Presiden Kazakhstan: Terima Kasih Vladimir Putin
Rusia dinilai telah membantu meredam gelombang kerusuhan di Kazakhstan.
REPUBLIKA.CO.ID, NUR-SULTAN -- Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengucapkan terima kasih kepada Presiden Rusia Vladimir Putin karena telah membantunya meredam gelombang demonstrasi di negaranya. Tokayev secara khusus menyinggung tentang dikerahkannya pasukan Collective Security Treaty Organisation (CSTO), sebuah aliansi keamanan yang didukung Rusia.
"Saya ingin menyampaikan kata-kata terima kasih khusus kepada Presiden Federasi Rusia Vladimir Vladimirovich Putin atas pengertiannya dan penyelesaian cepat masalah pengiriman kontingen penjaga perdamaian CSTO ke Kazakhstan. Dengan Anda, Vladimir Vladimirovich yang terhormat, kami telah telah berhubungan terus-menerus sejak hari-hari pertama serangan teror di negara kami," kata Tokayev dalam konferensi video Dewan Keamanan Kolektif CSTO, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, Senin (10/1/2022).
Tokayev juga menyampaikan terima kasih kepada Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan. Sebab Armenia, sebagai ketua CSTO saat ini, memberi persetujuan cepat atas dokumen-dokumen yang diperlukan.
Akhir pekan lalu, Tokayev melakukan percakapan via telepon dengan Putin. Tokayev menginformasikan perkembangan situasi terkait krisis di negaranya kepada Putin."Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin melakukan percakapan telepon yang panjang dengan Presiden Republik Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. Presiden Kazakhstan berbicara secara rinci tentang situasi saat ini di negara itu, mencatat pergeseran menuju stabilisasi," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan, Sabtu (8/1/2022).
Tokayev dan Putin bertukar pandangan perihal cara-cara yang mungkin diambil untuk memulihkan ketertiban di Kazakhstan. Tokayev menilai, perlu ada pembicaraan antara para pemimpin negara anggota CSTO. Sebelumnya Tokayev memang telah meminta bantuan CSTO untuk memadamkan gelombang demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair di Kazakhstan. Dia menuding unjuk rasa itu dipimpin oleh “teroris”.
Setidaknya 164 orang, termasuk dua anak-anak, dilaporkan tewas sejak demonstrasi digelar pada 2 Januari lalu. Otoritas keamanan Kazakhstan juga menangkap dan menahan sekitar 8.000 pengunjuk rasa.