Korsel: Korut Tembakkan Dua Rudal Balistik dari Bandara

Peluncuran merupakan uji coba rudal keempat Korut pada bulan ini untuk unjuk kekuatan

EPA-EFE/KCNA EDITORIAL
Akademi Ilmu Pertahanan DPRK melakukan uji tembak rudal hipersonik di Pyongyang, Korea Utara, 06 Januari 2022.
Rep: Lintar Satria Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL --  Militer Korea Selatan (Korsel) melaporkan Korea Utara (Korut) diduga melepaskan dua tembakan rudal balistik dari sebuah bandara di Pyongyang. Peluncuran ini merupakan uji coba rudal keempat Korut pada bulan ini untuk menunjukkan kekuatan senjata Korut.

Pada Senin (17/1/2022) Jepang juga melaporkan peluncuran rudal ini. Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno mengecamnya sebagai ancaman terhadap perdamaian dan keamanan.

Kurang dari dua pekan Korut yang memiliki nuklir menggelar tiga uji coba rudal. Tidak biasanya Korut menggelar serangkaian peluncuran dalam waktu yang berdekatan. Pyongyang mengatakan dua peluncuran melibatkan satu "rudal hipersonik" yang dapat bergerak cepat dan bermanuver usai diluncurkan.

Sementara uji coba pada Jumat (14/1/2022) lalu melibatkan dua rudal balistik jarak pendek yang ditembakan dari gerbong kereta. Dalam pernyataannya Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel mengatakan peluncuran terbaru tampaknya melibatkan SRBM yang ditembakan dari Pangkalan Udara Sunan di Pyongyang.  

Pada tahun 2017 lalu Korut menggunakan bandara itu untuk menembakan rudal balistik jarak menengah (IRBM) Hwangsong-12. Pemimpin Kim Jong-un menghadiri peluncuran tersebut.

JCS mengatakan rudal yang ditembakan Senin ini bergerak sejauh 380 kilometer dengan ketinggian maksimum 42 kilometer. Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi mengatakan rudal itu tampaknya mendarat di laut bagian timur Korut.

"Sudah jelas tujuan Korut sering meluncurkan rudal untuk meningkatkan teknologi rudal mereka. Peluncuran rudal balistik yang berkali-kali dilakukan Korea Utara masalah berat masyarakat internasional, termasuk Jepang," kata Kishi.

Ia menegaskan peluncuran tersebut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang Korut untuk meluncurkan segara jenis rudal balistik. Komando militer Amerika Serikat (AS) di Indo-Pasifik melakukan asesmen terhadap peluncuran itu.

Komando Indo-Pasifik AS mengatakan peluncuran tersebut tidak memberikan ancaman langsung pada AS atau sekutu-sekutunya. "(Namun) peluncuran rudal ini menunjukkan dampak program senjata ilegal (Korut) pada destabilisasi," kata mereka.

Profesor Foreign Studies di Hankuk University Mason Richey mengatakan kecepatan dan lokasi uji coba menunjukkan Korut merasa nyaman untuk memperluas lokasi uji coba, berlatih dan memamerkan kekuatan mereka. Selain itu membantu meningkatkan kredibilitas mereka dalam deteransi dengan menekankan volume kekuatan rudal.

Korut belum menguji rudal balistik jarak jauh (ICBM) atau senjata nuklir sejak 2017. Namun setelah negosiasi denuklirisasi Semenanjung Korea mengalami kebuntuan pada tahun 2019 mereka mulai mengungkapkan dan menguji berbagai jenis rudal balistik jarak pendek (SRBM).

Banyak SRBM termasuk yang memiliki kemampuan hipersonik dirancang untuk mengalahkan pertahanan rudal. Korut juga berjanji untuk memperkuat senjata nuklir taktik yang dapat dipasang di hulu ledak nuklir pada SRBM.

"Setiap peluncuran rudal taktik menunjukkan betapa kecilnya sanksi dapat membatasi rezim Kim (Jong-un) dan bagaimana AS gagal mendorong Korut membayar harga yang harus dibayar atas pengembangan rudal jarak pendek," kata Richey.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler