Fobia Jarum Suntik, Bos Game Skotlandia Meninggal Kena Covid-19

Istri mendiang bos game komputer itu menyerukan warga untuk divaksinasi Covid-19.

AP/Mary Altaffer
Vaksin Covid-19. Seorang pengembang game komputer asal Skotlandia dikabarkan meninggal akibat Covid-19. Dia fobia jarum suntik hingga enggan divaksinasi.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah seorang bos game komputer, Stewart Gilray meninggal dunia setelah virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) menyerang paru-parunya. Pria berusia 51 tahun yang tinggal di Aberdeen, Skotlandia itu sudah berkecimpung di dunia game komputer selama lebih dari tiga dekade.

Stewart sempat membagikan ceritanya melalui akun Instagram miliknya saat pertama kali dirawat akibat Covid-19 pada 20 Desember 2021 lalu. Sepekan kemudian, ayah dari dua anak itu dikabarkan meninggal dunia.

Baca Juga


"Stewart memiliki ketakutan yang serius terhadap jarum suntik. Selama 25 tahun belakangan ini, ia baru satu kali melakukan tes darah," ungkap istri Stewart, Bec, dilansir The Sun, Rabu (12/1/2022).

Semasa hidupnya, Stewart sangat menghindari berobat ke dokter. apalagi kalau harus melakukan ambil darah di mana itu harus menggunakan jarum suntik. Namun, selama 25 tahun Bec mengenalnya, Stewart memang tidak pernah mengalami sakit parah.

"Dia bugar, tetapi dia benar-benar percaya dia akan selamat dari virus ini karena dia sehat. Sebelum diintubasi, dia berkata kepada saya, 'Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Saya akan baik-baik saja. Saya hanya perlu sedikit istirahat'," ungkap Bec.

Tragisnya, ternyata Stewart sudah memiliki kondisi serius. Ada jaringan parut yang tidak terdiagnosis di paru-parunya. Sementara itu, infeksi virus penyebab Covid-19 merampas kemampuannya untuk bernapas tanpa bantuan.

"Buat yang belum tahu, awal pekan lalu saya (dan seluruh keluarga) dinyatakan positif Covid-19 varian delta," ungkap Stewart dalam akun media sosialnya.

Menurut Stewart, anak-anak sebagian besar baik-baik saja. Ia mengatakan, dia dan istri paling merasakan gejalanya.

"Bec merasakan gejala yang sama," kata Stewart.

Stewart juga membagikan foto dirinya sedang memakai masker oksigen. Kondisinya memburuk dengan cepat. Meskipun ada upaya medis, ia kalah dalam perjuangannya untuk hidup.

"Saya tidak akan mengharapkan ini pada siapa pun, ini mengerikan. Stewart adalah orang yang paling dermawan dan tidak ragu membantu siapa pun. Dia mendedikasikan dirinya untuk anak-anak kami, Darcey (tiga tahun), dan Elliot (15)," ucap Bec.

"Dia mencintai hidupnya, dia mencintai apa yang kami miliki dan apa yang dia bangun dalam bisnisnya. Dia ingin pensiun dini dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama kami. Dia punya semua rencana itu hingga Covid merenggutnya. Tolong, segera vaksinasi," papar Bec.

Stewart mendirikan perusahaan pengembang gim independennya, Just Add Water, pada 2006. Studionya terlibat dalam pengembangan hits terbaru termasuk remaster dari seri Oddworld, adaptasi video game dari seri BBC Doctor Who dan penembak Sniper Elite edisi VR.

"Dia mencintai hidupnya, dia mencintai apa yang kami miliki dan apa yang dia bangun dalam bisnisnya. Dia ingin pensiun dini dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama kami. Dia punya semua rencana itu hingga Covid merenggutnya. Tolong, segera vaksinasi," kata Bec.

Pendekatan psikologis

Ketua Ikatan Perawat Indonesia (IPI), Harif Fadhillah mengemukakan perlunya pendekatan psikologis terhadap masyarakat yang mempunyai trauma terhadap jarum suntik demi kelancaran pelaksanaan vaksinasi Covid-19. IPI yakin, jumlah masyarakat Indonesia yang trauma dengan jarum suntik sedikit.

"Kalau trauma itu agak sulit juga. Kita harus melakukan treatment secara singkat. Karena trauma yang ditimbulkan jarum suntik itu membekas dalam kehidupan," katanya di Jakarta, Sabtu (23/1/2021).

Tenaga kesehatan yang berperan dalam memberikan vaksin kepada masyarakat pun diimbau untuk memberikan contoh dalam bentuk gambar yang memberikan informasi bagi masyarakat. Harif menjelaskan, proses penyuntikan tidak menimbulkan masalah dalam bentuk apa pun.

"Tidak bisa dibilang 'jangan takut, jangan takut ya', harus ada pendekatan psikologis dan pendampingan. Selain itu juga bisa disampaikan contoh-contoh gambar bahwa orang yang disuntik tidak terjadi masalah apa-apa. Kalau orang yang traumatis tidak bisa begitu saja (disuntik)," kata Harif.

Namun, Harif optimistis masyarakat yang memiliki trauma terhadap jarum suntik jumlahnya sedikit di Indonesia. Alasannya, sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini telah memiliki pengalaman dengan program vaksinasi.

"Saya kira tidak banyak (yang takut jarum suntik) karena pengalaman hidup masyarakat di hari ini, mereka hidup sejak 1960-an, di mana negara sudah banyak program vaksinasi dan pengalaman itu sudah ada," katanya.

Harif mengatakan, vaksin Covid-19 disuntikkan menembus jaringan otot. Metode tersebut, menurutHarif, tidak terlalu memberikan rasa sakit. Berbeda dengan proses penyuntikan untuk mendeteksi penyakit TBC yang menembus hingga ke dalam jaringan kulit.

"Suntikan di otot berbeda dengan di pembuluh darah. Kalau pembuluh darah obatnya masuk ke pembuluh darah langsung ke jantung. Lain lagi kalau di bawah kulit untuk tes TBC. Itu sakit sekali karena dia masuk ke dalam kulit. Suntikan untuk tes TBC itu memang sakit karena jarum dipaksa masuk ke dalam kulit. Harus bengkak supaya bisa dipantau reaksinya," ujarnya.

Metode penyuntikan pun didasari atas kandungan dosis yang akan diterima tubuh pasien. Dosis vaksin Covid-19 tidak sebanyak suntikan obat di Puskesmas.

"Kalau ini kan (vaksin Covid-19) cuma 0,5 mili atau setengah cc seperti kita disuntik vitamin biasa dan prosesnya cepat," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler