PTM di Tasikmalaya Masih Diberlakukan Pembatasan
Kapasitas kelas yang digunakan saat PTM di Tasikmalaya maksimal tetap 50 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sekolah-sekolah di Kota Tasikmalaya mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) secara 100 persen mulai Senin (10/1). Namun, pelaksanaan PTM di sekolah dibagi dalam dua waktu, dengan kapasitas kelas yang digunakan maksimal 50 persen.
Berdasarkan pantauan Republika, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Pengadilan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, telah menerapkan PTM kepada seluruh siswanya. Namun, kapasitas kelas yang digunakan maksimal tetap 50 persen. Siwa yang PTM dibagi dalam dua waktu (shift).
"Satu shift itu maksimal 6 jam pelajaran tanpa istirahat. Jadi shift pertama itu pukul 07.00-10.00 WIB, shift kedua pukul 10.30-12.30 WIB," kata Kepala SDN 1 Pengadilan, Titi Setiawati, Senin.
Menurut dia, kebijakan itu baru diterapkan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022. Semester sebelumnya, PTM masih dilaksanakan secara bergantian. Sehari siswa PTM di sekolah dengan kapasitas kelas maksimal 50 persen, hari berikutnya belajar secara daring.
Titi mengatakan, para siswa sangat antusias untuk melaksanakan PTM di sekolah. Apalagi, pada semester genap ini, mereka tak perlu belajar secara daring lagi.
"Jadi sekarang sudah tidak ada daring lagi. Orang tua juga tidak ada yang menolak tak ada daring. Semua antusias," ujar dia.
Kendati demikian, Titi memastikan penerapan protokol kesehatan (prokes) dilakukan secara ketat. Pihak sekolah juga merencanakan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 kepada para siswa pada Selasa (11/1).
"Jadi akan lebih aman. Orang tua juga menyambut baik anaknya untuk divaksin," kata dia.
Meski diklaim prokes diterapkan dengan ketat, di depan sekolah itu masih terdapat kerumunan orang tua siswa yang menunggu anaknya. Selain itu, sebagian orang tua juga masih bebas masuk ke lingkungan sekolah.
Pelaksanaan PTM di Kota Tasikmalaya masih dibagi dalam dua waktu dikarenakan cakupan vaksinasi Covid-19 di daerah itu belum memenuhi syarat yang ditentukan. Berdasarkan Suray Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, hanya satuan pendidikan dengan capaian vaksinasi dosis kedua pada pendidik dan tenaga kependidikan di atas 80 persen dan cakupan vaksinasi dosis kedua pada lansia di atas 50 persen dan peserta didik di tingkat kabupaten/kota, yang dapat melaksanakan PTM dengan jumlah siswa 100 persen dari kapasitas kelas.
Sementara cakupan vaksinasi dosis kedua kepada lansia di Kota Tasikmalaya belum mencapai 50 persen. Berdasarkan data per 11 Januari, cakupan vaksinasi dosis kedua di Kota Tasikmalaya baru mencapai 42,64 persen.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra, mengatakan, pelaksanaan vaksinasi dosis kedua kepada lansia terus dilakukan. Namun, untuk mecapai target sasaran sebanyak 50 persen, terdapat sejumlah kendala yang dihadapi.
"Pertama masalah stok vaksin. Kemarin kan untuk dosis pertama lansia kami banyak menggubakan Pfizer. Nah itu sekarang stoknya terbatas," kata dia.
Menurut Asep, pihaknya sudah mencoba meminta distribusi vaksin Pfizer ke pemerintah pusat maupun provinsi. Namun, hingga kini balum ada pengiriman.
Untuk mengatasinya, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya berencana meminta stok vaksin Pfizer ke kabupaten/kota yang memiliki stok berlebih. "Soalnya sekarang yang banyak itu vaksin Sinovac," ujar dia.
Selain itu, ia menambahkan, antusias lansia untuk melaksanakan vaksinasi dosis kedua juga cenderung menurun. Sebab, pelaksanaan vaksinasi tak lagi dibarengi dengan 'hadiah'.
"Saat dosis pertama itu kan ada reward-nya, lansia yang divaksin dikasih KKS. Kalau sekarang tidak ada. Jadi menurun minatnya," kata dia.