dengan Sang Pencipta, itu yang disebut dengan sikap menghambakan diri kepada Allah ﷻ. 

“Menghambakan diri kepada Allah ﷻ ada dua dimensi, yaitu yang bersifat vertikal dan horizontal,” kata Kiai Nur kepada Republika,co.id setelah acara Dialog Eksklusif Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan yang diselenggarakan Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta, Jumat (7/1).   

Kedua, korelasi antara manusia dengan alam, manusia itu adalah makhluk sempurna dan dimuliakan Allah ﷻ, sementara makhluk semuanya direndahkan Allah ﷻ.   

Dia menegaskan, maka perbuatan syirik sebenarnya merendahkan manusia itu sendiri. Artinya manusia menghinakan dirinya sendiri di hadapan makhluk yang sebenarnya tidak boleh dimuliakan di atas diri manusia itu sendiri. Maka manusia tidak boleh takut dengan jin dan lain sebagainya.

Dia menerangkan, yang ketiga, hubungan antara manusia. Dalam berhubungan dengan manusia harus berbuat adil, memaafkan dan amal baik lainnya. Sementara tidak boleh menzalimi diri sendiri, menzalimi orang lain, dan menzalimi Allah ﷻ. 

Kiai Nur menambahkan, keempat, hubungan manusia dengan amanah. Sebab semua manusia memiliki amanah. Contohnya, istri, anak, kendaraan, rumah, harta, jabatan, dan lain sebagainya adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. "Tidak ada manusia yang tidak punya amanah, semuanya punya amanah," ujarnya. 

Dia mengatakan, yang kelima, hubungan manusia dengan kehidupan. Artinya manusia tidak lepas dari ujian, sepanjang manusia masih hidup maka manusia akan diuji oleh dua dimensi yaitu dimensi baik dan buruk. Orang yang banyak hartanya, diuji oleh kekayaannya. 

"Banyak orang diuji dengan kebaikan dan tidak lulus. Sementara banyak juga manusia yang lulus saat diuji dengan dimensi buruk," jelasnya. 

Kiai Nur mengatakan, lima keterhubungan ini adalah kunci peradaban Islam. Sementara yang lainnya adalah pengembangan dari lima hal ini. Makanya peradaban Islam lebih kepada memanusiakan manusia. 

Di tempat yang sama, Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Arief Rosyid Hasan, mengatakan tujuan digelarnya kegiatan Dialog Eksklusif Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan ingin membangun kesadaran anak muda. 

Supaya semakin banyak anak muda yang menyadari bahwa perjuangan mereka adalah untuk mengentaskan kemiskinan, mendorong ekonomi umat dan lain sebagainya. 

"Supaya anak muda bangga dengan profesinya sendiri, menjadi dokter terbaik, ilmuan terbaik, jadi kesadaran itu yang ingin kita dorong dari Masjid Agung Sunda Kelapa," kata Arief.   

Arief menerangkan alasan menghadirkan dua narasumber dari kalangan muda dan tua dalam dialog eksklusif ini, di antaranya Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir 2015-2016 Abdul Ghofur Mahmudin dan KH Nur Alam Bachtir.

Dia berharap muncul anak-anak muda yang seperti Gus Dur, Bung Karno, dan tokoh-tokoh lainnya yang lahir dari masjid. "Itu sebenarnya semangat dari kegiatan kita ini, selain berharap anak-anak muda memperjuangkan api Islam, juga ingin di masa yang akan datang lahir cendekiawan Muslim yang berpikir maju," ujarnya.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler