Peneliti Sebut Matahari Mungkin Pernah Memiliki Cincin Seperti Saturnus

Ilmuwan menyebut tanpa cincin matahari, kehidupan di Bumi mungkin tidak berkembang.

Dailymail
Matahari. ILustrasi
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Sebuah studi baru mengungkapkan Matahari mungkin pernah lebih mirip planet Saturnus. Para peneliti dari Rice University mengatakan matahari pernah memiliki cincin debu bintang raksasa (seperti Saturnus) yang akhirnya memicu penciptaan kehidupan di Bumi.

Baca Juga


Mereka mengklaim bahwa tanpa cincin-cincin ini di sekitar Matahari, kehidupan di Bumi mungkin tidak akan pernah berkembang. Studi mereka menemukan cincin ini sebenarnya mencegah Bumi menjadi terlalu besar dan mengembangkan tarikan gravitasi besar-besaran yang akan menghambat pertumbuhan organisme. Daya tarik gravitasi seperti itu juga akan membuat dampak asteroid yang menghancurkan lebih sering terjadi.

“Di tata surya, sesuatu terjadi untuk mencegah Bumi tumbuh menjadi jenis planet terestrial yang jauh lebih besar yang disebut Super-Bumi,” kata penulis utama Dr. Andre Izidoro dalam rilis universitas, dilansir dari Study Finds, Selasa (18/1/2022).

Planet-planet raksasa ini adalah planet berbatu yang berukuran sekitar dua hingga 10 kali ukuran bumi. Super-Bumi menghuni sekitar 30 persen dari sistem bintang mirip Matahari di Bima Sakti. Penelitian yang dipublikasikan di Nature Astronomy menganalisis ratusan simulasi superkomputer yang memeriksa simulasi pembentukan tata surya.

Simulasi tersebut menghasilkan cincin seperti yang terlihat di sekitar banyak bintang muda yang jauh. Simulasi ini juga secara akurat mengidentifikasi sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter.

Komputer dengan tepat memprediksi perkembangan lokasi dan orbit Bumi, Mars, Venus, dan Merkurius yang stabil. Mereka juga menghitung dengan benar massa planet dalam-termasuk Mars.

Selain itu, penelitian ini menjelaskan pembentukan sabuk Kuiper dari komet, asteroid, dan benda-benda kecil di luar orbit Neptunus. Model komputer mengasumsikan bahwa tiga pita tekanan tinggi berkembang di dalam piringan gas dan debu matahari muda. Para ilmuwan telah mengamati “benjolan” ini di cakram bintang bercincin di sekitar bintang yang jauh.

 “Kami mengusulkan bahwa benjolan tekanan menghasilkan resevoir materi disk yang terputus di tata surya bagian dalam dan luar serta mengatur berapa banyak bahan yang tersedia untuk menumbuhkan planet di tata surya bagian dalam,” katanya lagi.

 

Selama beberapa dekade, para ilmuwan percaya gas dan debu di piringan protoplanet secara bertahap menjadi kurang padat. Namun, simulasi komputer sebelumnya menunjukkan planet tidak mungkin terbentuk di bawah skenario tersebut.

“Dalam piringan halus, semua partikel padat-butiran debu atau batu besar harus ditarik ke dalam dengan sangat cepat dan hilang di bintang,” jelas rekan penulis Profesor Andrea Isella.

Ketika partikel bergerak lebih cepat daripada gas di sekitarnya, mereka merasakan angin haluan dan melayang sangat cepat menuju bintang,” tambah Izidoro.

Pada gundukan tekanan, tekanan gas meningkat, molekul gas bergerak lebih cepat, dan partikel padat berhenti merasakan angin haluan. “Itulah yang memungkinkan partikel debu menumpuk di gundukan tekanan,” ucap Izidoro.

Mendapatkan ukuran Mars yang tepat.

ALMA, teleskop radio 66 piringan besar di Gurun Atacama Chili, mengamati fenomena ini. “ALMA mampu mengambil gambar yang sangat tajam dari sistem planet muda yang masih terbentuk, dan kami telah menemukan bahwa banyak piringan protoplanet dalam sistem ini dicirikan oleh cincin,” kata Prof.Isella.

“Efek dari benjolan tekanan adalah mengumpulkan partikel debu, dan itulah sebabnya kami melihat cincin. Cincin-cincin ini adalah wilayah di mana Anda memiliki lebih banyak partikel debu daripada di celah di antara cincin-cincin itu,” ujarnya lagi.

Banyak simulasi tata surya sebelumnya menghasilkan versi Mars sebanyak 10 kali lebih besar dari Bumi. Model baru dengan tepat memprediksi Mars memiliki sekitar 10 persen massa Bumi.

“Mars lahir di wilayah piringan bermassa rendah,” catat Izidoro.

Penampakan cincin tengah Matahari yang tertunda dalam beberapa simulasi menyebabkan pembentukan Super-Bumi, yang menunjukkan pentingnya pengaturan waktu.

 

“Pada saat benjolan tekanan terbentuk dalam kasus-kasus itu, banyak massa telah menyerbu sistem bagian dalam dan tersedia untuk membuat Super-Bumi. Waktu terbentuknya benjolan tekanan tengah ini mungkin merupakan aspek kunci dari tata surya,” Izidoro menyimpulkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler