Lebih dari 160 Orang Tewas dalam Kerusuhan di Kazakhstan

Sekurangnya 164 orang, termasuk dua anak-anak tewas dalam kerusuhan di Kazakhstan

AP/Vladimir Tretyakov
Polisi anti huru hara berjalan untuk memblokir demonstran selama protes di Almaty, Kazakhstan, 5 Januari 2022. Sekurangnya 164 orang, termasuk dua anak-ana.k tewas dalam kerusuhan di Kazakhstan
Rep: Fergi Nadira Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, NUR SULTAN - Protes rusuh menentang kenaikan harga gas di Kazakhstan menyebabkan lebih dari 160 orang tewas dan 5.000 orang ditangkap. Pemerintahan Presiden Kassym-Jomart Tokayev menghadapi amukan massa dan menuduh terdapat aktor teroris di balik kerusuhan yang terjadi.

Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan memperkirakan kerusakan properti akibat kerusuhan mencapai sekitar 198 juta dolar AS. Lebih dari 100 bisnis dan bank diserang dan dijarah hingga 400 kendaraan hancur.

Mengutip data Kementerian Kesehatan, sekurangnya 164 orang, termasuk dua anak-anak tewas dalam kekerasan. Sebanyak 103 di antaranya tewas di kota utama negara Asia Tengah itu, Almaty, sebagai tempat kekerasan terburuk terjadi.

Secara total, 5.135 orang telah ditahan untuk diinterogasi sebagai bagian dari 125 penyelidikan terpisah atas kerusuhan tersebut. Pada Ahad (9/1/2022) waktu setempat, ketenangan relatif kembali ke kota utama Kazakhstan, Almaty. Polisi terkadang melepaskan tembakan ke udara untuk menghentikan orang-orang yang mendekati alun-alun pusatnya.

"Hari ini situasinya stabil di semua wilayah negara itu," kata Menteri Dalam Negeri Erlan Turgumbayev seperti dikutip laman Aljazirah, Senin (10/1/2022).

Dia mengatakan operasi kontra teror terus berlanjut dalam upaya untuk menegakkan kembali ketertiban di negara itu. Koresponden Aljazirah Robin Forestier-Walker melaporkan dari ibu kota Georgia, Tbilisi bahwa jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat.

"Kami menunggu jumlah korban meningkat berdasarkan skala pertempuran, kekerasan, dan penembakan, di mana tembakan senapan mesin berat dan ledakan yang berlangsung berjam-jam selama 5 dan 6 Januari,” katanya.

"Untuk menambah itu, apa yang disebut operasi anti-terorisme masih berlanjut di seluruh negeri – jadi operasi yang sangat besar terjadi dengan pemerintah Kazakh berusaha untuk mengambil kembali kendali atas situasi," ujarnya menambahkan.

Baca Juga


Perintah Tembak di Tempat

Negara kaya energi berpenduduk sekitar 19 juta orang itu diguncang kekerasan selama sepekan terakhir. Puluhan orang tewas setelah kerusuhan sehingga mendorong Presiden Kassym-Jomart Tokayev untuk mengeluarkan perintah tembak perusuh untuk mengakhiri huru-hara.

Dia menuduh para perusuh ini bandit dan teroris. Kenaikan harga bahan bakar gas cair memicu kerusuhan seminggu yang lalu di wilayah provinsi barat dan dengan cepat mencapai kota-kota besar, termasuk kota pusat ekonomi Almaty.

Di wilayah itu, kerusuhan meletus dan polisi melepaskan tembakan menggunakan peluru tajam di tengah pecahnya kekerasan paling mematikan dalam 30 tahun kemerdekaan negara itu. Atas undangan Tokayev, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia mengirim pasukan untuk memulihkan ketertiban.

"Sejumlah fasilitas strategis telah dipindahkan di bawah perlindungan kontingen penjaga perdamaian bersatu dari negara-negara anggota CSTO," kata kantor kepresidenan dalam sebuah pernyataan yang merinci pengarahan keamanan yang dipimpin oleh Tokayev.

Mantan pemimpin Nursultan Nazarbayev adalah penguasa terlama di negara bekas Soviet sampai ia menyerahkan kursi kepresidenan kepada Tokayev pada 2019. Keluarganya secara luas diyakini telah mempertahankan pengaruh di Nur-Sultan, ibu kota yang dibangun khusus yang menyandang namanya.

Pekan lalu, Tokayev mencopot Nazarbayev sebagai kepala Dewan Keamanan negara, yang perannya terus memegang pengaruh signifikan di negara Asia Tengah itu. Mantan kepala intelijen Kazakhstan dan Perdana Menteri dua kali Karim Masimov juga ditangkap pada Sabtu karena dicurigai melakukan makar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler