Pemberian Booster: Vaksin Mana yang Paling Tepat?

Vaksin booster diperlukan karena antibodi menurun seiring waktu.

Antara/Maulana Surya
Petugas menyuntikkan vaksin booster Covid-19 untuk lansia di RSUD Ibu Fatmawati Sukarno, Solo, Jawa Tengah, Jumat (14/1/2022). Diperlukan penelitian lebih dalam untuk mengungkap strategi paling tepat dalam pemberian vaksin dosis penguat (booster).
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan klinis senior dari Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) Raph Hamers mengatakan, perlu riset lanjutan untuk membuat strategi pemberian vaksin dosis penguat (booster) yang tepat. Hal itu diperlukan bagi peningkatan perlindungan diri masyarakat dalam rangka melawan infeksi Covid-19.

Baca Juga


"Riset lebih lanjut juga kita perlukan untuk bisa mengidentifikasi strategi boosting (penguatan) yang tepat," kata Raph dalam webinar Indonesian Congress Symposium on Combating Covid-19 Pandemic without Boundaries di Jakarta, Ahad (16/1/2022).

Raph mengatakan, vaksin dosis penguat antibodi dibutuhkan karena sejumlah faktor. Beberapa di antaranya ialah antibodi semakin menurun seiring berjalannya waktu, dan itu terjadi pada semua jenis vaksin.

Selain itu, varian SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 juga semakin bertambah. Ada bukti ilmiah yang menunjukkan varian delta dan omicron makin sulit ditangani oleh vaksin-vaksin sebelumnya.

Para pembuat kebijakan di sejumlah negara juga sudah mulai memberikan vaksin dosis penguat, khususnya untuk kelompok-kelompok paling rentan. Itu juga dilakukan untuk mitigasi dampak ekonomi dan kesehatan.

Terkait vaksin dosis penguat mana yang sebaiknya dipilih, Raph menuturkan bahwa itu masih dalam penelitian. Namun, yang harus dipastikan saat ini adalah bagaimana mengaksesnya dengan mudah di negara tersebut.

"Ada banyak data baru yang terus dihasilkan setiap harinya, tapi yang pasti kita juga membutuhkan bukti yang jelas untuk bisa menentukan vaksin penguat apa yang tepat," ujar Raph.

Sekarang ini, bukti ilmiah menunjukkan vaksin dosis penguat heterolog atau pencampuran (mix and match) jenis vaksin Covid-19 dapat meningkatkan perlindungan. Namun, penelitiannya masih terus berjalan terkait dengan efektivitas dan juga capaian klinisnya.

"Selain itu, saat ini dengan adanya varian omicron, urgensi untuk memberikan penguat ini semakin meningkat," tuturnya.

Vaksin penguat heterolog adalah salah satu kebijakan pemerintah terkait penggunaan vaksin dengan jenis yang berbeda dengan vaksin primer alias dosis satu dan kedua. Menurut Raph, bukti dari uji klinis berkualitas tinggi dan studi riil penting untuk memandu keputusan mengenai kapan, populasi mana, dan rejimen penguat apa yang harus diberikan dalam menghadapi penurunan kekebalan dan berbagai varian yang muncul.

5 vaksin Covid-19 yang mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM sebagai dosis penguat alias booster. - (Republika)

Temuan percobaan dapat membantu memandu pembuat kebijakan mempertimbangkan strategi pemberian vaksin dosis penguat yang paling efektif dan dapat diakses untuk bangkit maju dari dampak pandemi Covid-19. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas penelitian dalam negeri dan ilmu vaksinologi lokal melalui kemitraan antara pemerintah, industri dan akademisi untuk menjawab masalah tersebut.

Pada Rabu (12/1), pelaksanaan vaksinasi dosis penguat resmi bergulir secara nasional untuk mempertahankan kekebalan daya tahan tubuh masyarakat Indonesia dari ancaman Covid-19. Pemerintah telah mengalokasikan 130 juta dosis vaksin booster untuk tahap awal dengan total masyarakat sasaran berkisar 21 juta jiwa dari total 179 juta jiwa usia 18 tahun ke atas dan telah menerima dosis lengkap minimal enam bulan terakhir.

Kriteria prioritasnya adalah lansia, penerima bantuan iuran BPJS Kesehatan, dan kelompok rentan. Produk vaksin Covid-19 yang mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk digunakan sebagai vaksin dosis penguat meliputi CoronaVac produksi PT Bio Farma, vaksin Pfizer, vaksin AstraZeneca, vaksin Moderna, dan vaksin Zifivax.

Varian vaksin itu bisa diberikan secara homolog atau merek yang sama dengan dosis lengkap primer maupun heterolog atau kombinasi dari merek berbeda. Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menyatakan, vaksinasi dosis penguat yang diberikan pemerintah secara gratis untuk meningkatkan proteksi individu dari risiko penularan varian baru Covid-19 tidak bersifat wajib.

Nadia mengatakan, saat ini muncul informasi adanya penurunan efikasi vaksin secara alamiah sehingga pemerintah memutuskan untuk memberikan dan menyediakan vaksin penguat. Kebijakan pemerintah menggratiskan vaksin dosis ketiga itu untuk memastikan agar masyarakat bisa mengakses layanan sehingga upaya penanggulangan pandemi Covid-19 dalam diselesaikan dengan baik.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler