Cerita di Balik Seragam Satpam, Harus Nyicil Hingga Mengejar Penjahat
Sebagian satpan berharap Polri tidak terlalu cepat mengganti warga seragam mereka.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana Polri mengubah kembali warna seragam satuan pengamanan (Satpam) mendapatkan beragam tanggapan bagi satpam itu sendiri. Sebab, seragam satpam yang saat ini belum genap setahun.
Meski begitu, pakaian yang mirip dengan seragam polisi itu mengungkapkan banyak cerita di baliknya. Seperti yang disampaikan Fadhillah (24 tahun), yang sudah dua tahun bekerja sebagai satpam di Universitas Pancasila, Jakarta Selatan.
Ia mengaku seragam warna coklat mirip polisi yang ia pakai belum genap satu tahun. Sebelumnya, ia memakai seragam satpam berwarna biru tua.
Fadhil, sapaan akrabnya, mengaku seragam satpam itu baru saja lunas cicilan. Ia harus membayar Rp 1 juta untuk seperangkat seragam baru tersebut.
"Ini saja cicilan seragamnya baru lunas berapa bulan lalu mas, masak mau ganti seragam lagi," kata dia kepada wartawan, Kamis (13/1/2022).
Fadhil mengungkapkan, ia memang harus membayar cicilan beberapa seragam satpam baru kepada perusahaan outsource jasa keamanan yang menempatkannya. Perusahaan itu membebankan biaya seragam baru kepada pekerja outsource-nya.
"Biaya seragam saya Rp 1 juta, enggak mungkin saya langsung bayar sejuta. Makanya saya bayarnya nyicil berapa ratus ribu setiap bulan. Ini baru saja lunas berapa bulan lalu," terangnya.
Karena itu, dengan kebijakan baru Polri mengganti lagi seragam satpam dengan warna lain, ia mengaku cukup keberatan. Menurut dia, tidak perlu dulu seragam satpam diubah, karena perubahan seragam tersebut masih belum lama. Ia berharap seragam satpam yang sekarang masih bisa digunakan hingga beberapa tahun kedepan.
Pengalaman berbeda disampaikan Yulius, pria 27 tahun yang bekerja sebagai satpam di Plaza Oleos, Ragunan Jakarta Selelatan. Menurut dia, seragam satpam yang saat ini ia pakai memiliki kelebihan dan kekurangan.
"Dengan menggunakan seragam satpam yang mirip polisi, kita memiliki keuntungan. Di antaranya pernah dikira polisi benaran, sehingga kita juga memiliki tanggung jawab lebih besar," kata Yulius.
Ia mengungkapkan pernah dimintakan tolong untuk mengejar penjahat hanya karena seragamnya mirip polisi. Sedangkan tanggung jawab yang ia emban hanya berada di kawasan lokasi Plaza Oleos Ragunan.
Jadi, ia melihat terkadang ada tuntutan publik yang jauh lebih besar kepada mereka, sedangkan mereka tidak memiliki kewenangan tersebut. Namun, apabila akhirnya pemerintah melalui Polri menetapkan pergantian warna seragam petugas keamanan, Yulius mengaku siap ikut saja.
"Ya kalaupun akhirnya nanti diganti, ya sudah kita bisa apa," kata dia.
Berbeda dengan Fadhillah, Yulius mengungkapkan perusahaan outsource yang memperkerjakanya tidak menarik cicilan biaya seragam baru. Sehingga ia bersyukur beban biaya seragam itu tidak dilemparkan ke pekerja.
Namun, ia berharap kalaupun nanti ada seragam waran baru, setidaknya tetap mencitrakan satpam lebih berwibawa. "Jangan sampai warna yang dikeluarkan justru norak dan justru meninggalkan kesan tidak berwibawa," kata dia.